Ketika hidupnya terguncang oleh krisis keuangan dan beban tanggung jawab yang semakin menekan, Arya Saputra, seorang mahasiswa semester akhir, memutuskan memasuki dunia virtual Etheria Realms dengan satu tujuan: menghasilkan uang.
Namun, dunia Etheria Realms bukan sekadar game biasa. Di dalamnya, Arya menghadapi medan pertempuran yang mematikan, sekutu misterius, dan konflik yang mengancam kehidupan virtualnya—serta reputasi dunia nyata yang ia pertaruhkan. Menjadi seorang Alchemist, Arya menemukan cara baru bertarung dengan kombinasi berbagai potion, senjata dan sekutu, yang memberinya keunggulan taktis di medan laga.
Di tengah pencarian harta dan perjuangan bertahan hidup, Arya menemukan bahwa Main Quest dari game ini telah membawanya ke sisi lain dari game ini, mengubah tujuan serta motivasi Arya tuk bermain game.
Saksikan perjuangan Arya, tempat persahabatan, pengkhianatan, dan rahasia kuno yang perlahan terungkap dalam dunia virtual penuh tantangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miruのだ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kota Chernora
Ketika malam telah mulai larut, rombongan pedagang yang diketuai oleh Lucian berhasil sampai di tanah lapang, yang seperti biasa akan mereka gunakan untuk beristirahat malam itu.
Ferran memperhatikan para pemain yang tengah bercanda dengan para NPC pegawai karavan, seraya menghabiskan sup di mangkoknya, Ferran hanya memperhatikan hal itu dari jauh dalam diam, tidak berniat bergabung sama sekali.
Setelah menghabiskan makan malamnya Ferran membaringkan tubuh karakternya, dan log out dari game.
Seraya meregangkan tubuhnya yang agak kaku, Arya berjalan turun dari lantai dua kamarnya dan mendapati Vina tengah memasak di dapur.
Arya berjalan mendekat tanpa berkata apa-apa, dia kemudian duduk di salah satu kursi meja makan dan meletakkan laptopnya diatas meja. Vina segera menyadari keberadaan kakaknya itu, dan tersenyum tipis.
"Kakak, mau dibuatkan kopi?"
"Yah..." Balas Arya masih fokus dengan layar laptopnya.
Vina meletakkan secangkir kopi hitam didekat Arya, bersamaan dengan suara ketukan di pintu kost-an mereka, membuat keduanya melirik kearah pintu masuk.
"Ah... Biarkan aku yang melihatnya!..."
Arya melirik Vina yang tiba-tiba bertingkah seperti itu, "Sudah seperti ibu rumah tangga saja..." Ucap Arya seraya menyesap kopi di cangkirnya.
Vina kemudian kembali lagi, kali ini bersama sebuah bungkusan paket kecil, yang sepertinya berisi kain atau sesuatu serupa.
"Apa yang kau pesan, pagi pagi seperti ini?"
Vina tersenyum kecil, "Hanya beberapa buah bra..." Jawab Vina tanpa ragu, yang segera dia sesali beberapa saat kemudian.
"Apa kau bahkan membutuhkannya?" Saut Arya mengingat dada adiknya yang hampir tidak berisi tersebut.
"..."
"..."
Di momen berikutnya, Vina dengan bungkusan paket yang masih ada ditangannya, mumukuli Arya terlihat sangat kesal dengan perkataan pemuda itu sebelumnya.
"Nggehh... Kakak!! Tidak... pernahkah... kau mendengar... Tuk tidak... Mengumbar... Aib... Perempuan..." Ucap Vina kesal masih dengan memukuli kakaknya.
'wanita... Memang sepertinya tidak pernah bisa menerima sebuah fakta...' Arya hanya diam menerima semua serangan dari adiknya itu, hingga Vina akhirnya puas memukuli kakaknya.
"Oh ya, kapan kakak sampai di kota Chernora?"
"Hm...? Jika dihitung dalam waktu game, nanti siang seharusnya sudah sampai, Yah... Kau bisa berburu dulu jika mau, kita bisa bertemu saat malam tiba!" Balas Arya masih dengan memperhatikan layar laptopnya.
Vina tersenyum masam mendapati kakaknya sama sekali tidak memperhatikan dirinya ketika berbicara, membuatnya penasaran dengan apa yang sebenarnya kakaknya itu sedang lakukan.
"Heh?!..." Saat Vina berjalan mendekat tuk melihat apa yang tengah Arya lakukan, gadis itu malah terkejut melihat isi dari layar laptop kakaknya itu.
Arya menoleh dan menyadari keberadaan Vina, segera bertanya heran melihat ekspresi wajah gadis itu, "Apa yang kau lakukan?"
