Lunara Ayzel Devran Zekai seorang mahasiswi S2 jurusan Guidance Psicology and Conseling Universitas Bogazici Istanbul Turki. Selain sibuk kuliah dia juga di sibukkan kerja magang di sebuah perusahaan Tech Startup platform kesehatan mental berbasis AI.
Ayzel yang tidak pernah merasa di cintai secara ugal-ugalan oleh siapapun, yang selalu mengalami cinta sepihak. Memutuskan untuk memilih Istanbul sebagai tempat pelarian sekaligus melanjutkan pendidikan S2, meninggalkan semua luka, mengunci hatinya dan berfokus mengupgrade dirinya. Hari-hari nya semakin sibuk semenjak bertemu dengan CEO yang membuatnya pusing dengan kelakuannya.
Dia Kaivan Alvaro Jajiero CEO perusahaan Tech Startup platform kesehatan mental berbasis AI. Kelakuannya yang random tidak hanya membuat Ayzel ketar ketir tapi juga penuh kejutan mengisi hari-harinya.
Bagaimana hari-hari Ayzel berikutnya? apakah dia akan menemukan banyak hal baru selepas pertemuannya dengan atasannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17. Dibalik nama Zekai
Ayzel sudah sampai di apartemennya, Humey terlihat sedang menggambar pola desain produk baru butiknya saat Ayzel masuk.
“Aku hanya beli pide. Soalnya ada Alvaro tadi,” Ayzel menyerahkan kantong berisi box pide.
“Lagi? Fiks dia suka sama kakak,” ujar Humey yang di balas helaan napas dari Ayzel.
Humey pasti akan heboh jika tahu tentang Alvaro yang beberapa kali berkata ingin Ayzel menikah dengannya.
“Jangan bahas itu,” Ayzel merebahkan diri pada bean bag yang ada di dekat Humey setelah sebelumnya dia berganti pakaian rumah, juga sudah mencuci kaki dan tangannya.
“Jangan lari terus. Kamu berhak bahagia, kalau memang dia adalah kak Alvaro kenapa tidak?” ucap Humey.
“Kak? Kak Ze? Lah sudah terbang ke pluto dia,” Humey menoleh ke bean bag tempat Ayzel merebahkan diri. Kakak sepupunya sudah terlelap di sana.
Semenjak pulang dari pusat konseling, kantuk memang sudah menyerang Ayzel. Bahkan ketika tadi makan malam dengan Alvaro, bosnya tersebut sampai mengabadikan Ayzel yang terlelap dengan sebelah tangan yang menopang dagunya.
“Saya sudah sampai. Hanya ingin mengabarimu saja,” Humey melihat ponsel Ayzel berbunyi. Terlihat notifikasi pesan masuk dari Alvaro.
Humey mengakhiri aktivitasnya juga, dia mengambil selimut untuk Ayzel. Dia tak tega membangunkan kakaknya yang sudah terlelap, Humey memilih untuk menyelimuti Ayzel. Sementara dia bernajak tidur di ranjang yang biasa mereka berdua tempati.
Ayzel terbangun saat mendengar ponselnya berbunyi, masih sekitar jam empat pagi. Dia mengambil ponsel yang ada di dekatnya, untuk melihat siapa yang mengiriminya pesan.
“Kak Ze, titip Maira. Hari ini aku kembali ke Indo,” Malvin mengirim pesan pada Ayzel.
“Selesaikan yang harus kamu selesaikan. Lalu jemput dia dengan cara yang baik,” balas Ayzel.
“Siap. Tunggu kak Alvaro menjemput kak Ze secepatnya,” Malvin memberikan emot peace diakhir pesannya pada Ayzel.
Ayzel tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, jika perempuan lain mungkin akan langsung luluh dengan segala hal yang di lakukan Alvaro. Tidak dengannya karena dia adalah Ayzel yang hatinya penuh sayatan luka selama tiga belas tahun penantian, menanti cinta pertamanya yang ternyata memilih perempuan lain. Tapi nyatanya prosesnya untuk sembuh masih butuh waktu. Meskipun tidak dapat dia pungkiri perhatian Alvaro mulai menggugah hatinya, namun dia tidak berani untuk berharap lebih.
“Maaf. Semalam saya ketiduran,” Ayzel baru membalas pesan Alvaro pagi ini.
“Tidak masalah. Jangan merindukan saya dulu! Saya sedang mencari cara untuk menemui takdir waktu. Agar bisa segera menculik dan mengemasmu dalam kotak musik,” Alvaro menertawakan dirinya sendiri.
Dia merasa bisa mengeluarkan semua hal tentang dirinya tanpa takut setelah bertemu dengan Ayzel. *Takdir waktu yang di maksud Alvaro di sini adalah ayah Ayzel, karena nama belakang ayahnya adalah Devran yang dalam bahasa Turki artinya takdir, dunia, waktu*
“Hmm ... kalau sudah ketemu jangan lupa siapkan kotaknya,” Ayzel menpuk jidatnya sendiri. Sepertinya dia sudah tertular virus sifat random atasannya tersebut, meskipun dia sedikit berpikir maksud dari menemui takdir waktu.
“Siap nyonya Alvaro,” balas Alvaro dengan berani.
“😤” Ayzel hanya membalas dengan emot kesal pada Alvaro, sementara Alvaro senyum salting dengan kelakuannya sendiri.
“Vin! Coba cek jidat Alvaro, takut demam tinggi. Tiba-tiba senyum sendiri,” Kim Roan setengah mengejek Alvaro yang senyum-senyum sambil melihat ponselnya.
