NovelToon NovelToon
Menanti Bahagia Yang Hilang

Menanti Bahagia Yang Hilang

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:96.6k
Nilai: 5
Nama Author: syitahfadilah

Istri mana yang tak bahagia bila suaminya naik jabatan. Semula hidup pas-pasan, tiba-tiba punya segalanya. Namun, itu semua tak berarti bagi Jihan. Kerja keras Fahmi, yang mengangkat derajat keluarga justru melenyapkan kebahagiaan Jihan. Suami setia akhirnya mendua, ibu mertua penyayang pun berubah kasar dan selalu mencacinya. Lelah dengan keadaan yang tiada henti menusuk hatinya dari berbagai arah, Jihan akhirnya memilih mundur dari pernikahan yang telah ia bangun selama lebih 6 tahun bersama Fahmi.

Menjadi janda beranak satu tak menyurutkan semangat Jihan menjalani hidup, apapun dia lakukan demi membahagiakan putra semata wayangnya. Kehadiran Aidan, seorang dokter anak, kembali menyinari ruang di hati Jihan yang telah lama redup. Namun, saat itu pula wanita masa lalu Aidan hadir bersamaan dengan mantan suami Jihan.

Lantas, apakah tujuan Fahmi hadir kembali dalam kehidupan Jihan? Dan siapakah wanita masa lalu Aidan? Akankah Jihan dapat meraih kembali kebahagiaannya yang hilang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 2~ KAMU DIMANA, MAS?

Setelah menenangkan putranya seperti biasa, Jihan kembali ke kamarnya. Saat dia masuk, suaminya baru saja selesai berpakaian. Fahmi sudah tampak segar sehabis mandi.

"Mas, kapan sih kamu punya waktu untuk Dafa? Aku gak tega lihat dia sedih terus." Tanya Jihan sembari mengambil handuk yang dipakai suaminya mengeringkan badan sehabis mandi, yang diletakkan begitu saja di atas tempat tidur.

Kebiasaan Fahmi selama enam bulan terakhir, suka menaruh handuk basah sembarang tempat. Padahal, dulu suaminya itu selalu menjemur sendiri handuk yang habis dipakainya mandi. Tapi sekarang, bukan hanya sikap Fahmi yang berubah, tapi kebiasaannya juga.

"Harus berapa kali sih aku bilang? Aku capek Jihan, kamu kan tahu kalau sekarang pekerjaanku lebih banyak dari sebelum menjadi Manager. Seharusnya kamu ngertiin aku dong. Kalau Dafa mau ke Taman bermain, ya kamu bawa aja, gak usah nunggu aku." Kata Fahmi dengan nada kesal.

Fahmi lalu berjalan keluar kamar. Jihan gegas menyusul suaminya dan mensejajarkan langkah mereka.

"Aku ngerti, Mas. Tapi Dafa juga butuh kamu Ayahnya, masa gak bisa minta izin sebentar saja demi anak." Ucap Jihan.

Fahmi menghentikan langkahnya, ia menatap Jihan dengan tajam. "Kamu pikir, kantor itu punya Bapakku yang seenaknya saja aku bisa minta izin hanya demi untuk memenuhi permintaan Dafa. Kamu mau kalau jabatan ku diambil lagi, atau kamu mau suamimu ini dipecat dan hidup kita kembali susah seperti dulu. Itu yang kamu mau, huh?" Ucapnya dengan berteriak di depan wajah Jihan.

Nafas pria itu nampak naik turun karena amarah yang menguasi dirinya. Sudah berulang kali ia mengatakan hal yang sama pada Jihan, tapi sepertinya istrinya itu susah sekali diberi pengertian.

Jihan mengelus dada. Ia bukannya tidak mengerti, hanya saja ia tidak kuasa melihat putranya selalu bersedih. Maka itu, ia selalu berusaha membujuk suaminya agar meluangkan sedikit saja waktunya untuk Dafa. Tapi sepertinya, tidak ada celah untuk itu. Setiap kali ia memohon pada suaminya demi putra mereka, hanya keributan yang terjadi.

Jika hanya dirinya yang merasakan, mungkin ia masih terima. Tapi putranya juga turut merasakan kesedihan akan sikap suaminya itu, sungguh membuat hatinya kian sakit.

"Mas, kalau saja aku tahu, apa yang kita miliki saat ini membuatmu jauh dari putramu sendiri, aku lebih memilih kita hidup seperti dulu. Biar sederhana tapi aku bahagia atas kasih sayangmu untukku dan untuk putra kita." Ucap Jihan. Dia menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca.

Tersirat kerinduan dalam netranya. Rindu dengan kelembutan suaminya, rindu kasih sayang yang selalu tercurah meski hidup pas-pasan. Apalah artinya kemewahan jika hidupnya tak bahagia.

