Di dunia yang dikendalikan oleh faksi-faksi politik korup, seorang mantan prajurit elit yang dipenjara karena pengkhianatan berusaha balas dendam terhadap kekaisaran yang telah menghancurkan hidupnya. Bersama dengan para pemberontak yang tersembunyi di bawah tanah kota, ia harus mengungkap konspirasi besar yang melibatkan para bangsawan dan militer. Keadilan tidak lagi menjadi hak istimewa para penguasa, tetapi sesuatu yang harus diperjuangkan dengan darah dan api.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairatin Khair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21
Waktu terus berlalu, dan Valyria perlahan-lahan bangkit dari reruntuhan. Di bawah kepemimpinan Liora, rakyat Valyria mulai memulihkan diri dari kehancuran yang ditinggalkan oleh kekuatan bayangan. Kuil Bayangan kini telah berubah menjadi pusat pembelajaran, tempat di mana rakyat mempelajari sejarah kelam kekaisaran mereka dan bagaimana menjaga keseimbangan antara cahaya dan kegelapan.
Namun, tidak semua orang menyambut perubahan ini dengan tangan terbuka.
Di sudut gelap Valyria, ada faksi-faksi yang tidak puas dengan arah baru yang diambil oleh kekaisaran. Mereka adalah mereka yang pernah menikmati kekuasaan di bawah rezim Ragnar, dan meskipun kegelapan telah dihancurkan, ambisi mereka tetap hidup.
---
Di suatu malam yang sepi, di sebuah aula rahasia yang tersembunyi jauh di dalam kota, para bangsawan yang tidak puas berkumpul. Di tengah ruangan, seorang pria dengan wajah tertutup jubah hitam berdiri dengan penuh wibawa. Matanya yang dingin menatap para pengikutnya dengan cerminan ambisi yang berbahaya.
"Kita telah menunggu terlalu lama," kata pria itu dengan suara pelan namun tajam. "Liora telah memimpin Valyria menuju arah yang salah. Dia berbicara tentang keseimbangan, tetapi keseimbangan yang dia ciptakan hanyalah kelemahan."
Seorang bangsawan yang lebih tua, dengan wajah penuh kerutan, maju. "Tapi kekuatan bayangan telah dihancurkan. Bagaimana kita bisa melawan tanpa kekuatan itu?"
Pria berjubah hitam itu tersenyum dingin. "Kalian salah paham. Kegelapan tidak bisa dihancurkan sepenuhnya. Ares mungkin telah menghancurkan kunci terakhir, tetapi bayang-bayang Valyria masih ada, tersembunyi di sudut-sudut yang tak terlihat."
Dia mengangkat tangannya, dan dari jubahnya, dia mengeluarkan sebuah benda kecil yang tampak berkilau di bawah cahaya obor—sebuah pecahan dari kunci terakhir yang telah dihancurkan oleh Ares. Cahaya hitam samar memancar dari benda itu, seolah-olah sisa-sisa kegelapan masih hidup di dalamnya.
"Kita masih memiliki kesempatan untuk menguasai Valyria," kata pria itu, matanya menyala dengan penuh kebencian. "Dengan pecahan ini, kita bisa memanggil kembali kekuatan bayangan, tetapi kali ini, kita akan mengendalikannya."
Para bangsawan yang lain saling bertukar pandang, ragu, tetapi ada ketakutan dan harapan di mata mereka. Mereka tahu bahwa jalan yang ditawarkan oleh pria ini berbahaya, tetapi mereka juga tahu bahwa itu mungkin satu-satunya cara untuk mengembalikan kekuasaan yang pernah mereka miliki.
"Kita harus bertindak cepat," lanjut pria itu. "Sebelum Liora dan para pendukungnya semakin kuat."
---
Di benteng Valyria, Liora merasakan bahwa sesuatu tidak beres. Meskipun Valyria tampak damai di permukaan, ia sering merasa bahwa ada bayang-bayang yang bersembunyi di balik tirai cahaya yang baru mereka ciptakan.
Suatu malam, saat dia berada di ruang pribadinya, Varren, seorang prajurit setianya yang dulu bertarung bersama Ares, datang dengan kabar penting.
"Liora," kata Varren, suaranya tegang, "ada sesuatu yang harus kau ketahui. Aku mendapat informasi dari mata-mata kita di dalam kota. Ada faksi rahasia yang berusaha untuk membangkitkan kembali kekuatan bayangan."