“Kecanduan godain kak Ze ya gitu akhirnya,” Malvin dan Kim Roan terkekeh.
“Brisik," jawab Alvaro.
Mereka bertiga saat ini dalam perjalanan menuju Indonesia dengan jet pribadi Alvaro, menempuh perjalanan kurang lebih 20 – 22 jam perjalanan udara. Selain untuk melihat langsung keamanan cyber buatan perusahaan Malvin, Alvaro juga akan membantu persiapan pernikahan Malvin yang akan diadakan bulan depan. Pesta pernikahan yang mungkin akan menjadi kejutan luar biasa untuk Orin Humaira Zekai yang tak lain adik sepupu Ayzel.
“Tapi bukannya anak tertua dulu yang harus nikah? Harusnya Ayzel yang nikah sama kamu dong?” karena penasaran Kim Roan bertanya pada Malvin yang di sambut dengan lirikan tajam dari Alvaro.
“Meskipun menyandang nama Zekai, tapi kak Ze bukan seorang Zekai” Alvaro dan Kim Roan terkejut mendengar penuturan Malvin.
“Haah? Bukannya Ayzel juga menyandang nama Zekai di belakangnya?” Alvaro menatap serius pada Malvin, menanti penjelasan atas apa yang dia katakan.
Malvin menghela napas panjang sebelum menceritakan perbedaan di balik nama Zekai yang di bawa Ayzel dan Humey (Maira).
“Kak Ze adalah anak pertama yang lahir dari anak sulung keluarga Zekai, Humey adalah anak pertama dari putra pertama keluarga Zekai yang tak lain adalah adik bunda dari kak Ze” Malvin melihat ke dua seniornya sangat serius ingin mendengar cerita selanjutnya.
“Kakek Zekai menginginkan bunda kak Ze menikah dengan pilihannya, tapi bunda tidak setuju. Bunda hanya punya dua pilihan, menikah dengan pilihan kakek atau meninggalkan semua fasilitas yang dia punya termasuk menanggalkan nama Zekai.”
“Bundanya memilih Devran?” ucap Kim Roan semakin penasaran.
“Betul. Bunda Anara memilih ayah Jazga Haikala Devran, setelah menikah mereka merintis semua dari awal,”
“Kalau begitu bagaimana dia bisa mendapat nama Zekai di belakang nama Devran?” Alvaro terkejut karena ada informasi yang terlewat tentang Ayzel yang tidak dia ketahui.
“Karena neneknya. Saat itu beliau sakit dan permintaan terakhirnya adalah memberikan nama Zekai untuk putri pertama bunda Anara, tapi hanya sebatas nama” Malvin kembali menghela napas.
“Apa Ayzel tahu tentang semua itu?” kali ini Kim Roan yang bertanya, dia yang mencari informasi tentang Ayzel untuk Alvaro. Bagaimana dia bisa melewatkan informasi sepenting itu.
“Pasti ... kak Ze pernah bertanya kenapa dia tidak di perbolehkan mengikuti setiap acara keluarga Zekai. Dari situ dia tahu dan semenjak saat itu dia tidak pernah muncul dalam setiap acara keluarga Zekai,”
Alvaro dan Kim Roan terdiam, mereka mencerna semua yang di katakan Malvin. Pantas saja mereka tidak pernah bertemu dengan Ayzel saat ada pertemuan dengan semua rekanan bisnis, ternyata ada hal yang baru mereka ketahui tentang Ayzel.
“Kak Ze dan Maira itu seperti air dan api. Setelah tahu alasan di balik kak Ze selalu absen dari acara keluarga, Maira selalu berusaha mendekati kak Ze.”
“Maksudmu Ayzel air sedangkan Maira itu api?” tanya Alvaro memastikan.
“Betul,” jawab Malvin.
“Sudah bisa di bayangkan betapa stresnya Ayzel menghadapi Maira. Ayzel yang introvert harus berurusan dengan Maira yang ekstrovert,” Kim Roan terkekeh denganucapannya sendiri.
“Itu adalah salah satu alasan kenapa Maira yang di jodohkan denganku, bukan kak Ze” Malvin menutup ceritanya, dia tidak ingin lebih jauh mengungkapkan tentangkeluarga Zekai. Meskipun Alvaro dan Kim Roan adalah sahabatnya, mereka tetaplah orang luar keluarga Zekai.
Baik Kim Roan maupun Malvin mulai sibuk dengan pekerjaan masing-masing yang mereka heandle dari ipad, lain dengan Alvaro yang termenung memikirkan Ayzel.
“Sedang Apa?” Alvaro mengirimkan pesan pada Ayzel lagi.
“Bekerja,” balas Ayzel singkat.
“Tunggu saya sebentar lagi Ze. Satu minggu tidak lama,” setelah mendengar cerita Malvin, Alvaro mengerti kenapa Ayzel selalu punya sikap waspada terhadap sikap orang padanya.
“Maksud pak Alvaro saya harus menunggu apa?” Ayzel dibuat bingung dengan pesan Alvaro.
“Tidak ada penolakan. Kamu harus menunggu saya, titik tidak pakai koma.”
“CEO aneh,” balas Ayzel singkat namun dapat membuat Alvaro gemas.
Alvaro memperbesar dan memperkecil foto yang ada di layar ponselnya, foto Ayzel yang sedang terlelap. Foto pertama adalah saat Humey yang menunjukkan Ayzel sedang tidur saat Alvaro melakukan panggilan vidio, foto ke dua adalah Ayzel yang tidur saat mereka makan malam.
“Menggemaskan sekali dia,” gumam Alvaro yang semakin terpesona pada Ayzel.