mengisahkan tentang seorang gadis bernama Safira, di malam dia bekerja di sebuah hotel, mahkotanya di renggut oleh laki laki yang tidak dia kenal. bukan itu saja penderitaan nya, dia usir oleh ibu dan saudara tirinya, bahkan bayi yang baru saja dia lahirkan diambil oleh Nadira saudara kembarnya, mereka membuang Safira di pinggir hutan.
Safira kembali ke kota menjadi seorang guru bagi sang pura, akankah Fira tahu kalau anak laki yang sering menyendiri adalah putranya, bagaimana dia bisa menemukan putranya dan menyelamatkan putranya, dari Nadira yang sudah mengaku sebagai ibunya selama ini.
Terima kasih sudah membaca, jangan lupa tinggal kan jejak positif, bagi yang tidak suka, skip saja, hargailah karya orang lain. 💕💕💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ilham Dzaki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua ular terkurung dalam sangkar
Di dapur semua koki sibuk menyiapkan menu spesial untuk hari spesial ini, mereka masak besar dan akan membuat pesta kecil untuk penyambutan nyonya mereka yang baru pulang.
Di lain tempat Dona bertemu dengan Amir, Amir menyerahkan semua laporan kegiatan yang sudah dia lakukan pada kedua nenek lampir tersebut, dan sekarang mengalihkan tanggung jawab tersebut pada Dona, dia harus segera kembali ke Turki karena Dr Markus sudah memanggilnya kembali ke sana.
Sore ini Dira mendapatkan telpon dari agensinya untuk pembatalan iklan yang akan di berikan padanya, dia juga mendapatkan kabar kalau mulai hari ini Dira di keluarkan dari agensi tersebut.
"Tidak bisa begitu om, saya sudah memberi kontribusi yang bagus di agensi anda, memang saya salah apa?" Dira tidak terima kalau dirinya di keluarkan dari agensi besar tersebut.
"Maaf, anda masuk kemari memakai nama besar tuan Rayhan Wijaya, dan hari ini tuan Ray sendiri yang memutuskan untuk meminta kami mengeluarkan anda, tidak cuma di agensi ini saja tapi dari semua agensi yang anda ikuti nona, maaf." Produser tersebut tidak bisa menolak permintaan Rayhan atau mereka sendiri yang akan terkena imbasnya, lebih baik kehilangan satu model dari pada dia kehilangan pekerjaannya.
Dira marah besar, semua bosnya sudah memecat dia.
"Reyhan kurang ajar, apa yang dia mau sebenarnya, aku sudah berjuang keras untuk mendapatkan kamu, bahkan rela menjadi oran lain juga demi kamu, tapi apa yang kau lakukan, kau sudah menghancurkan karirku, awas kau Rayhan Wijayaaa...' Dira berteriak kencang di rumahnya dan memecahkan barang barang di kamar itu, karena sekarang dia berada di dalam kamar.
Sinta yang mendengar teriakan Dira dan barang pecah dari kamar tersebut langsung berlari ke sana melihat keadaan Dira yang sudah seperti orang gila saja.
Dira mengacak rambutnya dan melempar semua yang ada di kamar itu.
"Ada apa ini, kenapa kau mengamuk seperti orang kesetanan saja?" tanya Sinta.
"Dira hancur ma, Dira di keluarkan dari pekerjaan Dira, mereka semua memecat Dira secara bersamaan. Ini semua karena si Rayhan yang kejam itu ma." Dira masih terus menggila.
"Apa di keluarkan?" tanya Sinta masih tidak percaya dengan kata-kata Dira.
"Memangnya Dira ngeprang mama apa, buat apa ma, semua ini hidup dan masa depan Dira, lalu kita harus bagaimana ma, om Rocky juga sudah di penjara, entah dimana mereka memenjarakan Rocky itu." Dira terus meracau.
