Arabella adalah gadis yang selalu mendapat julukan gadis apatis, gadis batu, gadis sombong, gadis angkuh dan masih banyak lagi julukan yang melekat padanya karena sikapnya yang antipati, dingin dan acuh tak acuh pada apapun disekitarnya.
Karena sikapnya itu membuat orang-orang di sekitarnya menjauh dan membencinya bahkan banyak yang mencacinya. Hal itu pula yang membuat seorang Elang Bahuwirya sangat membencinya.
Lalu apa jadinya jika Bella menjadikan sikapnya itu hanya sebagai topeng belaka. Topeng yang ia gunakan untuk menutupi segala luka di hatinya.
Dan bagaimana permainan takdir akan membawa Elang yang sangat membenci Bella malah saling terikat sebuah benang merah karena jebakan dari Bella.
"Walau di dunia ini hanya tersisa satu wanita, aku tetap tidak sudi mencintai gadis angkuh dan sombong sepertimu!!" ~Elang~
"Aku juga tidak mengharapkan itu!!" ~Arab
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17
Elang sengaja menahan rasa kantuknya hanya untuk menunggu Bella tertidur. Masa bodoh tentang dirinya yang kepo atau terlalu ikut campur karena Elang sangat ingin tau apa isi amplop yang tadi di berikan oleh orang misterius itu kepada Bella. Bukannya Bella adalah istrinya, tidak pantas jika sepasang suami istri saling menyembunyikan rahasia.
Setelah Elang memastikan Bella benar-benar tertidur, Elang mengambil tas berwarna putih yang terletak di nakas. Sesuai dengan apa yang dilihatnya tadi jika memang amplop itu ada di sana.
Elang melihat ke arah Bella sebelum membuka amplop coklat itu. Tidak ada raut terkejut di wajah Elang saat melihat isi di dalam amplop itu, yang ada hanya Elang yang kebingungan
"Foto? Ini foto 10 tahun lalu" Batin Elang. Elang melihat satu persatu foto dari hasil tangkapan cctv itu. Di dalam foto itu tertera jelas jika rekaman itu terjadi 10 tahun yang lalu.
"Tapi kenapa Bella mengumpulkan foto kaya gini? Ini hanya merekam jalanan dan mobil saja" Lagi-lagi Elang berbicara di dalam hatinya.
"Tunggu!!" Elang melihat lagi satu per satu dari lembaran foto yang masih di tangannya.
"10 tahun lalu bukankah saat kecelakaan orang tua Bella? Apa ada yang tidak beres dengan kecelakaan itu? Bukannya kasusnya sudah di tutup? Ada apa sebenarnya? Kamu ternyata menyembunyikan banyak rahasia Bella!!" Elang merapikan kembali foto itu sebelum Bella murka karena melihat Elang membongkar barang miliknya.
-
Keesokan harinya bersikap seperti biasanya, seolah dia tidak tau apa-apa. Dia ingin mencari tau sendiri apa hang sedang di inginkan Bella sebenarnya. Dan perlu Elang garis bawahi jika Bella adalah orang yang perlu di waspadai, karena wanita itu terlihat tenang dan datar, tapi sekali dia bertindak seorang Elang bahkan bisa terjebak.
"Bella, apa kamu yakin sudah ingin bekerja?" Nadia sebenarnya berat mengizinkan Bella untuk berangkat bekerja setelah kemarin baru saja pulang dari rumah sakit.
"Iya Bunda, ada hal penting yang harus Bella kerjakan, nanti kalau sudah selesai Bella segera pulang tapi kalau bosnya mengizinkan" Bella melirik Elang.
"Kamu masih di kantor Elang?" Nadia paham arti lirikan Bella.
"Seharusnya sudah selesai dari kemarin Bunda, tapi karena sakit jadi ada yang tertunda"
"Lang, kamu kasih izin Bella kan kalau pulang awal?? istrimu lagi sakit loh!!" Nadia menunggu jawaban Elang masih asik dengan sarapannya.
"Lang!!" tegur Nadia lagi.
"Iya, terserah!!" Jawab Elang malas.
"Ya sudah kalau begitu kalian berangkat bareng saja!!" Ujar Nadia.
"Tidak!!"
"Tidak!!" Tolak mereka bersamaan.
"Eh kenapa ini anak Bunda jadi berani membantah, dua-duanya lagi!!" Ucap Nadia lebih galak.
"Maaf Bunda, sebenarnya Bella juga mau mampir ke butik dulu. Baru nanti ke kantor Kak Elang" Elang yang mendengar Bella menyebutkan Kakak langsung menatap wajah cantik Bella. Seolah mencari sesuatu di sana.
"Ya udah nggak papa, yang penting kamu hati-hati ya?"
"Iya Bunda kalau gitu Bella berangkat dulu" Bella mencium tangan Nadia. Dan dengan canggung beralih kepada Elang untuk mencium tangan suaminya itu. Hanya bersalaman saja tanpa sepatah kata pamit dari Bella.
