Wanita Cantik Yang Kau Hina

"Oh, jadi ini istri pertamanya Zaki. Malu-maluin saja kamu. Ini tuh pesta untuk orang-orang elit seperti kita. Orang seperti kamu pantasnya mungutin sampah di tong sampah pinggir jalan sana! Miskin, belagu lagi," ujar wanita bergaun pink di samping calon tunangan yang memakai gaun putih yang tak lain adalah Naura.

Naura dan teman-temannya sengaja menunggu keluarga Zaki yang belum hadir. Sambil menunggu keluarnya Zaki, ia mencicipi hidangan prasmanan. Namun, di tempat tersebut dikejutkan oleh wanita sederhana yang tak lain adalah Zumairah Alqonza.

Zumairah mencoba tenang dan mengabaikan ucapan pedas dari Naura dan teman-temannya. Kata Bu Mirna ia harus bekerja secara profesional.

"Sekarang dia bukan istri kawan. Dia itu sudah menjadi mantan. Mas Zaki gak maulah sama cewek miskin seperti dia!"

Naura memberi tahu kepada teman pestanya tentang status Zumairah. Hingga teman-temannya melihat Zumairah dengan tatapan benci.

"Sini kamu, udik! Ngapain kamu kerja terus! Emangnya itu tugas Lo? Sok-sok an rajin."

Salah satu teman Naura yang memakai gaun berwarna pink, memanggil Zuma yang sudah selesai meletakkan sajian masakan dan minuman. Pekerjaann di depan sudah kelar. Namun, ia dipanggil oleh seorang tamu.

"Ada apa kamu memanggil saya?"

Setelah sampai di depan wanita yang memakai gaun pink, Zuma bertanya dengan tegas. Ia masih belum menjelaskan tujuan apa dia ke situ.

"Nih, minum sirup rasa Koko pandan. Lezat kan. Hahaha. Nah, begini kamu tambah kucel."

Ternyata wanita yang memakai gaun pink sedang menyiram minuman yang berasa Koko pandan di atas kepala Zumairah. Sehingga rambut beserta bajunya basah dan terkena noda.

"Apa salah saya? Tega sekali kalian memperlakukan saya seperti ini! Saya di sini bukan pengemis! Saya bekerja sebagai resepsionis di sini dan pelayan di pesta ini. Kalian kalau tidak tahu jangan sok tahu!"

Zuma berkata keras dan tegas ketika dirinya diguyur air minuman. Saatnya dia menjelaskan yang sebenarnya.

"Ada apa ini ribut-ribut, Naura? Acaranya akan segera dimulai. Zuma, kamu kok basah seperti itu?"

Beberapa menit kemudian, Zaki beserta keluarganya datang. Zaki kaget ketika melihat keributan dan ternyata ada Zumairah yang basah kuyup.

"Mas, itu mantan istri kamu murahan sekali. Tak diundang malah dia datang ke sini. Dan sok rajin menata hidangan segala. Akhirnya teman-temanku mengerjai dia dengan menumpahkan minuman ke badannya," jawab Naura dengan jujur. Ia masih belum sadar juga bahwa Zuma sebenarnya sedang bekerja.

"Astaga, Naura. Zuma itu pelayan resepsionis di sini. Karyawannya Bu Mirna. Kalau Zuma seperti itu, bisa malu keluarga kami. Berantakan acara pesta kita. Kamu kok seperti anak kecil?"

Zaki terkejut dengan pengakuan Naura. Ia tak habis pikir, calon istri dan teman-temannya seperti anak kecil.

"Masa sih Mas? Zuma karyawannya Bu Mirna yang kaya raya itu? Ki—kirain dia ngemis datang sendiri ke sini," tanya ulang Naura. Ia mulai sadar ketika Zaki menjelaskannya.

"Benar, Nona Naura yang terhormat. Zuma adalah karyawan saya. Berarti ada tiga karyawan yang bersama saya. Dua orang bagian catering, satu orang sebagai resepsionis yaitu Zumairah sendiri. Saya butuh kerja samanya agar acara ini berjalan lancar. Zuma berusaha bekerja dengan baik, tetapi Anda malah menghinanya. Zuma, kita pulang saja toh persiapan Catering sudah selesai. Biarkan Nona Naura dan teman-temannya yang akan melayani tamu!"