"Ka-kakak! Benda apa yang sebenarnya kau jual sebagai Alchemist?!" Pertanyaan Vina bukan tanpa alasan, baru saja beberapa saat yang lalu dia melihat kakaknya memasang suatu item di pelelangan Forum Etheria Realms.
Benda tersebut segera naik drastis jumlah bidnya, hingga bahkan menyentuh angka yang sulit Vina bayangkan.
"Oh ini? Hanya beberapa item yang kubuat sendiri, orang-orang menyarankan ku untuk melelangnya, jadi aku lelang saja!..." Jawab Arya ringan, tanpa peduli reaksi apa yang akan dibuat oleh Vina berikutnya.
"Bu-bukankah kau cuman Alchemist?"
Kali ini pertanyaan Vina berhasil membuat Arya menoleh padanya, "Bukankah sudah ku bilang, bahwa kau terlalu meremehkan pendapatan ku sebagai Alchemist!..."
Vina segera membisu mendengar jawaban dari Arya, ya bagaimana pun dirinya memang selalu menganggap Alchemist sebagai Job yang kurang potensial, mengingat dia juga tidak pernah melihat atau bertemu dengan Alchemist hebat sebelum bertemu kakaknya kembali.
"Yah... Walau aku memang sedikit berbeda sih dari kebanyakan Alchemist lainnya!" Tambah Arya seraya menghabiskan kopi di cangkirnya.
"Di dalam game sudah pagi lho... Jika masih ingin berburu maka sebaiknya kau segera login kedalam game!"
----->><<-----
Sesuai dengan perkataan Lucian, rombongan Karavan mereka tiba di Chernora City, tepat saat siang hari sudah tiba. Ferran memperhatikan matahari yang sudah mulai naik hingga ke atas kepala mereka, saat ini Lucian tengah mengurus beberapa administrasi untuk memasuki kota.
Setelah mengurus berbagai hal yang menurut Lucian merepotkan, kelompok Karavan akhirnya diijinkan memasuki kota Chernora. Ferran dan Lucian berpisah sekali lagi, mengingat mereka akan berangkat esok pagi dan menjadikan kota tempat beristirahat selama sehari.
Ferran segera berkeliling kota seraya menikmati keramaian kota tersebut, mayoritas pemain saat ini tengah berada di luar kota untuk berburu, membuat kota tidaklah terasa terlalu padat atau sesak.
Selain berkeliling kota, Ferran juga mencari informasi mengenai tempat yang menyediakan jasa penyewaan ruang Alchemy. Dengan jumlah Fame, serta Tittle yang ia miliki, mencari informasi receh seperti itu bukanlah hal yang sulit bagi Ferran.
Banyak NPC yang mengarahkan Ferran ke toko Alchemy terbesar di kota tersebut, toko yang memiliki tiga lantai itu berdiri di dekat jalan utama kota, sehingga sangat mudah untuk ditemukan.
Mengingat waktu game yang masih siang hari, membuat toko itu cukup sepi akan pelanggan. Saat Ferran memasukinya saja hanya ada beberapa NPC, dan juga beberapa pemain Alchemist didalamnya.
Ferran hanya memperhatikan mereka sejenak, sebelum langsung berjalan menuju meja kasir. NPC yang menjaga toko tersebut terlihat sangat menghormati Ferran, berkat Fame dan Tittle yang ia miliki.
"Ku dengar kalian menyewakan tempat pembuatan potion?"
"Ah, iya.. kami memang menyediakannya, ruangan mana yang tuan perlukan-" belum sempat gadis penjaga toko itu menyelesaikan penjelasannya, Ferran telah lebih dulu memotongnya.
"Yang terbaik, sebutkan saja harganya!"
Gadis penjaga toko itu tersenyum lebar mendengar permintaan Ferran, dan segera menyebutkan harga ruangan terbaik mereka tanpa basa-basi, menarik perhatian beberapa pemain yang berada di dalam toko tersebut.
"Aku sewa enam jam!" Ferran meletakkan 12 keping emas diatas meja kasir, dan segera naik ke lantai tiga sesuai petunjuk gadis penjaga toko.
Ruangan VIP yang Ferran pesan ternyata jauh lebih bagus dari perkiraan pemuda itu, selain didalamnya telah dilapisi oleh tiga jenis barrier, berbagai perabotan seperti sofa dan meja mahal juga menghiasi ruangan itu.
"Tidak heran mereka mematok harga yang cukup mahal!..." Ferran mengelus sofa diruangan tersebut, yang telah dilapisi oleh barier pelindung.
