Choki Zakaria atau yang biasa dipanggil 'Jack', adalah ketua geng motor yang ditakuti di kotanya mendadak harus menikah dengan Annisa Meizani karena kesalahpahaman dari para warga.
Annisa, seorang gadis muslimah dengan niqob yang menutupi sebagian wajahnya ini harus ikhlas menerima sikap cuek Jack yang mengira wajahnya buruk rupa.
Sikap Jack berubah setelah tau wajah Annisa yang sebenarnya. Bahkan ketua Genk motor itu menjadi pria penurut dan manja di hadapan istrinya.
Akankah niat Jack untuk bertobat mulus tanpa hambatan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab#19. Menjaga Annisa Di Rumah Sakit.
"Aku tidak bisa membujuknya, Honey. Putramu keras kepala seperti papanya," ucap Eliana ketika keduanya telah berada di sebuah restoran.
Nyatanya, mengurus putra semata wayang saja mampu menguras tenaga serta pikiran mereka.
"Giliran hal jelek, kau akan bilang jika Zakaria mirip denganku. Tetapi, jika bagus ... maka kau akan mengakuinya bahwa dia mirip denganmu," sindir Alberto sambil mengelap bibirnya dengan kain.
Mereka berdua telah makan menu utama, tinggal menunggu sesi makanan penutup datang.
Sementara Eliana hanya mencebikkan bibirnya.
"Mungkin, kita biarkan saja dulu Choki seperti itu. Nanti, putramu juga akan tau sendiri bagaimana rasanya hidup dalam keadaan serba terbatas." Ucapan Alberto barusan mau tak mau diangguki oleh Eliana, dengan patuh.
Sementara itu di rumah sakit.
Choki sedang mencari cara untuk menjawab permintaan Annisa.
"Jangan pikirkan itu dulu sekarang. Fokuslah pada kesehatanmu. Cepatlah sembuh," jawab Choki atas permintaan Annisa yang meminta ijin untuk bertemu dengan kedua orang tua dari pemuda di hadapannya ini.
"Tak mau membantah, Annisa pun mengangguk. Dalam hati berjanji bahwa ia akan menelusuri hal ini sampai tuntas nanti.
Annisa tak ingin, karena kehadirannya justru hubungan antara anak dan orang tua manjadi renggang apalagi sampai putus.
Sebelum, hubungan mereka serta perasaan tenggelam semakin jauh. Annisa lebih baik mundur ketimbang Choki harus kehilangan keluarga.
Annisa, tau benar bagaimana rasanya, hidup sebatang kara.
Selama beberapa hari ini, Choki menemani sang istri di rumah sakit. Segala keperluan Annisa dia yang mengurus. Mulai dari di saat gadis itu harus ke kamar mandi serta membersihkan diri.
Sengaja Annisa membiarkan Chiko yang mengurus semua kebutuhannya karena mereka berdua harus mulai membangun bounding serta chemistry mulai dari sekarang.
Annisa tak mau jika hubungan mereka hanya berjalan di tempat. Bagaimanapun pernikahan bermaksud bukan hanya menyatukan dua hati tetapi juga dua raga dan pikiran.
Sehingga, untuk dapat menjalani pernikahan yang sesungguhnya, mereka berdua, Choki dan Annisa harus membangun kedekatan diantara mereka.
Seperti saat ini, Annisa sudah mulai terbiasa dan nyaman ketika Choki melihatnya tanpa niqob dan khimar.
Gadis itu juga mulai terbiasa ketika Choki menggendongnya ke kamar mandi.
Pemuda itu meski masuk ke dalam toilet tapi tidak pernah melihat aurat tersembunyi Annisa. Karena, gadis itu akan meminta Choki untuk berdiri membelakanginya.
"Ini." Annisa menyodorkan kartu ATM ke depan Choki suaminya.
"Emang ada isinya?" tanya Choki.
"Alhamdulillah ada. Selama ini Annisa menabung dari hasil jualan dan mengajar les privat. Gak banyak sih, tapi insyaallah cukup untuk membayar biaya rumah sakit," terang Annisa dengan senyum manis yang tak pernah lekang dari wajahnya yang cantik natural itu.
Meskipun keadaannya masih lemah dan pucat, namun hal itu tidak mampu mengurangi kadar kecantikannya.
Kalau mengingat ini, maka Choki akan merutuki dirinya habis-habisan.
"Gak perlu. Uangku juga cukup untuk membiayai rumah sakit kamu dan juga kehidupan kita selama beberapa tahun ke depan," ucap Choki, seraya mendorong kembali tangan istrinya.
Tanpa Choki sadari, kedua pipi Annisa merona merah. Ketika, ia mendengar pria di hadapannya berkata kehidupan selama beberapa tahun ke depan.
"Memangnya, kamu yakin akan hidup bersama dengan Annisa selama bertahun-tahun ke depan?" tanya Annisa mencoba mengulik perasaan serta pikiran yang di sembunyikan olah pemuda di hadapannya ini.
"I–itu--"
...Bersambung ...