Mata Liora melebar. "Apa maksudmu? Kegelapan telah dihancurkan—Ares telah menghancurkan kunci terakhir."
Varren menggeleng, wajahnya serius. "Tidak sepenuhnya. Ternyata ada pecahan dari kunci terakhir yang masih tersisa. Mereka berencana menggunakan pecahan itu untuk memanggil kembali kekuatan bayangan, meskipun dalam bentuk yang lebih kecil. Jika mereka berhasil, Valyria bisa kembali jatuh ke dalam kekacauan."
Liora menggertakkan giginya. "Siapa yang memimpin mereka?"
Varren menundukkan kepalanya. "Kami belum tahu pasti. Tapi dari informasi yang kami dapatkan, tampaknya seorang bangsawan misterius yang pernah berhubungan dengan Ragnar memimpin mereka."
Liora merasakan ketegangan di dalam dirinya. Meskipun mereka telah menang melawan Ragnar dan menghancurkan kunci terakhir, sisa-sisa kekuasaan lama masih mengintai di bayang-bayang, menunggu saat yang tepat untuk menyerang.
"Kita tidak bisa membiarkan mereka berhasil," kata Liora dengan suara tegas. "Aku tidak akan membiarkan Valyria kembali jatuh ke dalam kegelapan."
---
Di pagi berikutnya, Liora mengumpulkan para panglima dan penasihatnya di dalam ruang pertemuan benteng. Wajah-wajah mereka menunjukkan keprihatinan yang sama, karena mereka tahu bahwa ancaman ini tidak bisa diabaikan.
"Kita mungkin telah menghancurkan kunci terakhir, tetapi tampaknya kegelapan selalu menemukan cara untuk kembali," kata Liora, membuka pertemuan. "Ada sisa-sisa kekuatan Ragnar yang masih hidup, dan mereka berusaha untuk menggunakan pecahan kunci terakhir untuk membangkitkan kembali bayangan."
Salah satu panglima, seorang pria tua dengan janggut abu-abu, angkat bicara. "Apa yang bisa kita lakukan, Pemimpin Liora? Bagaimana kita bisa melawan sesuatu yang seharusnya sudah dihancurkan?"
Liora berpikir sejenak, mengingat semua yang telah dipelajari dari Ares. "Ares pernah berkata bahwa kegelapan tidak pernah benar-benar hilang, tetapi kita bisa memilih bagaimana kita menghadapinya. Kali ini, kita harus memastikan bahwa sisa-sisa bayangan itu benar-benar dimusnahkan."
Varren berdiri dan menyarankan, "Kita harus menemukan pemimpin faksi ini. Jika kita bisa menghentikan mereka sebelum mereka menggunakan pecahan kunci, kita bisa menghancurkan sisa-sisa kegelapan yang tersisa."
Liora setuju. "Kita akan melakukan penyelidikan di seluruh kota. Temukan mereka sebelum mereka bertindak. Valyria tidak akan jatuh lagi."
---
Beberapa hari kemudian, Liora dan Varren memimpin sekelompok kecil prajurit ke jantung kota Valyria, menyamar di antara kerumunan, mencari tanda-tanda dari faksi rahasia yang berusaha membangkitkan bayangan.
Malam mulai turun, dan mereka akhirnya menemukan aula rahasia di mana para bangsawan pemberontak berkumpul. Dari balik bayang-bayang, Liora dan Varren melihat pertemuan yang dipimpin oleh pria berjubah hitam itu, dan ketika Liora melihat pecahan kunci terakhir di tangannya, ia merasakan darahnya mendidih.
"Kita harus menyerang sekarang," bisik Varren, bersiap untuk bertarung.
Namun, Liora menahan tangannya. "Tidak. Kita harus menghancurkan pecahan itu terlebih dahulu. Jika tidak, mereka bisa memanggil kembali kekuatan bayangan, dan kita akan menghadapi musuh yang jauh lebih kuat."
Mereka menyusun rencana dengan hati-hati, menunggu saat yang tepat untuk menyergap musuh. Liora tahu bahwa ini mungkin akan menjadi pertempuran terakhir yang menentukan nasib Valyria sekali lagi. Dia merasa beratnya tanggung jawab di pundaknya—tetapi kali ini, dia merasa lebih kuat, mengetahui bahwa semangat Ares masih bersamanya.
"Aku akan memastikan Valyria tidak pernah jatuh lagi," bisik Liora pada dirinya sendiri, matanya penuh dengan tekad.
---
cerita othor keren nih...