Ferran menggelengkan kepalanya pelan, dia duduk di sofa tersebut dan mengeluarkan beberapa Herba. Karena sebagian besar Pill dan potion yang ia miliki telah Ferran jual di Forum, maka dia harus membuat kembali Pill dan potion tersebut untuk mengisi kembali stoknya.
Hingga tak terasa waktu yang Ferran habiskan tuk membuat Pill dan potion, membuatnya hampir melupakan janjinya dengan Vina. Setelah menghabiskan waktu sewa ruangan Alchemy, Ferran segera keluar dari toko Herba yang mulai dipenuhi oleh pemain tersebut.
Matahari sudah mulai tenggelam, dan para pemain yang berburu juga sudah kembali ke kota tuk berisitirahat, seraya menunggu hari berikutnya tuk tiba.
Disisi lain Ferran berjalan menuju alun-alun kota Chernora, dimana banyak pemain berlalu lalang, serta beristirahat disana.
Setelah menengok kesana kemari, Ferran akhirnya menemukan orang yang sedari tadi ia cari.
Seorang pemain wanita, dengan rambut berwarna abu keperakan terlihat tengah duduk di salah satu kursi dekat alun-alun kota.
Ferran mendekati wanita itu, "Avita Vina Saputri..."
Wanita itu menoleh mendengar seorang menyebutkan nama aslinya, manik mata ungu seperti berlian itu menyisir kesekitar, hingga bertatapan dengan manik mata ungu yang serupa, dari seorang pemuda disampingnya.
"Kelihatannya aku tidak salah orang!..." Ferran terdiam sejenak mendengar tawa kecil keluar dari mulut gadis dihadapannya.
"Apa yang kau tertawakan?"
"Hihi... Tidak... Aku sempat berpikir bahwa kakak akan merubah cukup banyak penampilannya, namun sepertinya aku salah!..." Gadis itu mengusap matanya yang berair karena tertawa.
Dia menoleh kearah Ferran dengan senyum lembut, "Kakak tetaplah kakak, walau itu di game sekalipun!"
Ferran terdiam di tempatnya berdiri, sama sekali tidak paham dengan yang dimaksud oleh gadis itu, "Aku tidak mengerti maksudmu!"
"Hihihi... Kakak tidak perlu mengerti, oh ya, panggil aku Kira disini!"
"Kalau begitu kau bisa memanggilku Ferran! Apa kau sudah makan?" Ferran duduk disamping Kira, pemandangan dimana keduanya duduk saling bersebelahan lumayan menarik mata.
Membuat Ferran segera mengajak Kira tuk pergi mencari makan malam, mengingat keduanya juga belum makan sedari tadi. Awalnya Kira berpikir hanya untuk mengisi perutnya, jadi mereka bisa memesan makanan di toko-toko pinggir jalan.
Namun Ferran berkata lain, dengan mengajaknya menuju restoran mewah, yang hampir mustahil dikunjungi oleh pemain biasa.
Dengan teknologi yang dimiliki oleh Virtual Box jaman sekarang, bukan tidak mungkin bagi pemakainya untuk merasakan rasa masakan asli seperti di dunia nyata, pada indra perasa makanan mereka.
Sebab itulah Ferran tidak ragu tuk berkunjung ke restoran mewah, apalagi uang bukanlah masalah lagi bagi dirinya saat ini.
"Pesanlah!..." Ferran membuka buku menu dan memesan beberapa makanan yang menarik perhatiannya.
Disisi lain Kira yang melihat kakaknya tanpa ragu membawanya kemari, terlihat masih termenung diam.
"Kau tidak memesan?" Pertanyaan Ferran segera menyadarkan Kira kembali, gadis itu dengan gugup membuka buku menu dan memesan salah satu makanan disana.
"Ah... Aku melupakan sesuatu!..." Ferran mengeluarkan lima buah botol, berisi Pill berbagai warna.
"Ini! Pakailah!"
Kira awalnya sedikit bingung dengan benda yang kakaknya berikan, namun kebingungannya itu segera berubah menjadi rasa terkejut, ketika mengetahui khasiat dari Pill Pill pemberian Ferran.
"!!!... Kakak da-dari mana kau mendapatkan ini?!"
Pertanyaan dari Kira malah membuat Ferran menatap adiknya itu heran, "Bukankah sudah jelas! Aku membuatnya sendiri!"
"Heh?!..." Kira yang masih terkejut dengan Pill pemberian Ferran, kini dibuat tambah terkejut akan jawaban dari kakaknya itu.
"Bukankah sudah kubilang, untuk tidak meremehkan kemampuanku sebagai Alchemist!"
Kira menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan tersenyum canggung, dan berpikir bahwa Etheria Realms sepertinya sudah benar-benar berubah, semenjak dia pergi beberapa waktu lalu.