Rivandra,, menjadi seorang penerus perusahaan besar membuatnya harus menjadi dingin pada setiap orang. tiba-tiba seorang Arsyilla mampu mengetuk hatinya. apakah Rivandra akan mampu mempertahankan sikap dinginnya atau Arsyilla bisa merubahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Widyastutik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 29
"Syilla, ikut aku meeting." kata Zaen sambil memberikan satu berkas ke Arsyilla. "Kamu bisa mempelajarinya saat kita di ruang meeting nanti." lanjutnya.
"Kok mendadak sih, Pak?"
"Apa kamu bisa menanyakannya pada mentor favoritmu itu?" sindir Zaen yang membuat Nadine tertawa.
"Kita meeting dengan Pak Rivandra?"
"Iya."
"Kenapa tidak sama Nadine saja sih Pak?" keluh Arsyilla.
Beberapa hari ini, Arsyilla sudah susah payah menata kembali hati dan pikirannya agar tidak memikirkan Rivandra terus. Tapi, lihatlah, takdir seolah mempermainkannya dengan selalu mempertemukan mereka dalam situasi yang membuat Arsyilla tidak bisa mengatakan apapun. Karena Rivandra selalu dalam kondisi sedang marah. Apalagi membayangkan Arsyilla harus mengatakan pada Rivandra tentang perasaannya seperti yang di katakan Bu Kinasih. Rasa-rasanya, mata Rivandra semakin hari semakin menakutkan.
"Kamu lebih tahu alasannya, aku juga sedang memikirkan untuk menarik Vivian ke divisi kita. Tapi, ya terserah kamu."
Zaen mendekat ke arah Arsyilla. "Kalau kamu masih mau bertahan di sini lebih lama. Aku akan menangguhkan surat resign kamu." bisik Zaen pelan.
"Baik, Pak!" sahut Arsyilla cepat.
Zaen tertawa mendengar jawaban cepat Arsyilla, "Aku tunggu di ruang meeting."
"Apa yang di katakan Pak Zaen sampai kamu langsung berubah pikiran begitu, Syilla?" tanya Nadine kepo.
"Kemarin Pak Zaen mengatakan kalau divisi kita kekurangan tenaga kerja. Lalu, aku rekomendasikan untuk menarik Vivian ke divisi kita."
"Wahh,, pasti asyik kalau kita bisa berkumpul lagi."
"Pak Zaen bilang akan menolak rekomendasiku kalau aku gak mau ikut Pak Zaen meeting."
"Kalau begitu, sana, cepat pergi!" usir Nadine.
"Iiihhh,, jahat banget sih!"
*****
Arsyilla sangat gugup saat Zaen menyuruhnya untuk menjadi moderator untuk menjelaskan program fashion week yang di usulkan Zaen. Untuk memberikan tantangan pada designer perusahaan menciptakan design baru sesuai dengan musim saat ini.
Rivandra menatap Arsyilla lekat-lekat, hanya pada saat seperti ini dia bisa menatap wajah Arsyilla lebih lama tanpa takut dia kembali menghindar. Tapi pusing di kepalanya makin terasa saat Arsyilla menjadi moderator meeting, karena mata Rivandra yang fokus menatap gerak gerik Arsyilla.
"Lalu, apa maksudnya ini?" tanya Shayna saat melihat layar proyektor menampilkan gambar icon matahari yang tersenyum sedang memeluk bumi.
Arsyilla kaget dan tersenyum keki saat melihat semua mata sedang tertuju padanya. Bahkan ada satu senyum tipis yang sempat di tangkap Arsyilla saat melihat Rivandra.
"Ehhmm,, hanya iseng menambahkan gambar icon ecogreen." jawab Arsyilla asal.
Semua terlihat menahan senyum mereka agar Arsyilla tidak malu. Arsyilla menghela nafas saat kembali ke kursinya.
'Kenapa aku bisa lupa kalau ada gambar itu?' pikir Arsyilla.
"Baiklah, meeting kali ini kita akhiri sampai di sini." kata Rivandra tegas.
Semua staf membereskan berkasnya dan satu per satu keluar dari ruang meeting. Arsyilla sudah bersiap sedari tadi, tapi Zaen belum juga terlihat hendak beranjak pergi.
Arsyilla hanya bisa menunduk karena sorot mata Rivandra selalu terlihat ke arahnya.
Rivandra tersenyum karena tahu Arsyilla takut bertatapan dengannya. 'Kasihan juga melihatmu terus tertunduk seperti itu, Syilla.' batin Rivandra.
Rivandra bersiap untuk keluar dari ruangannya. Tapi pusing di kepalanya kembali terasa menyakitinya. Akhirnya Rivandra kehilangan keseimbangan tubuhnya dan terjatuh.
"Kak Rivan!"
"Rivan! Dion siapkan mobil. Shayna lewat private lift. Syilla bawa semua berkasku dan berkas Rivandra. Ikut kami!!" seru Zaen panik sembari menggendong Rivandra di atas punggungnya dengan bantuan Dion,
Mereka melakukan semua perintah Zaen dengan segera dan mengikuti kemanapun Zaen pergi. Apalagi Arsyilla yang tampak shock melihat Rivandra pingsan.
