NovelToon NovelToon
Sedingin Hati Suami Tentaraku

Sedingin Hati Suami Tentaraku

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Kehidupan Tentara
Popularitas:1.2M
Nilai: 4.8
Nama Author: Hasna_Ramarta

Halwa mencintai Cakar Buana, seorang duda sekaligus prajurit TNI_AD yang ditinggal mati oleh istrinya. Cakar sangat terpukul dan sedih saat kehilangan sang istri.

Halwa berusaha mengejar Cakar Buana, dengan menitip salam lewat ibu maupun adiknya. Cakar muak dengan sikap cari perhatian Halwa, yang dianggapnya mengejar-ngejar dirinya.

Cakar yang masih mencintai almarhumah sang istri yang sama-sama anggota TNI, tidak pernah menganggap Halwa, Halwa tetap dianggapnya perempuan caper dan terlalu percaya diri.

Dua tahun berlalu, rasanya Halwa menyerah. Dia lelah mengejar cinta dan hati sang suami yang dingin. Ketika Halwa tidak lagi memberi perhatian untuknya, Cakar merasa ada yang berbeda.

Apakah yang beda itu?
Yuk kepoin cerita ini hanya di Noveltoon/ Mangatoon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17 Kemeja Cakar yang Senada

   "Ingat, kamu harus dandan yang cantik saat di pernikahan Rani. Soalnya di sana ada cewek KOWAD yang selalu mentel-mentel di sisi suami kamu." Diva memberi peringatan untuk Halwa di sebuah panggilan telpon.

   Halwa jadi pesimis mendengar pengakuan Diva. Itu artinya KOWAD yang selama ini selalu mendekati suaminya akan hadir di pernikahan Rani nanti.

   "Kalau begitu, sepertinya Mas Cakar tidak mungkin ajak aku berangkat bareng, Div. Jadi, aku akan datang ke pesta pernikahan Rani malam saja setelah acara selesai," sahut Halwa pesimis.

   "Ih apaan sih kamu ini Halwa? Kasihan dong Rani, dia nanti merasa tidak spesial kalau temannya kurang satu. Kamu ini harus datang dan tunjukan pesonamu di depan cewek pelakor itu, meskipun tanpa diajak suamimu," tegas Diva memberi semangat untuk Halwa.

  "Pokoknya kamu harus datang, jam satu siang. Urusan kamu, kan, menghadiri pernikahan Rani. Tapi kalau sampai suami kamu tidak ngajak kamu, tega benar deh dia," lanjut Diva lagi masih di sambungan telpon.

   "Kita lihat besok, Div. Lagian aku bingung harus pakai baju yang mana," balas Halwa masih pesimis.

   "Kamu kan punya gaun long dress di atas mata kaki yang warna hijau sage itu. Pakailah gaun itu! Lagipula gaun itu pantas dan cocok saat kamu pakai. Kamu tahu sendiri, kamu ini tidak bodoh-bodoh amat dalam urusan dandan dan fashion. Bukankah selama ini di salon tempat kamu bekerja, kamu sudah banyak belajar memadu madankan make-up dan pakaian?" urai Diva lagi.

   "Baiklah Diva, kamu tidak usah ngegas begitu," protes Halwa sembari cemberut.

   "Maafkan hamba nona cantik. Habisnya kamu ini sebelum berperang, sudah rendah diri duluan. Lagipula kamu itu istrinya Mas Cakar yang statusnya lebih kuat daripada cewek KOWAD itu. Jadi, jangan menyerah dulu sebelum berjuang," omel Diva masih belum puas.

   "Ok, ok. Semoga saja besok kita ketemu ya."

   "Halwaaaa ...." Teriakan Diva langsung menghilang setelah Halwa memutus sambungan telpon.

***

Malam hari

   Setelah makan malam, Halwa segera menaiki tangga dan memasuki kamar. Di dalam kamar ia sejenak menyiapkan gaun hijau sage yang akan dipakai ke pernikahan Rani besok. Gaun itu sudah rapi dan masih sangat bagus, sebab Halwa baru memakainya satu kali saat ulang tahun Diva dua tahun lalu.

   "Masih bagus," gumamnya seraya mengayun langkah ke kamar mandi. Dari kamar mandi, Halwa tidak pernah lupa kebiasaannya, yaitu membersihkan mukanya dengan susu pembersih dan toner.

   "Kriek."