Kedua tangan Fahmi terkepal erat, rahangnya tampak mengeras seiring tatapannya yang semakin menajam bagai belati yang siap menghujam Jihan. Selama tiga tahun menjadi karyawan biasa, dengan kerja kerasnya hingga akhirnya ia berhasil mencapai posisi sebagai manager. Namun, setelah semua usahanya itu yang memberikan semua apa yang mereka tidak punya, Jihan justru menginginkan hidup seperti dulu, rumah yang kecil, motor butut dan gaji pun pas-pasan.

"Dasar istri yang gak tahu diuntung, sudah enak punya semuanya tapi malah pengen hidup miskin. Dimana otak kamu!?" Ibu Neny yang baru saja pulang, ikut tersulut emosi mendengar ucapan Jihan. Wanita paruh baya itu melangkah cepat menghampiri sang menantu.

Kini Jihan bagai berada diantara dua tombak yang runcing, ditatap tajam oleh suami dan ibu mertuanya membuatnya diam tak berkutik.

"Kamu bilang apa tadi, huh? Memilih hidup sederhana tapi bahagia, bahagia apanya? Makan tahu tempe tiap hari itu yang kamu bilang bahagia, pake otak kamu Jihan!" Ibu Neny berkata sarkas sambil menoyor kepala Jihan.

Fahmi hanya diam melihat perlakuan ibunya, sama sekali tak ada niat untuk membela istrinya. Menurutnya apa yang dilakukan oleh ibunya itu sudah benar, Jihan memang harus diberi pengertian agar paham bahwa hidup mereka sekarang jauh lebih baik daripada dulu.

"Sudahlah, Bu. Percuma ngomong sama dia, gak bakal ngerti juga. Aku pamit," Fahmi mencium punggung tangan ibunya kemudian mengayun langkah menuju pintu utama.

"Mas, mau kemana?" Jihan gegas menyusul suaminya. Ia sudah memasak makanan kesukaan sang suami, tapi pria itu malah ingin pergi.

"Mas, tunggu." Panggil Jihan sembari berlari pelan, tapi Fahmi tak menghiraukan panggilannya. Suaminya itu malah semakin mempercepat langkahnya menuju pelataran. Setelah berada dalam mobil, Fahmi gegas melajukan mobilnya.

Jihan mematung dengan nafas yang tersengal-sengal, kedua matanya berkaca-kaca menatap mobil suaminya yang melaju cepat. Katanya capek, tapi kenapa sekarang malah pergi lagi.

Jihan baru beranjak dari tempatnya berdiri ketika mendengar teriakkan ibu mertuanya memanggil. Ia pun gegas masuk ke dalam rumah.

"Ada apa, Bu?" Tanyanya.

"Kalau Fahmi pulang telat, kamu makan saja bareng Dafa dan sisa makanannya simpan saja, bisa dipanaskan untuk sarapan besok. Ibu juga mau keluar, ada janji makan malam sama teman-teman arisan Ibu." Setelah mengatakan itu, bu Neny pun pergi ke kamarnya untuk bersiap-siap.

Jihan melangkah dengan gontai menuju ruang makan, menarik kursi lalu duduk diiringi dengan helaan nafas berat. Menatap nanar makanan yang terhidang di atas meja makan. Ia sudah susah payah memasaknya, namun suami dan ibu mertuanya justru meninggalkan rumah.

Ketika mendekati waktu Maghrib, Jihan bergegas membersihkan diri. Setelah itu mengajak putranya untuk sholat bersama.

"Bunda, kok Ayah sama Nenek udah gak pernah sholat bareng kita lagi?" Tanya Dafa.

Jihan yang baru saja memasangkan kopiah putranya, tersenyum sembari memegang kedua pundak putranya. "Ayah sama Nenek ada urusan di luar, Nak. Tapi Ayah sama Nenek pasti sholat kok walau gak bareng kita."

"Gitu, ya Bunda?"

Jihan mengangguk, senyum masih menghiasi wajahnya. Padahal dalam hati tengah menahan sesak.

Setelah selesai sholat Maghrib, Jihan kemudian mengajak putranya makan berdua. Hening dan terasa hampa tanpa kehadiran suami dan ibu mertuanya, entah di mana mereka sekarang.

Bahkan usai Jihan menunaikan sholat Isya, masih belum ada tanda-tanda Fahmi dan ibu Neny akan pulang. Ia masih menunggu sampai waktu menunjukkan pukul sembilan malam, merasa cemas ia akhirnya memutuskan untuk menghubungi suaminya. Berdering, namun tak kunjung ada jawaban.

Ketika mendengar suara bel berbunyi, ia bergegas keluar kamar. Berjalan cepat menuju pintu utama, yang pulang pasti suaminya.

