Di hancurkan berkeping-keping oleh suaminya dan juga ibu mertuanya, kehidupan Laras sangat hancur. selain harus kehilangan anak keduanya, Laras di serang berbagai ujian kehidupan lainnya. Putranya harus di rawat di rumah sakit besar, suami mendua, bahkan melakukan zina di rumah peninggalan orantuanya.
Uluran tangan pria tulus dengan seribu kebaikannya, membawa Laras bangkit dan menunjukkan bahwa dirinya mampu beejaya tanpa harus mengemis pada siapapun. Akan dia balaskan semua rasa sakitnya, dan akan dia tunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya.
Sehebat apa luka yang Laras terima? apakah dia benar-benar membalaskan rasa sakitnya?
Yuk simak terus ceritanya sampai habis ya 🤗🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan menangis
Laras menyusul Bayu keluar, dia begitu syok melihat Langit memegangi dadanya yang mulai terasa sesak.
"I-ibu, Da-da La-ng-it Heuu .. S-sakit." Langit meremas dadanya yang kian menghimpit, suaranya nyaris tak bisa keluar saking sesaknya.
"Ayo sayang, kita ke rumah sakit, hiks." Hati seorang Ibu kembali tergores untuk ke sekian kalinya, air mata mewakili bagaimana hancurnya Laras saat ini.
Bayu menggendong tubuh Langit ke dalam mobil, Kiara mengambil alih mobil Laras, sementara Laras masuk ke dalam mobil yang sama dengan Bayu.
"Tahan dulu ya, nak. Langit anak Ibu yang kuat, Ibu mohon tahan sayang." Laras mendekap tubuh Langit, dia mengusap wajah sang anak yang kian memucat dan nafasnya tak beraturan.
Langit di diagnosa memiliki Asma, tetapi dokter masih meminta Langit untuk selalu memeriksakan diri agar terpantau kesehatannya. Karena Laras terburu-buru dan berangkat pun dari restoran, ia tidak membawa alat bantu pernapasan yang biasa Langit gunakan saat penyakitnya kambuh.
"J-ja-ngan, Me-na-ngis." Langit berusaha mengusap mata Laras yang meluncurkan air matanya, Langit jauh lebih sakit saat melihat ibunya menangis di bandingkan rasa sakit yang di alaminya.
"Iya sayang, Ibu enggak nangis kok." Laras mengusap air matanya dengan kasar.
"Kak, percepat lagi. Kita ke rumah sakit tempat kakek Langit bekerja saja." Ucap Laras dengan panik.
Bayu hanya menyahuti ucapan Laras dengan anggukkan kepalanya. Demi Tuhan, Bayu tak bisa lagi menahan dirinya, kejahatan yang di lakukan Tuti dan Dania sudah melebihi batas.
'Akan ku balas kalian semua!' Batin Bayu geram.
15 menit berlalu. Bayu membawa Langit ke dalam rumah sakit, Laras memanggil dokter untuk menangani putranya.
Begitu Laras berteriak, saat itu Daryono baru saja keluar mengunjungi pasiennya.
"Laras." Gumamnya.
Dengan langkah panjang, Daryono menghampiri Laras dan juga Bayu. Perawat membawakan brangkar untuk meletakkan Langit, Bayu dan Laras ikut mendorong brangkar Langit menuju UGD.
"Mohon maaf, kalian tidak di perbolehkan masuk ke dalam ruangan. Demi kenyamanan bersama, mohon tunggu di luar." Ucap perawat.
Bayu mendekap Laras yang tengah menangis, dia membiarkan adiknya menumpahkan kesedihannya.
"Laras." Panggil Daryono.
Laras mengendurkan pelukannya, dia menatap kearah Daryono yang tengah berdiri dengan tatapan bingungnya.
"Siapa yang sakit?" Tanya Daryono.
"L-langit Pa, dadanya sakit lagi. Tadi, dia di bawa paksa oleh Ibu kesini, dia di ikat di atas kursi." Laras tak kuasa menjelaskan apa yang terjadi.
"Astagfirullah." Daryono memegangi dadanya, dia tak habis pikir dengan tingkah mantan istrinya itu.
Lidah Daryono terasa kelu, ia meneteskan air matanya merasa gagal mendidik Tuti ke jalan yang benar. Dia tidak menyangka Tuti berbuat jahat pada cucunya sendiri, padahal Laras dan Langit tidak pernah menyusahkannya.
"Ras, maafkan Tuti ya." Ucap Daryono dengan suara bergetar.
Laras menggelengkan kepalanya pelan, dia memegang jemari Daryono. Laras bisa saja memaafkan mantan mertuanya, tetapi dia ingin memberikan pelajaran agar Tuti maupun mantan suaminya sadar atas apa yang di lakukan.
"Maaf, Pa. Aku tidak bisa memaafkan mereka begitu saja, hati Laras sudah sangat hancur karena mereka. Hiks, izinkan aku untuk memberikan hukuman yang bisa mereka jadikan pelajaran." Ucap Laras.
Daryono memejamkan matanya, dia menganggukkan kepalanya menatap mantan menantu yang dia anggap sebagau anaknya sendiri. "Lakukanlah, nak." Ucap Daryono.