   Pintu kamar terbuka, bayangan Cakar sudah terlihat dari kaca meja rias. Jantung Halwa langsung berdebar, ia sungguh menyesal kenapa tadi harus lama di kamar mandi dan buang air besar, sehingga kini ia belum selesai mencuci wajahnya.

  "Besok pernikahan temanku dan juga temanmu. Aku harap kamu tidak mempermalukan aku saat kamu menghadiri pesta pernikahan mereka." Tiba-tiba Cakar berbicara yang mampu menghenyakkan dada Halwa seketika. Belum apa-apa Cakar sudah menudingnya kalau dirinya bisa saja mempermalukan Cakar di pesta itu, meskipun Cakar tidak secara langsung mengatakan demikian.

   "Kita tidak perlu pergi bersama-sama, Mas, kalau kamu merasa malu," tukas Halwa sembari berdiri dan bermaksud menaiki ranjang.

   "Bagus kalau kamu tahu diri." Ucapan Cakar semakin menusuk ulu hatinya. Tanpa perasaan, dia tega berkata begitu.

   "Aku tahu diri, karena aku bukan seorang cewek berseragam seperti yang selama ini kamu dekati," balas Halwa lagi berusaha menumpahkan sakit hatinya karena ucapan Cakar.

   "Kamu cemburu?" tuding Cakar menatap tajam.

   "Tidak. Hanya menyayangkan saja, kenapa seorang perempuan single masih rela mengejar lelaki yang sudah beristri. Padahal dia berseragam dan pasti berpendidikan tinggi," balas Halwa seraya menaiki ranjang dan berbenah. Air mata yang sempat ingin jatuh, dipaksanya untuk tetap di sudut mata dan tidak tumpah di depan Cakar.

  Cakar tidak membalas, dia mendengus seraya melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Beberapa saat kemudian Cakar keluar, menarik tali lampu sehingga lampu berubah lima watt dan menaiki ranjang.

   Sementara Halwa yang sudah berbaring lebih dulu, masih susah untuk memejamkan mata dan ngantuk. Dia justru baru saja menyelesaikan tangisan singkatnya saat Cakar masih di kamar mandi.

   Tiba-tiba, sebuah tangan menggerayang di punggung Halwa, lalu memeluknya. Halwa sungguh terkejut, tidak salah lagi Cakar pasti mau minta jatah. Sayangnya akibat ucapan Cakar tadi, Halwa masih sakit hati dan terpaksa berbohong.

   "Maaf Mas, aku sedang halangan," ucapnya seraya menepis tangan Cakar lalu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

   Cakar kecewa, padahal dia pengen banget malam ini.

***

   Hari yang dinantikan tiba, jam menunjukkan pukul 12.00 siang. Halwa segera memasuki kamar setelah sholat zuhur di mushola tadi.

   "Halwa, bukankah semalam kamu bilang sedang halangan, tapi kenapa barusan aku lihat kamu sholat?" Halwa menahan langkahnya dan menoleh.

   "Halangannya hanya tadi malam saja Mas, sekarang aku sudah bersih," jawabnya seraya berlalu memasuki kamar dan bersiap merias diri.

   Cakar menatap Halwa kesal. Namun sepertinya tidak ada waktu lagi untuk marah. Cakar menyusul ke kamar, ia pun harus bersiap untuk menghadiri pesta pernikahan teman se-lettingnya, Rian.

Di dalam kamar, Halwa sudah memakai gaun hijau sagenya, sekilas Cakar melihat dengan ujung mata, Halwa terlihat cantik meskipun belum memoles wajahnya dengan make-up.

"Ganti bajunya, pakai baju lain yang senada dengan yang kupakai," ujar Cakar memaksa Halwa membelalakkan matanya.

"Tapi Mas, aku tidak ada pakaian yang pantas lagi yang senada dengan kemeja yang kamu pakai," tepis Halwa dengan wajah bingung.

"Cari di lemari kamar sebelah. Banyak gaun bekas mantan istriku yang masih tergantung rapi. Di sana ada banyak gaun yang senada dengan kemejaku," ucap Cakar menunjukkan kamar sebelah.

Halwa berdiri mematung, ucapan Cakar tanpa terasa menorehkan luka. Tanpa perasaan, Cakar justru menyuruhnya memakai gaun bekas almarhumah istrinya.

"Tidak perlu Mas, aku pakai gaun yang ini saja. Aku tidak perlu senada dengan kamu, mungkin kamu sudah janjian dengan yang lain dan gaunnya terlanjur sama dengan kamu," ujar Halwa seraya bergegas menuju meja rias dan meraih semua alat make-upnya. Halwa memilih keluar kamar dan merias wajahnya di beranda loteng itu.