"Kamu ngapain aja sih, lama banget buka pintunya!" Tukas bu Neny.

Jihan tersentak, senyumnya seketika surut. Ia kira suaminya yang pulang, tapi ternyata ibu mertuanya. "Bu, apa Ibu tahu Mas Fahmi pergi kemana?" Ia memberanikan diri untuk bertanya.

"Ya mana Ibu tahu, kamu kan istrinya seharusnya kamu lebih tahu kemana suami kamu pergi." Ucap bu Neny lalu melangkah masuk.

Setelah menutup pintu, Jihan kembali menghubungi suaminya. Namun, hasilnya sama saja, masih tak ada jawaban.

"Kamu di mana sih, Mas?" Ia menatap nanar layar ponselnya.

1
Ilfa Yarni
aduh Jihan km bikin orang jantungan aja pagi2 pergi ga bilang2
Adelia Rahma
wah..kok aneh ya.. hilang tiba tiba..
terus kembali juga tiba tiba...
duh Nur bikin penasaran aja deh
Adelia Rahma: sarapan bubur tuh dia haha🥰🥰🥰
Nurlinda: Mbak Jihan habis ke pasar subuh 🤭
total 2 replies
Eva Karmita
Alhamdulillah syukurlah Jihan udah balik aku kira Jihan benar" pergi tak tau nya Jihan lagi jogging mau nenangin diri 🤪🙈🤣🤣🤣
Nurlinda: Jihan habis dari pasar subuh /Hey/
total 1 replies
Heri Wibowo
Teteh Nur nih bikin sport jantung aja, kok tiba-tiba Jihan bisa hilang.
Nurlinda: ke pasar subuh dia wkwkw
total 1 replies
Dwi Rustiana
bang Rian pagi2 dah bkin orang jantungan aja istri org pake diumpetin segala kalo mau balas dendam entar ke neng Fio ya 🤣🤣🤣
LANY SUSANA: Jihan habis kemana ya? pagi2 udah pergi dan br pulang siang/ sore
ayok Aidan km dokter ya, yg gercep tuh test DNA bayi Iren
Nurlinda: ngadem kemana coba subuh-subuh /Hey/
total 4 replies
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
hayo Jihan pergi kemana......kata emak mah kepasar dah ......hehe
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜: iye pasar subuh Senen nyari lemper tor 😃
Nurlinda: ke pasar subuh wkwkwk
total 2 replies
Sugiharti Rusli
pergi ke mana si Jihan sepagi itu sebenarnya yah🤔🤔🤔
Nurlinda: ke pasar subuh 😂
total 1 replies
Dwi Rustiana
hadech makanya jadi laki yang tegas Ai jangan plin plan gitu itu baru digampar Ama neng Fio belum sampe dibonyokin 🤭🤭🤭
Dwi Rustiana: anaknya Mak Nur itu
Nurlinda: anak siapa gitu loh 😎😎😎
total 2 replies
Sugiharti Rusli
apa yah kira" yang mama Kiara sampaikan ke Jihan tadi,,,bukan mama Denis yah🤭🤭
Nurlinda: wkwkw typo 🙈
total 1 replies
Adelia Rahma
yah nunggu sore lagi nih .. sambungan nya..
nur lagi bikin teka teki nih kek nyaa☺️☺️
kaylla salsabella
ayo papa Denis buat tes DNA
Elena Sirregar
tukang selingkuh. ngapain lagi mau sama Iren, ambil anaknya emak jangan
Rhya Rhadyllah
semoga bukan anakx aidan
Rhya Rhadyllah
semoga bukan anakx Aidan..
Heri Wibowo
tindakan Iren yang tiba-tiba datang memang sungguh mencurigakan.
yellya
semoga kak nurlinda berbaik hati pada aidan 😁😁
Nanik Arifin
semua berawal dari mabuk. tak bisakah klo sd ada masalah tak lari ke mabuk di club ?
jika tak mau tes DNA, jangan percaya Iren & mau tanggung jawab
holipah
klw tes DNA itu jngan ribut2
Ilfa Yarni
udah buruan tes DNA m kan dokter to jgn sampe kecolongan ya km lakukan tanpa sepengetahuan wanita jalang itu
Aditya HP/bunda lia: lakukan di rumah sakit lain juga diam2 buat antisipasi kalo ada yang sabotase
total 1 replies
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
ya lah ngapain tanggung jawab sama iren ....wong die selingkuh ....selamat malam Minggu otor .....di temani kopi Nescafe n dimsum ...wedeh mantapppp
Nurlinda: selamat malam Minggu. wah mantap itu, aku malam Minggu malah menggigil. ini habis dikerokin paksu huhuu
LANY SUSANA: lanjut Thor... Aidan km. kan dokter ayok test DNA diem2 ya, takutnya Iren curang memanipulasi hasilnya
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!