Nadia hanya geleng-geleng melihat kedua anaknya itu.
"Elang juga berangkat Bun"
"Iya kalian hati-hari" Pesan Nadia sebelum anak dan menantunya pergi meninggalkan meja makan.
Mobil Bella sudah jauh di depan, karena sebelum berangkat ke kantor Elang, Bella ingin ke suatu tempat terlebih dahulu. Ke Butik hanya alasannya saja kepada Nadia. Tapi Bella mengarahkan mobilnya ke tempat lain.
Elang sebenarnya sengaja memacu kendaraanya sepelan mungkin, karena sengaja ingin mengikuti kemana Bella pergi. Rasa ingin tau tentang istrinya lebih dalam lagi di mulai dari insiden keracunan itu hingga yang semakin kuat adalah foto yang di terima Bella tadi malam. Menurut Elang Bella menyembunyikan sesuatu yang besar.
Elang melihat mobil Bella berbelok ke arah lain berlawanan dengan arah ke butik miliknya.
"Cih, ke butik dulu? Alasan yang bagus!!" Elang terus mengikuti Bella hingga mobil putih milik Bella berhenti disebuah minimarket. Dari kejauhan Elang melihat Bella masuk ke dalam minimarket. Tapi Elang memutuskan untuk tidak mengikutinya masuk, karena minimarket itu kecil pasti akan terlihat jelas jika Elang di sana.
Lumayan lama Elang menunggu akhirnya Bella keluar juga dengan membawa banyak belanjaan hingga di bantu seorang karyawan untuk membawakannya. Elang melajukan mobilnya lagi mengikuti kemanapun Bella pergi.
Elang mengernyit bingung ketika mobil Bella memasuki perkampungan kumuh di pinggiran kota jakarta, perkampungan yang letaknya di bawah flyover.
Bella menghentikan mobilnya di kerumunan anak kecil yang berpakaian kumuh dan tidak terawat.
Elang mengamati gerak gerik Bella hanya dari dalam mobil yang terparkir agak jauh.
Bella keluar dari mobilnya dengan di sambut tawa riang anak-anak itu. Mereka mendekati Bella, memegang tangannya bahkan memeluk tanpa ada penolakan dari Bella. Seorang Bella yang angkuh dan sombong saat ini terlihat beda di mata Elang. Berdiri tanpa risih di antara banyaknya anak jalanan, tertawa bersama menghilangkan wajah datar yang selalu diperlihatkannya.
Bella membuka bagasi mobilnya mengambil barang-barang yang tadi di belinya. Elang bisa merasakan sebuah kebahagiaan melihat Bella yang dikerumuni anak-anak sebanyak itu, membagikan makanan yang di bawanya. Tanpa sadar senyum tipis terbit di bibir Elang.
"Ternyata batu sepertimu masih punya hati juga" Gumam Elang.
Tanpa bosan Elang terus saja memperhatikan apa saja yang di lakukan Bella. Bahkan ketika Bella tersenyum manis saat memangku balita berambut kucel dan pakaian lusuh. Entah mengapa pemandangan itu membuat hati Elang menghangat.
Bella menjauh dari anak-anak yang sedang menikmati makanan mereka, mendekati seorang gadis remaja yang menggunakan hijab warna hitam. Bella mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya, memberikan kepada gadis didepannya. Entah apa yang mereka bicarakan hingga gadis itu membisikkan sesuatu kepada Bella.
Elang terkesiap ketika Bella tiba-tiba sudah memundurkan mobilnya. Tak ingin Bella mengetahui keberadaannya, Elang memutuskan kembali ke kantor terlebih dahulu. Cukup untuk hari ini tentang Bella. Ia juga harus memikirkan pekerjaannya di kantor.
***
Bella tiba di kantor sudah menjelang siang. Karena Bella hanya bertugas sebagai desainer tamu dari perusahaan Mr.X jadi Bella tidak ada jam kerja di kantor Elang. Bella berjalan dengan angkuh seperti biasa terlihat dingin dan datar. Tapi Bella mulai merasakan kejanggalan di tatapan orang-orang itu kepadanya. Bella yang semula acuh kini mulai memandang sekelilingnya. Seperti dejavu ingatan beberapa tahun yang lalu saat dirinya di cemooh teman-teman sekolahnya berputar di ingatannya.
Bella mulai gusar dan badannya bergetar tangannya terasa dingin hingga ujung kaki. Bella menguatkan langkahnya menuju pantry ia butuh air untuk membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba mengering dan terasa tercekat.
Bella seakan tak kuat menopang tubuhnya, ia bersandar pada dinding pantry sudah tidak mampu lagi meraih minuman yang tinggal beberapa langkah darinya.
