Anna diperkosa Dean Monteiro yang menginap di hotel karena mabuk. Anna ancam akan penjarakan Dean. Orang tua Dean memohon agar putranya diberi kesempatan untuk bertanggung jawab. Akhirnya Anna bersedia menikah dengan Dean, tapi Dean berniat ceraikan Anna demi menikahi kekasihnya, Veronica.
Anna terlanjur hamil. Perceraian ditunda hingga Anna melahirkan. Anna yang tidak rela Dean menikah dengan Veronica memutuskan untuk pergi. Merelakan bayinya diasuh oleh Dean karena Anna tidak sanggup membiayai hidup bayinya.
Veronica, menolak mengurus bayi itu. Dean menawarkan Anna pekerjaan sebagai pengasuh bayi sekaligus pembantu. Anna akhirnya menerima tawaran itu dengan bayaran yang tinggi.
Dean pun menikahi Veronica. Benih cinta yang tumbuh di hati Anna membuat Anna harus merasakan derita cinta sepihak. Anna tak sanggup lagi dan memutuskan pergi membawa anaknya setelah mendapat cukup uang. Dean kembali halangi Anna. Kali ini demi Dean yang kini tidak sanggup kehilangan Anna dan putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alitha Fransisca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 ~ Kenangan Tak Diinginkan ~
Anna bertanya kenapa Dean harus lampiaskan hasrat padanya sementara Dean memiliki kekasih yang bisa yang siap diajak memadu cinta. Namun, Dean masih tetap melakukan padanya meski tidak dalam keadaan mabuk. Anna tidak habis mengerti.
Kini setelah mendapat jawaban, Anna justru menyesal. Jawaban Dean sangat menyakiti hatinya. Dean ingin menjaga kesucian kekasihnya sementara hasratnya dilampiaskan pada Anna. Dean malah menyalahkan Anna yang muncul dalam kehidupan Dean hingga Dean merasakan kenikmatan yang belum dirasakan Dean sebelumnya.
Sabarlah Anna, sabar, kamu harus bersabar. Setelah bayi ini lahir, aku tidak mau lagi melihat wajahmu, batin Anna.
Memejamkan matanya dengan erat seolah-olah itu bisa meredam rasa sakit di dadanya. Dean yang telah masuk ke dalam kamarnya sendiri merasakan pikirannya yang berkecamuk. Dalam kebingungannya Dean akhirnya menghubungi Nick.
Sahabatnya yang selalu setia dan siap melindunginya bagaikan seorang abang. Nick segera melajukan mobilnya setelah mendapatkan alamat apartemen itu. Dean yang bersiap keluar untuk menyambut kedatangan Nick Rush tiba-tiba akan sesuatu.
Oh shit! Kalau Nick ke sini, dia bisa tau aku sudah menikah. Dia bisa bertemu dengan Anna, batin Dean.
Laki-laki itu baru sadar jika dirinya tidak tinggal sendiri di apartemen itu. Setelah melihat pintu kamar Anna, Dean teringat kalau Nick belum tahu dia telah menikah. Dean tidak ingin Nick bertanya macam-macam tentang pernikahannya.
Aku harus cerita kalau aku telah perkosa seorang room attendant? Nggak! Nggak! Dia bisa tertawakan aku. Memastikan aku tidak pantas untuk Vero? Nggak! Aku sudah berhasil membujuk Vero. Aku nggak mau gara-gara Nick, Vero menyalahkan aku lagi, batin Dean.
Laki-laki itu memutuskan untuk membatalkan perintahnya menyuruh Nick datang ke apartemen. Nick yang sedang menyetir dengan kecepatan tinggi beberapa kali mengabaikan panggilan telepon dari Dean. Dean menjadi panik.
“Angkat teleponnya! Angkat teleponnya! Oh shit! Shit! Shit!” seru Dean panik.
Anna yang mendengar teriakan Dean hanya bisa berdiri di balik pintu. Dean lagi-lagi mengamuk. Memaki karena teleponnya tidak kunjung diangkat oleh Nick.
Dia bertengkar dengan pacarnya? Oh ya ampun, seperti itu jika telah bermasalah dengan pacarnya, batin Anna yang mengira Dean mengamuk karena kekasihnya.
“Halo, ada apa lagi Dean?”
“Kenapa baru diangkat telponnya?” tanya Dean kesal.
“Tadi jalanan sepi aku ngebut, sekarang sedang di lampu merah, ada apa lagi?” tanya Nick setelah menerima panggilan telepon dari Dean.
“Nggak usah ke sini!”
“Lho?”
“Jangan ke apartemen ….”
“Maksudmu gimana, sih? Aku nggak perlu temui kamu lagi?”
“Ya kita tetap ketemu tapi nggak usah di apartemen,” jawab Dean.
“Ok, lalu di mana? Di rumah Om Monteiro?” tanya Nick..
“Di hotel aja ….”
“Yang mana?
“Biasa.”
“Terserah kamu lah,” jawab Nick kemudian membelokkan kemudinya ke arah lain.
Tak lama kemudian Nick Rush telah sampai di kamar yang biasa Dean tempati. Nick sudah hafal jika hotel itu yang menjadi tempat Dean menyendiri. Menghabiskan waktu atau menangisi hubungannya dengan Veronica.
Baru saja pulang dari hotel ini, sekarang udah kembali lagi ke sini. Hmm, kalau ada Anna yang temani masih mending. Ini nyuruh datang, yang berkepentingan belum nongol juga batang hidungnya, batin Nick Rush merasa bosan duduk sendirian di dalam kamar langganan Dean.