Tidak lama, setelah terjadi keributan, Bu Mirna yang sedang di Pantry datang ke tempat keributan.

Bu Mirna tidak terima jika salah satu karyawannya dihina dan dibully. Ia mengajak Zuma dan beberapa karyawannya untuk pergi dari pesta tersebut.

"Maafkan Naura, Bu Mirna. Apakah bisa dipertimbangkan kembali? Maafkan kesalahan anak kami supaya pesta ini berjalan lancar kembali. Nanti Zuma bisa ganti pakaian. Biar Zuma ikut dengan saya," ujar mamanya Naura yang berusaha menyelesaikan masalah.

"Em. Zuma, apakah kamu masih mau melanjutkan pekerjaan ini?" tanya Bu Mirna meminta penjelasan Zuma.

Bu Mirna memberi kesempatan satu kali lagi untuk membantu jalannya pesta bersama dengan karyawannya dan meminta pertimbangan Zuma.

"Baik Bu. Saya tidak apa-apa. Pekerjaan ini harus diselesaikan. Lagian, Naura juga salah paham. Jika nanti membuat keributan kembali, kita bisa pergi secepatnya," jawab Zuma dengan bijak.

Walau dihina itu memang menyakitkan, namun, ia harus bekerja secara profesional. Di depan banyak tamu, ia mencoba menahan amarah dan tangisnya.

"Baiklah. Segera ikut dengan mamanya Naura untuk ganti pakaian. Jika sudah selesai bisa bekerja kembali!"

Tidak lama, Zuma ikut dengan mamanya Naura untuk ganti pakaian dan membersihkan diri di kamar mandi yang disediakan.

Zaki, Naura dan para tamu yang baru beberapa hadir mulai memposisikan diri ke area masing-masing. Keributan yang baru saja terjadi kini bisa dihentikan dan mulai tenang kembali.

Beberapa menit kemudian, Zuma sudah ganti dengan pakaian pemberian dari mamanya Naura. Hingga ia terlihat lebih bersih dan elegan. Ia kini mulai bekerja kembali. Saat Zuma memakai gaun tersebut, kebetulan Zaki melihatnya. Ia lama memperhatikan Zuma yang terlihat cantik.

"Mas, sebentar lagi pesta akan dimulai. Dan penyematan cincin akan segera dimulai. Kamu lihat apa, Mas?"

Naura mulai cemas ketika Zaki berubah tak bersemangat dan matanya melihat ke mana-mana seperti mencari seseorang.

"Hem. I—ia Ra. Mas juga sudah siap kok," jawab Zaki yang pura-pura siap untuk memulai acara. Padahal pikirannya saat ini terbayang oleh sang mantan yakni Zumairah Alqonza.

Dua puluh menit kemudian, acara penyematan cincin segera dimulai. Prosesi tunangan antara Naura dan Zaki berhasil dilakukan. Semua keluarga kedua belah pihak sangat senang. Namun, tiba-tiba Zaki mulai murung.

"Mas, sebentar lagi kita dansa. Persiapkan dirimu, Mas."

Beberapa menit setelah acara penyematan cincin selesai, dilanjutkan dengan acara selanjutnya yaitu dansa dan diiringi dengan musik jaz yang terdengar sangat merdu.

"Tapi Ra, aku tidak terbiasa berdansa. Kita makan saja yuk. Biarkan para tamu yang berdansa," kata Zaki menutupi rasa bosannya untuk berdansa. Ia kini sedang memikirkan Zuma yang kini sedang sibuk bekerja. Ia terlihat sangat anggun dan cekatan.

"Nanti aku ajarin, Mas. Ayolah!"

Naura menarik tangan Zaki untuk berdansa bersama tamu yang lainnya. Terpaksa, Zaki menuruti ajakan Naura agar wanita itu tidak marah.

"Zuma! Kau di sini. Ikut dansa denganku yuk? Musiknya enak di dengar lho?"

Ketika Zaki memasuki area dansa, ia melihat Zuma sedang didekati oleh pria tampan mengajak dansa. Hati milik Zaki mendidih tak karuan. Yang seharusnya Naura diperhatikan, Zaki malah fokus memperhatikan Zumairah Alqonza.

Apa yang akan terjadi?