"Halwa, patuhi permintaan aku," teriak Cakar, tapi sayang Halwa sudah menjauh.

Tiga puluh menit kemudian, Halwa sudah menuntaskan dandanannya. Gaun hijau sage membalut tubuhnya. Halwa nampak lebih tinggi dan semakin ramping dengan sendal high heel senada dengan gaunnya. Di bahunya tersampir tas hijau toska yang soft, menambah penampilan Halwa semakin anggun. Jangan lupakan rambut Halwa yang diurai dengan ujungnya dicurly, kesannya sangat menggemaskan.

Cakar keluar dari kamar dengan penampilan yang sudah tampan sempurna. Aroma wangi parfum yang maskulin tercium sampai ke beranda loteng itu. Tepat saat Halwa akan berdiri dan berjalan menuju tangga.

Halwa terkejut ketika melihat Cakar sudah rapi, wangi dan tampan dengan kemeja hijau senada dengan gaun yang dipakainya.

"*Kenapa Mas Cakar mengganti kemejanya*?" batinnya heran.

Suara high heel yang bersentuhan dengan ubin, kemudian menimbulkan ketukan di lantai, cukup membuyarkan fokus Cakar. Seketika Cakar menoleh ke arah suara itu dan menatap ke arah Halwa.

Halwa yang diduganya akan berdandan menor dan memalukan, nyatanya di depan matanya mampu menjelma menjadi seorang perempuan yang sangat anggun dan cantik. Penampilannya sungguh sempurna.

Cakar mengedipkan matanya, sadar tatapnya telah diketahui Halwa. Halwa semakin mendekat dan berjalan melewati Cakar dan mendahuluinya tanpa memperlihatkan rasa kagum.

"Halwa, kita pergi bersama."

Mobil Cakar sudah keluar dari halaman rumah, di dalamnya baik Halwa maupun Cakar tidak sepatah katapun berbicara. Mereka fokus dengan pikirannya masing-masing.

1
ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢
omelin terus bu, biar tau rasa 🤪
Nasir: Trmksh sudah hadir di sini Kak, smg suka.
total 1 replies
ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢
betul, lu pikir istri lu cenayang bisa baca pikiran lu, drpd udah di siapin tapi ga sesuai kemauan nanti salah lagi dasar lakik gemblung
ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢
dih itu pertanyaan normal kalik, gua juga suka nanya gitu ke suami, lu aja yg sensi dasar cakar maung 😒
Istifada
Luar biasa
Nasir: Trmksh byk Kak...
total 1 replies
Alivaaaa
Terimakasih Thor sudah menyuguhkan cerita yg sangat menarik 🥰
Nasir: Terimakasih byk.
total 1 replies
Mumun Munawwaroh
cakar pake nanya lagi.
Mumun Munawwaroh
sebel sama cakar bukannya terimakasih udah di urusin jg . kerjaannya marah² Mulu.
Mumun Munawwaroh
jawab dong halwa. emang AQ pernah mempealukan kamu apa.
Mumun Munawwaroh
lawan dong halwa. jangan lemah .
Alivaaaa
olalaa Cakar langsung Gaspol 🙈🤣🤣🤣🤣
Alivaaaa
rayuanmu itu sat set sat set nggak bertele tele ya Mas Cakar 🤭😂😂😂
Alivaaaa
pemaksaan ya Mas 🤭🤣🤣🤣🤣
NAYLA DWI
Luar biasa
Nasir: Mksh byk...
total 1 replies
Tari Suherman
Buruk
Nasir: Waduhhhhh... hehehehe.... trmksh komennya Kak.... sehat selalu.
total 1 replies
Yulia
Lumayan
Nasir: Mksh Kak, lanjut ya..
total 1 replies
Rossel
Pacarnya Diva itu bukannya Ardi ya?
Nasir: Wahhhh.... Masya Allah trmksh Kak koreksinya. OTW revisi ni....
total 1 replies
Alivaaaa
selamat menikmati penyesalanmu Cak 🤣🤣🤣
Alivaaaa
aku mendukungmu Hal, biarkan Cakar merenung apa arti dirimu disisinya
Nasir: Kasian ya...
total 1 replies
Fhatiimah
Luar biasa
Nasir: Mksh Kak.. m
total 1 replies
Fhatiimah
haduh ibu2 ini buat perhatian jangan aneh2 deh beli nama cakar segala kan jadi galak egois dan tdk pnya hati
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!