Di tolak tunangan, dengan alasan tidak layak. Amelia kembali untuk balas dendam setelah delapan tahun menghilang. Kali ini, dia akan buat si tunangan yang sudah menolaknya sengsara. Mungkin juga akan mempermainkan hatinya karena sudah menyakiti hati dia dulu. Karena Amelia pernah berharap, tapi malah dikecewakan. Kali ini, gantian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
*18
Tidak ada kata yang bisa Resta ucapkan sekarang. Karena hatinya terlalu berat untuk merasakan sesuatu. Sementara benak sedang sangat keras berusaha untuk mencerna apa yang sedang terjadi saat ini.
Resta menggenggam erat tangannya. Hatinya berkata. 'Tidak peduli siapa dia itu, yang penting, aku akan terus berusaha mendapatkan posisiku di samping Ricky. Aku yakin, orang dari masa lalu akan kalah dengan aku yang datang dari masa depan. Lagipula, sepertinya, hubungan tuan muda dengan orang itu tidak cukup baik. Hal itu lebih memudahkan aku untuk mendapatkan posisi di hati tuan muda. Aku hanya perlu berusaha dengan baik untuk memenangkan hatinya.'
....
"Citra. Kok murung aja, Nak? Ada apa sih?"
Wajah Citra yang tidak baik-baik saja semakin terlihat ketika si mama melontarkan pertanyaan. Anak manja itu semakin manja ketika mendapatkan perhatian. Jadinya, dia yang sudah dimanjakan akan semakin berulah walau sudah dewasa.
"Mama. Aku sangat kesal. Sampai kapan aku akan tetap berstatus sebagai tunangan kak Iky? Ini sudah delapan tahun berlalu."
"Benar-benar sial. Aku pikir, setelah Amelia mati, aku akan segera menikah dengan pria idolaku. Eh, ternyata malah tidak sama sekali. Aku tetap jadi tunangan walau sudah delapan tahun berlalu."
"Apa sih yang kamu pikirkan? Ricky juga butuh waktu buat menstabilkan kedudukannya. Lagian, kamu juga tahu, bukan? Ricky itu mau lindungi kamu dari bahaya. Makanya, sampai detik ini kamu masih belum dia nikahi."
Wajah kesal Citra masih terlihat dengan sangat jelas. Walau begitu, perasaannya sedikit membaik karena ucapan mamanya barusan. Ucapan yang sama sejak bertahun-tahun, tapi Citra yakin kalau ucapan itu benar. Posisi istri tuan muda Amerta memang terlalu beresiko. Ada banyak musuh yang mengincar Ricky sebelumnya. Karena itu, Ricky beralasan demi keselamatan Citra, pernikahan mereka harus di tunda sampai semuanya benar-benar membaik.
"Masih tidak yakin?" Si mama bertanya saat melihat anaknya terdiam.
"Lupa kalau Ricky beberapa waktu yang lalu terluka sangat parah?"
Si mama pun langsung menyentuh kedua pundak Citra dengan lembut.
"Percaya deh, Citra. Ricky juga demi kebaikan kamu, Nak. Makanya dia masih menunda pernikahan kalian. Dia akan menikah dengan mu jika waktunya sudah tiba. Jadi, kamu hanya perlu bersabar aja."
"Tapi sampai kapan, Ma? Sampai kapan aku harus terus bersabar? Jika menikah, kami mungkin sudah punya dua anak sekarang."
"Eh, malah mikir ke sana kamu nya, Cit. Kalo kamu kenapa-napa, gimana mau punya anak? Hidup lama aja nggak," ucap mamanya dengan nada acuh.
Seketika, wajah kesal semakin kuat Citra perlihatkan. "Ih, mama. Kok malah ngomong gitu sih?"
"Ya habisnya, kamu gak sabaran jadi orang. Usah jelas alasan Ricky menunda pernikahan itu untuk melindungi kamu. Eh, kamu nya malah gak mau percaya."
"Bukan gak percaya, mama. Kak Ricky itu terlalu acuh padaku. Dia seakan gak anggap aku ini sebagai tunangannya. Gak menghargai aku sama sekali, Ma."
"Ya ... mungkin itu cara Ricky buat lindungi kamu, Citra. Dia gak mau terlihat terlalu peduli padamu agar orang mikir, dia gak suka kamu. Padahal nggak lho."
"Tapi, kan-- "
"Udah-udah. Mikirnya jangan kejauhan. Selagi Ricky tidak memutuskan pertunangan, kesempatan buat kamu jadi nyonya muda keluarga Amerta masih ada."
"Dan, mama harap kamu bisa terus mempertahankan posisi mu dengan baik hingga tujuan kamu tercapai. Ricky bukan pria gampangan, Citra. Bisa jadi tunangannya saja adalah hal yang sangat luar biasa. Jadi, kamu harus banyak bersabar."
