Dalam pengejaran, Elenio terjebak disebuah perkampungan dan bertemu dengan Zanna. Keduanya berakhir tinggal bersama. Elenio yang terlihat cool, ternyata sangat menyebalkan bagi Zanna, membuat cewe itu terus saja naik pitam dibuatnya. Namun ternyata kisah mereka tak sesimple itu. Orang-orang yang berhubungan dengan tempat Elenio berasal mulai berdatangan, mengacaukan ketenangan Elenio membuat cowo itu kembali ke kota asalnya bersama Zanna dan kisah yang sebenarnya pun dimulai.
Kisah Elenio Ivander Haidar dan Zanna Arabelle Jovita. Yang penuh teka-teki dengan dibumbui kisah-kisah manis ala percintaan remaja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 29
Mendengar pertanyaan Zanna, Elenio malah mengernyit. "Loh? Lo kenapa si?", tanyanya
Seketika Zanna merasa Elenio adalah makhluk paling aneh yang pernah dia temui. Percuma saja dia merasa perihatin dengan cowo di depannya ini.
Dengan segera Zanna menggeleng, lalu bangkit dari duduknya. "Ngga. Gue duluan," ucapnya, lalu segera pergi ke kamar.
Elenio hanya diam memperhatikan Zanna yang semakin menjauh hingga menghilang di balik pintu.
Ceklek
Elenio seketika menunduk, terkekeh mengingat akan pertanyaan Zanna tadi.
"Apa gue baik-baik aja?" lirihnya.
......................
"Ibu semalam pulang jam berapa?" tanya Zanna, bergabung di meja makan.
Gianina yang sedang menyiapkan lauk pauk, menoleh sekilas pada Zanna. "Jam 10 kayanya," jawabnya
Zanna tampak tak senang mendengarnya. "Bu, kemaleman loh itu. Zanna ngga larang Ibu buat lembur gitu, tapi kalau udah jam 8 lebih itu mending nginep aja, bahaya tau jam segitu pulang," omelnya
Zanna hanya punya Gianina saat ini. Bagaimana dia bisa biasa saja Ibunya sering pulang malam begitu yang mana banyak bis-bis lewat di jalan raya.
Gianina menghela nafas, lalu tersenyum kecil.
"Gapapa, sayang. Buktinya Ibu baik-baik aja 'kan?" tanyanya mencoba menenangkan
"Buuuu," Zanna seketika merengek
"Udah ah ayo makan, entar telat loh. Kasian Nio udah nungguin,"
Elenio yang sedari tadi hanya memperhatikan keduanya, langsung memalingkan wajah sembari berdehem. "Ekhem,"
Gianina terkekeh melihatnya, sedangkan Zanna hanya menatap sekilas pada cowo itu.
"Emmm, Semalem ada yang bukain pintu gak?" tanya Zanna teringat tadi malam dia sudah tidur sekitar jam 9 malam.
Gianina melirik Elenio sekilas. "Ada, Nio yang bukain. Tapi sebenarnya bawa kunci sendiri sih," balasnya
"Kan, denger suara motor, masa gak bukain Tan," sahut Elenio
Gianina terkekeh. "Iya, makasih yah. Tapi kamu semalem gak sengaja nungguin Tante 'kan?" tanyanya memicing
Elenio menaikkan kedua sudut bibirnya. "Gak bisa tidur," jawabnya
"Jangan gitu lagi, istirahat. Udah pulangnya sore, masa malamnya dibuat begadang?" tegur Gianina
"Iya Tanteee gak janji tapi ya. Biasa begadang soalnya," balas Elenio. Dia bisa jadi tertawaan teman-temannya kalau tidur lebih awal, dikira bayi lah, anak kecil lah. Dia pun jadi terbiasa begadang semenjak itu, apalagi aktivitas anak cowo ya biasanya aktif di jam-jam malam begitu.
Gianina mendengus mendengarnya. "Udah ayo jangan lama-lama makannya, entar telat," ucapnya mengingatkan
Zanna memutar bola matanya malas. "Kan Ibu yang ngajak ngobrol!" sindirnya
Gianina sontak tertawa. "Hahaha, maaf-maaf, duh gak sopan banget di meja makan ngobrol gini. Ayo makan-makan!"
......................
"Lo biasanya naik bus sama Nora?" tanya Elenio di tengah-tengah perjalanan mereka
Zanna mengangguk, meski Elenio mungkin tidak melihatnya dari spion. "Iya gitu," jawabnya
"Terus dia berangkat sendiri sekarang?" tanya Elenio lagi
"Ngga juga, dia sama saudaranya keknya. Kakak kelas di sekolah," tanya Zanna
"Oh iya," balas Elenio mengangguk mengerti
Hening sesaat.
"Dingin gak sih, Na?" ucap Elenio. Dia tak ada jaket, ngendarai motor di daerah pegunungan gini, mana tahan. Mana biasa kepanasan pas di Ibukota.
Zanna sendiri langsung melirik tubuhnya yang terpasang cardigan yang cukup untuk membuatnya hangat.
"Harusnya tadi lo minjem jaket ke gue," ucap Zanna
Elenio menghembuskan nafas. "Gue kira bakal tahan, udah dua kali ke sekolah, ternyata hari ini lebih dingin," balasnya
Zanna terdiam. Lalu dia mengulurkan kedua tangannya, yang tadinya memegang ransel Elenio, kini melingkari pinggang cowo itu.
"Maaf ya,"
Deg!