Walau hanya sebatas wanita simpanan bagi James, Silvia sangat mencintai pria itu. Namun, Silvia harus menelan pil pahit ketika James memutuskan mengakhiri hubungan mereka. Akhirnya, Silvia pergi meninggalkan James karena banyak tekanan yang memintanya menjauh dari pria yang amat dicintainya. Dia pergi dan menyembunyikan kehamilannya dari James.
Akankah Silvia dan James bertemu dan bersatu kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Kedatangan Silvia dan Nathan disambut antusias oleh Bianca. Perempuan yang sedang hamil anak keduanya itu menyiapkan semua keperluan dengan baik dibantu oleh sang suami, Liam. Pun Sonia juga ikut membantu makan malam pertama mereka.
"Nyonya, tuan muda sudah kembali. Mereka sedang menunggu di ruang tengah," ucap pelayan ketika Sonia masih menyiapkan makan malam untuk James.
Bianca menoleh pada sang mama, dia merasa harus mengatakan hal yang sedari tadi ada dalam pikirannya. "Berikan senyum terbaik Mama untuk menyambut kepulangan Kak James. Jangan lupa ada cucu mama yang merindukan kasih sayang seorang Nenek," ujar Bianca memberi pesan pada Sonia.
"Ya, Mama tahu. Mama akan memperlakukan Silvia dan Cucu Mama dengan baik. Seperti memperlakukan Liam dan Rachel," ucap Sonia berusaha untuk tersenyum.
Perasaan kecewa memang ada, Sonia menganggap pilihannya adalah yang terbaik untuk James. Namun, putranya itu memiliki pilihan sendiri. Delapan tahun berlalu, Sonia melihat sendiri putranya tidak bergeming. Putranya itu tetap mencari keberadaan Silvia.
Bibit dan bobot memang penting demi keberlangsungan keluarga Davis. Akan tetapi, Sonia mulai memahami bila cinta James tidak bisa dipaksakan. Dia harus rela sang putra menikah dengan Silvia yang dulunya merupakan. sekretaris anaknya.
Wanita yang dulunya selalu dia tekan untuk meninggalkan James. Kenyataannya, Silvia merupakan pusat kebahagiaan James. Sehingga, Sonia mulai berpikir untuk menerima Silvia sebagai calon menantunya.
"Kalian sudah datang," ucap Sonia ketika memasuki ruang tengah.
Terlihat Nathan yang menatap Sonia dengan penuh binar di matanya. Sudah sejak lama dia menantikan hal ini. Memiliki keluarga lengkap adalah impian dari Nathan. Bocah tujuh tahun itu segera menghampiri dan memeluk Sonia.
"Apa Anda adalah nenekku?" tanya Nathan membuat Sonia terperangah.
Wanita paruh baya itu melihat James versi mini. Tidak perlu dilakukan tes DNA untuk membuktikan bahwa Nathan adalah putra James. Kemiripan mereka sudah menjelaskan semuanya.
"Ya, siapa namamu, Nak?" jawab Sonia yang menyejajarkan tubuhnya dengan Nathan.
"Nathan Davis," ucap Nathan yang langsung disambut oleh pelukan dari Sonia.
Sonia menitikkan air mata melihat Nathan yang tumbuh dengan baik. Silvia telah membesarkan Nathan seorang diri. Dia menatap wanita yang sedari tadi hanya terpaku memandangi pertemuan antara Sonia dan Nathan.
"Mengapa kamu pergi begitu saja, Silvia? Seharusnya kamu mengatakan padaku kalau sedang mengandung cucuku. Aku tidak mungkin tega membuatmu harus menghidupi cucuku seorang diri," ucap Sonia ditengah isakannya.
"Maaf! Maafkan aku, Nyonya. Aku tidak tahu harus bagaimana. Saat itu tidak ada orang yang dapat membantuku. Aku kalut dan tidak dapat memikirkan hal lain selain pergi dari sisi James," balas Silvia.
Sonia melepas pelukannya pada Nathan. Perempuan paruh baya itu menghampiri Silvia yang berada di samping James. "Kamu tadi memanggilku apa?" tanya Sonia dengan pelan.
"Nyo... Nyonya Sonia. Ak..." jawab Silvia terbata-bata.
"Jangan memanggilku seperti itu lagi, kamu bukanlah sekretaris James. Saat ini, kamu adalah calon menantuku. Panggil aku, Mama seperti James memanggilku," tukas Sonia kemudian memeluk Silvia.
Pelukan Sonia tentu disambut oleh Silvia, dari dulu dia menantikan hal ini. Sonia yang dahulu selalu memandangnya dengan sinis dan merendahkan kini menerimanya dengan baik.
"Maafkan aku karena pernah menekanmu. Kamu harus berbahagia dengan anakku. Jangan pernah tinggalkan James lagi, Silvia," ucap Sonia sambil memeluk Silvia.
"Iya, Ma. Aku akan selalu berada di sisi, James," balas Silvia.
James menatap pemandangan di depannya dengan senyum. Akhirnya, dia dapat melihat Silvia dan mamanya saling berpelukan. Sebenarnya, dia cukup khawatir bila Sonia tetap tidak menerima Silvia menjadi istrinya.
Bila sampai hal itu terjadi, James akan tetapi menikahi Silvia walau tanpa restu dari Sonia. Beruntung, Sonia sudah melunakkan hatinya dengan menerima kehadiran Nathan dan Silvia.
"Baiklah, sudah acara pelukannya. Ayo kita makan malam dulu. Aku yakin keponakanku ini sudah lapar. Ayo Nathan! Kenalan sama Rachel, anak Tante. Dia sudah menunggu kedatanganmu sedari tadi," ucap Bianca memecahkan keharuan yang hadir di ruangan itu.
James tersenyum kemudian menggandeng Silvia menuju ruang makan. Silvia berkenalan dengan Liam dan Rachel. Tentu saja, mereka semua bertukar cerita tentang Silvia yang membesarkan Nathan seorang diri dan James yang melewati masa kesendiriannya tanpa Silvia.
"Aku tidak ingin melihat James terpuruk seperti itu lagi, Silvia. Jadi, aku harap kalian segera meresmikan hubungan kalian. Kapan kalian akan menikah? Mama akan menyiapkan semua hal untuk pernikahan kalian," ucap Sonia membuka pembicaraan mengenai pernikahan James dan Silvia.
"Secepatnya, Ma. Kalau bisa, Minggu depan kami harus menikah!" ucap James.
"Itu terlalu cepat, James!" tukas Silvia dengan wajah yang merona.
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca. ❤️
Berikan like dan komentarnya ya, Kakak. ❤️