'Apa aku sudah menyakiti Mas Rivan sedalam itu? Apa setersiksa itu, Mas? Apa aku harus melakukan apa yang di katakan ibu? Jujur padamu kalau aku juga merasakan hal yang sama?' batin Arsyilla sedih.
"Kita ke rumah saja, Kak Zaen. Orang tuaku sedang keluar negeri. Biarkan Kak Rivan di periksa dokter Rico di rumah. Daripada Kak Rivan kabur lagi seperti waktu dulu." usul Shayna yang di jawab anggukan oleh Zaen dan Dion.
Kini Arsyilla yang sedang kebingungan. Dia gak mungkin berada di rumah itu. Sebagai siapa?
"Apa saya boleh turun di sini saja Pak? Saya gak ikut ke rumah Pak Rivandra." tanya Arsyilla ragu.
"Tidak boleh!!" seru Zaen dan Shayna bersamaan. Bahkan Arsyilla sampai terlonjak kaget.
'Enak aja kamu mau menghindar. Ini semua kan gara-gara kamu! Aku gak tahu apa yang akan terjadi pada Rivan kalau dia tahu kamu akan resign tanpa memberitahunya.' pikir Zaen.
'Aku tahu Kak Rivan seperti ini karena kamu, Syilla.' pikir Shayna.
Shayna dan Zaen saling bertatapan lalu keduanya mengangguk bersamaan seolah sedang berbicara. Ini memang keputusan terbaik untuk membawa Arsyilla bersama mereka.
"Apa kamu sudah menelpon dokter Rico, Shay?" tanya Zaen sambil kembali menggendong Rivandra ke punggungnya.
"Sudah. Dokter Rico sudah dalam perjalanan." jawab Shayna panik.
Arsyilla semakin ragu melangkah masuk lebih jauh ke dalam rumahnya.
"Ikuti saja mereka. Aku tahu Pak Rivandra juga akan mengatakan hal yang sama." kata Dion meyakinkan.
"Tapi, saya bukan siapa-siapa mereka Pak Dion. Bagaimana kalau tunangan Pak Rivandra tiba-tiba datang dan melihat saya berada di sini? Saya takut terjadi kesalah pahaman."
"Nona Katty dan orang tuanya sedang keluar negeri. Kamu tenang saja. Masuklah bersama mereka." jelas Dion.
"Syilla!!!" seru Zaen setelah membaringkan Rivandra ke kamarnya.
Shayna menyusul Arsyilla yang masih berada di lantai dasar. Dan segera menggandeng lengan Arsyilla dengan sedikit menariknya.
"Aku tahu, suatu saat kamu pasti akan datang ke rumahku. Ingat, apa yang aku katakan dulu? Aku akan menunjukkan bagaimana si Rivan sewaktu di rumah."
"Shay,,, " panggil Arsyilla tidak enak hati.
"Aku boleh minta sesuatu, Syilla?"
"Apa itu?"
"Bisakah merawat kakakku seperti waktu itu?"
"Shay, kamu tahu kalau kakakmu sudah bertunangan. Aku gak bisa, Shay." tolak Arsyilla.
"Shay, dimana kakakmu?" tanya Rico.
"Ada di dalam bersama Kak Zaen."
Dokter Rico masuk diikuti Shayna dan Arsyilla. Mereka melihat dokter Rico melakukan tindakan untuk Rivandra. Memberikan beberapa suntikan obat pada Rivandra.
"Untuk terakhir kalinya mungkin." gumam Shayna.
Arsyilla terdiam, "Dengan satu syarat."
Shayna melihat Arsyilla heran, "Syarat?"
"Aku akan resign dari perusahaan. Aku,, "
"Bukan terakhir kali ini yang aku maksudkan Syilla! Aku hanya ingin kamu merawat Rivan seperti waktu itu, terakhir kalinya sebelum Rivan menikah. Bukan terakhir kalinya karena kamu akan meninggalkan perusahaan apalagi meninggalkan aku." seru Shayna kesal.
Arsyilla melihat Zaen yang mengangkat kedua bahunya pertanda tidak tahu bagaimana membantu Shayna untuk bisa mengerti.
"Bukan maksudku mau meninggalkan kamu, Shay. Aku mau melanjutkan studiku. Aku mau menjadi sepertimu, wanita hebat lulusan S3."
"Dimana? Kapan?" tanya Shayna kesal.
"Di negara yang gak akan pernah bisa kamu kunjungi." jawab Arsyilla sedih.
"Itu artinya kamu memang berniat meninggalkan aku, Syilla. Kamu memilih negara itu agar aku gak bisa mengunjungimu kan."
"Bukan. Aku gak mau siapapun mengganggu konsentrasiku. Dulu pun saat kamu melanjutkan study mu. Aku gak pernah datang untuk mengganggumu."
"Itu karena kamu jahat! Bahkan sampai detik ini kamu masih jahat sama aku!!" seru Shayna sambil mendekat ke Rivandra.
Arsyilla menghela nafas panjang. Dia tahu kalau Shayna akan semarah ini padanya.