Citra terdiam. Terdengar mudah untuk diucapkan, tapi sangat sulit untuk dia jalani. Dia yang melalui hal itu yang merasa sangat berat. Sementara sang mama hanya bisa bicara. Walau begitu, dia masih ingin mempercayainya. Ricky memperlakukan dirinya dengan acuh karena Ricky ingin melindunginya.
Sementara itu, di kediaman Amerta, pak tua sedang bicara dengan Ricky di kamar Ricky sekarang. Ini pembicaraan yang sama untuk yang kesekian kalinya. Pembicaraan tentang pernikahan yang mengharuskan Ricky menikah secepatnya agar keluarga Amerta punya keturunan untuk melanjutkan keluarga Amerta ke depannya.
"Tuan muda, maafkan saya jika saya lancang. Tapi, saya adalah orang tua yang dititipkan amanah besar. Tuan besar menitipkan amanah untuk menjaga tuan muda pada saya. Saya di suruh untuk menjaga tuan muda, dan memastikan kalau garis keturunan keluarga Amerta tidak putus hanya pada tuan muda."
"Ya Tuhan, seharusnya, anda sudah menikah di usia dua puluh lima tahun. Tapi sekarang, anda sudah berusia dua puluh delapan tahun. Anda masih belum berniat untuk menikah tuan muda?"
Ricky masih terdiam. Tidak ada suara yang dia keluarkan saat ini. Dan, pak tua tahu kalau tuan mudanya akan membisu jika membahas prihal pernikahan.
"Tuan muda."
"Hm."
"Saya tahu anda tidak berniat untuk menikah dengan tunangan anda saat ini. Tapi ... anda harus tetap menikah, tuan muda. Garis keturunan keluarga Amerta harus tetap berlanjut. Nah, bagaimana kalau anda mempertimbangkan dokter Resta sebagai-- "
Belum selesai pak tua bicara, tatapan tajam langsung Ricky perlihatkan. Dia yang awalnya bersandar kan diri di kepala ranjang, kini langsung bangun dan duduk dengan tegapnya.
"Tidak." Suara berat Ricky langsung terdengar.
"Tuan muda." Pak tua sedikit tidak nyaman.
"Tapi-- "
"Dia masih hidup, pak tua. Dan aku yakin, dia akan kembali dalam waktu dekat."
"Ap-- apa?"
Pak tua terlihat sangat terkejut. Karena bagaimana pun, pak tua adalah orang yang paling tahu apa yang sudah Ricky alami sebelumnya. Siapa dia yang Ricky katakan pun, pak tua itu tahu. Meskipun Ricky tidak mengatakan dengan jelas. Karena masa lalu Ricky, pak tua lah yang paling mengetahuinya.
"Ba-- bagaimana mungkin? Bukankah kecelakaan itu .... "
"Sudah aku katakan kalau itu bukan dia. Sekarang, tanda-tanda kehadirannya sudah terlihat di mataku. Aku yakin, dia tidak mati, pak tua. Dia masih hidup. Dia akan kembali dalam waktu dekat."
"Tapi, tuan muda. Bagaimana anda bisa sangat yakin? Apa anda sudah bertemu dengan nona muda secara langsung sebelumnya?"
Senyum Ricky kembali muncul.
"Tentu saja. Pukulan ini juga ulah tangannya."
"Apa?"
"Yah. Pukulan ini hadiah pertemuan dari dia. Aku tahu dia sangat benci aku. Tapi, itu tidak masalah. Dengan kembalinya dia, aku akan memperbaiki semuanya secara perlahan."
"A-- "
"Aku ingin istirahat, pak tua. Bisakah kita bicara lain kali saja."
Pada akhirnya, pak tua itu langsung mengalah. Walau sebenarnya, masih ada banyak lagi yang ingin dia bicarakan dengan Ricky. Terutama, prihal kemunculan nona muda yang telah dianggap meninggal selama delapan tahun terakhir.
"Baiklah, tuan muda. Saya pergi sekarang."
"Permisi, tuan muda. Jika ada yang ingin anda bicarakan, langsung panggil saya."
"Iya."
"Ah. Tapi satu hal yang harus saya ingatkan, pak tua. Jangan bicara tentang pernikahan lagi. Karena anda tahu, bukan? Saya tidak akan menikah kalau bukan dengan orang yang saya inginkan."
"Ha, kalau begitu, perjuangan anda akan sangat panjang, taun muda. Karena jalan kali ini tidak semudah jalan yang peperta"
"Saya tahu. Tapi saya tidak akan mundur."
"Baiklah. Saya akan dukung apapun keputusan anda, tuan muda."
"Terima kasih banyak, pak tua."
"Iya, tuan muda."
🌹 dulu... nanti lanjut lagi