Mengingat hotel itu, Nick teringat pada Anna. Segera laki-laki itu mengeluarkan ponselnya. Nick sangat bahagia Anna akhirnya menerima hadiah darinya. Hadiah yang bisa menghubungkan Nick pada Anna kapan saja.
Hampir saja Nick menekan nomor yang dia belikan sendiri untuk Anna. Laki-laki itu tiba-tiba sadar kalau hari sudah larut malam. Nick teringat Anna pasti sangat lelah karena telah menemani seorang karyawan wanita yang lembur.
Dia pasti juga mengerjakan tugasnya sebagai pembantu di apartemen itu. Kasian sekali Anna, batin Nick sambil menatap ponselnya sendiri.
Nick urung menghubungi Anna. Laki-laki itu melangkah ke balkon kamar itu lalu termenung. Merasa iba dengan hidup yang dijalani gadis yang belum lama dikenal itu.
“Dari sekian banyak kamar, kamu malah pilih ke sini,” seru Dean tiba-tiba muncul dari arah kamar.
Nick segera menoleh. Hatinya yang berkecamuk dengan pikiran-pikiran tentang Anna membuat Nick tak menyadari Dean telah masuk ke kamar langganan pemilik hotel itu. Dean langsung menghampiri Nick yang berusia termenung di balkon kamar itu.
“Bukannya di sini kamar favoritmu? Kamu paling sering menginap di sini dibanding hotel yang lain,” jawab Nick.
“Ya benar, tapi kamar type presidential suite bukan hanya kamar ini,” lanjut Dean sambil menghembuskan nafas berat.
“Kenapa? Biasanya ini juga kamar favoritmu di hotel ini,” jawab Nick.
“Tidak apa-apa, sudahlah! Aku juga lupa beritahu kalau kamu tidak perlu memilih kamar ini,” jawab Dean kembali menghemat napas berat.
“Kenapa? Ada apa dengan kamar ini? Biasanya kamu tidak masalah jika kita bertemu di mana saja,” ucap Nick merasa penasaran.
“Nggak apa-apa,” jawab Dean.
Lalu masuk ke bagian dalam kamar. Menatap ke arah ranjang hingga beberapa lama lalu menoleh ke sekeliling kamar. Lagi-lagi Dean menghembuskan nafas berat.
Di sini aku merenggut kesucian Anna. Itu lah masalahnya. Seperti baru terjadi kemarin. Aku bahkan tidak masuk kamar ini lagi setelah kejadian itu. Apa kamu tau? Aku perkosa seorang gadis di kamar ini. Tempat ini penuh dengan kenangan yang tidak diinginkan, batin Dean lalu terduduk lemas di sofa mewah itu.
Tak lama kemudian bangkit dan melangkah ke arah mini bar. Mengeluarkan gelas dan minuman keras. Nick yang melihat itu segera datang menghampiri.
“Hey, bukannya kamu sudah tekat untuk berhenti?” tanya Nick sambil merebut minuman itu dari tangan Dean.
“Biarkan aku untuk sekali ini saja, aku sudah lama tidak minum. Aku benar-benar frustasi. Aku menyakiti orang di sana sini. Biasanya aku tidak peduli padanya, sekarang aku ….”
“Kenapa Dean? Kamu menyakiti siapa? Setahuku, kamu yang terlalu over thinking sama Vero,” ucap Nick.
“Bukan Vero. Ini bukan tentang Vero, tapi yaa, semua terjadi juga karena Vero,” jawab Dean.
“Aku bingung Dean,” ucap Nick sementara Dean kembali merebut botol minuman berharga fantastis itu dari genggaman tangan Nick.
“Untuk kali ini biarkan aku minum dan aku mohon, temani aku menginap di sini. Aku nggak mau bangun dalam keadaan sadar bersama seorang room attendant lagi?”
“Lagi? Kamu pernah tidur bersama room attendant di sini?” tanya Nick heran.
“Bu-bukan itu maksudku. Aku tidak mau jika itu terjadi ….”
“Tadi kamu bilang ‘lagi’ artinya kamu pernah melakukannya,” ucap Nick dengan nada yang semakin tinggi.
“Nggak! Itu hanya ketakutan yang berulang dalam pikiranku!” jawab Dean tak kalah kerasnya.
Ketakutan memang benar alasan itu. Sejak kejadian pagi itu, Dean takut mabuk seorang diri. Takut jika dirinya kembali terjebak oleh perbuatannya sendiri. Takut untuk memikul tanggung jawab yang lain.
Dean sejak dulu fokus pada hubungannya dengan Veronica. Sekarang bercabang pada wanita lain. Pada wanita yang kini justru menjadi tempat pelampiasan hasratnya demi menjaga kesucian Veronica.
“Halo siapa ini?” Tiba-tiba Dean menerima panggilan telepon tetapi tidak mengenali nomor kontaknya.
“Tuan, ini aku. Aku tidak tahan lagi, aku ingin kita bercerai sekarang juga! Aku akan pulang ke rumah orang tuaku sekarang juga!” seru suara dari seberang.
“Anna? Kamu … jangan coba-coba lakukan itu atau kamu akan menyesal! Anna? Anna?” tanya Dean lalu menatap layar ponsel.
Anna? Batin Nick dengan perasaan yang aneh.
Dean segera berlari keluar dari kamar presidential suite itu. Meninggalkan Nick yang termenung begitu saja. Dengan berbagi pertanyaan yang muncul dalam pikirannya.
Anna? Siapa Anna yang dipanggil Dean. Sejak kapan dia mengenal seorang bernama Anna? Siapa temannya yang bernama Anna? Lalu kenapa Dean mengancamnya? Batin Nick bertanya dengan berbagai macam pertanyaan yang tak dapat di jawabnya.
...🍀🍀🍀 ~ Bersambung ~ 🍀🍀🍀...