"Oh ternyata ini, istri bos besar kita?" Salah satu wanita dari empat yang ada di sana mengeluarkan sindirannya.
"Cantik sih, tapi kok rela melemparkan tubuhnya ke ranjang hanya demi mendapatkan seorang pria tajir melintir" Sahut satunya lagi.
"Si bos juga buta matanya, udah dapat calon istri cantik, lembut dan baik hati tapi bisa bisanya kepincut sama j*lang kaya gini" Tambah wanita pertama tadi.
"Kenapa diam, ngerasa malu ya aibnya terbongkar?" Kini wanita ketiga berambut cepak mulai menambahi.
"Hahahaha lihat mukanya udah tegang kaya gitu, siapa sangka desainer dari perusahaan terkenal yang sudah satu bulan disini, terkenal karena kecantikannya bak dewi turun dari kayangan ternyata hanya serigala berbulu domba, perebut calon suami orang kelas kakap guys!!!"
"Ha ha ha ha" Ucapan wanita ke empat membuat semua orang di pantry tertawa menghina pada Bella.
Bola mata Bella terus bergerak tak tenang terlebih lagi Bella baru sadar jika di depannya bukan lagi empat orang tadi, tapi semakin banyak karyawan lain yang berdatangan. Dada Bella terasa Sesak, kedua kalinya Bella mendapatkan perlakuan seperto ini. Bella sudah biasa di caci maki orang lain bahkan suaminya sendiri tapi momen ini yang paling mengingatkan tentang penghinaan yang diterimanya dulu.
"Dasar anak pungut!!"
"Anak pungut nggak tau diri!!"
"Jangan-jangan dia penyebab orang tuanya meninggal!!"
"Dia pasti senang orang tua angkatnya yang kaya raya meninggal karena hartanya akan jatuh ke tangannya!!"
"Dasar nggak tau malu!!"
Suara-suara itu terdengar di telinga Bella. Tangannya bergetar karena rasa cemas yang berlebihan pada dirinya.
"Menurut kalian, hadiah apa yang tepat untuk wanita murahan ini?" Tanya wanita pertama pada semua orang yang ada di pantry.
Si wanita ke dua mengambil beberapa cup air mineral, memberikan kepada beberapa orang yang ada di sana. Dengan senyuman liciknya, para wanita berhati i*lis tadi membuka cup minuman itu dan bersiap melemparkannya ke tubuh Bella.
"Nih dari gue yang merasa sakit hati karena Marisa gagal menikah hanya karena perempuan kaya lo!!"
Byuuurrr..
SRRREPPPPP..
Sebuah punggung kokoh menjadi pelindung bagi Bella dari dinginnya air yang akan membasahi tubuhnya yang sudah lemas.
-
-
-
-
-
-
-
-
-
###
Bella memberikan beberapa lembar uang seratus ribuan kepasa gadis berhijab didepannya.
"Siti, gunakan uang ini sebaik-baiknya untuk kebutuhan mengajar adik-adik di sini!! Kakak percaya sama kamu, jadi jangan pernah kecewakan Kakak sekalipun!!" Bella menasehati gadis yang baru memasuki semester pertama kuliahnya itu.
"Insyaallah Siti akan jaga amanah Kak Bella dengan baik"
"Kakak percaya sama kamu. Terus bagaimana kuliah kamu? Lancar? Atau kamu butuh sesuatu?" Tanya Bella.
"Alhamdulillah lancar Kak, terimakasih banyak karena berkat Kakak, Siti bisa lulus SMA bahkan saat ini bisa sampai kuliah. Terimakasih juga karena Kakak udah beliin Siti laptop, kemarin Mbak Mita yang antar ke sini, Siti seneng banget!!" Siti tersenyum ceria, senyum yang membahagiakan untuk Bella.
"Dan untuk saat ini Siti belum butuh apapun Kak, Semua yang Kakak berikan sudah cukup" Siti tersenyum haru.
"Syukurlah kalau kamu senang, Kamu nggak perlu bilang terimakasih terus sama Kakak. Karena semua yang kamu dapat hari ini adalah rizki kamu sendiri, Kakak hanya perantara dari Allah. Maka dari itu belajar yang rajin jangan sia-siakan kesempatan ini!! Buktikan kalau kamu mampu dan kamu bisa setara dengan orang-orang di luar sana!!" Bella memberi nasihat kepada gadis yang sudah seperti adiknya itu.
"Iya Kak Bella, Siti akan buktikan itu!! Tapi kak.." Siti berbisik ke telinga Bella.
"Lakj-laki di mobil hitam itu dari tadi lihatin kita terus Kak, dari semenjak Kakak datang" Bella melirik mobil yang di maksud Siti dengan ekor matanya.
"Sudah, biarkan saja. Dia hanya orang tidak penting!!"
###
-
-
-
Happy reading, semoga suka😘
Jangan lupa tinggalkan jejak mu ya😘