Benar apa yang Dikatakan Nadira, selama ini mereka mengandalkan Rocky untuk menyingkirkan semua duri dalam diri mereka, bahkan polisi juga masih menyelidiki mereka.
Di luar rumah terdengar suara sirine polisi kembali, dan berhenti tepat di depan rumah mereka. Sebenarnya itu bukan polisi Tetapi Dona dan anak buahnya, mereka menggunakan nama polisi untuk menakut-nakuti mereka dan melihat berapa lama mereka berada di dalam sana.
Dona dan anak buahnya memasang garis polisi di sekeliling rumah Sinta. Di setiap sudut rumah juga di jaga oleh dua orang, baik depan maupun belakang, jadi ada delapan orang yang bertugas menjaga rumah itu,
Mereka hanya mengikuti apa yang mereka mainkan, bukannya tadi mereka membuat seolah kalau saat ini pemilik rumah sedang berada di luar kota dan belum pulang, jadi para petugas tersebut menungggu mereka kembali.
Sinta dan Dira makin uring-uringan karena tidak bisa keluar rumah sama sekali, kalau mereka keluar pasti akan di tangkap polisi, kalau tetap di dalam rumah, mereka akan kehabisan bahan -bahan makanan, bisa - bisa kelaparan. Sungguh keadaan yang sangat pas.
"Bagaimana ini ma, apa kita akan mati kelaparan di dalam sini, terus bagaimana kita bisa belanja, dan lagi apakah hantu Fira juga ma, apa dia masih akan terus mengejar kita ya, aduh bingung aku." Dira makin frustasi dengan kondisinya.
"Tenang dulu, polisi itu paling seharian atau dua hari juga sudah pergi, kita tenang dulu stok bahan makan masih cukuplah untuk dua sampai tiga hati," jawab Sinta, dia ingin menenangkan anaknya tersebut.
Sebenarnya orang-orang di luar sana tahu dan mendengar ada kehidupan di dalam sana, tapi mereka memang sengaja dan pura-pura tidak tahu.
Kembali di mansion, setelah selesai dengan urusan dua pria tampan itu kini giliran Maria yang mandi, awalnya dia bingung jga, bagaimana mau ganti pakaian sementara dia kesini tanpa membawa apa-apa, kalau dia memakai pakaian lamanya, sekarang bukan style dia lagi, sekarang Fira atau Maria sudah menutup auratnya, jadi tidak bagus memakai pakaian yang dulu.
Rayhan menunjukkan pada Maria sebuah koper, yang isinya adalah semua pakaian dia yang berada di kontrakan.
"Lho inikan pakaianku, kok bisa ada disini?" heran Maria.
"Mahir dan Amir yang datang kemari sayang, mereka mengantarkan pakaian kamu sekaligus pamit akan kembali ke Turki sekarang juga Dokter Markus meminta mereka segera kembali." Rayhan memberikan sebuah alasan yang tepat, memang waktu Maria memandikan Jojo tadi dua pemuda datang dan pamit, mereka tidak sempat menunggu Maria selesai, karena jam terbangnya sudah mepet.
"Tapi urusan kami belum selesai mas, aku masih ada sedikit kegiatan yang buruh bantuan mereka, paling tidak ada yang tinggal salah satunya." Maria masih belum ikhlas mereka pulang.
"Tidak usah khawatir, urusan ibu dan saudara kembaran kamu itu, sudah ada yang menggantikan tugasnya, aku tidak mau kau mengotori tangan lembut ini untuk menghukum mereka, serahkan semuanya kepada Dona," kata Ray.
"Siapa Dona?"tanya Maria dengan heran.
"Dia anak buah Rudy, aku biasa menggunakan jasa dia untuk menghukum wanita, karena dia juga wanita, jadi tidak ada alsan untuk tidak bisa menyakiti atau memberi pelajaran pada seorang wanita, jadi kamu tinggal lihat saja hasilnya." Rayhan menjelaskan panjang lebar, siapa dan apa tugas dari Dona itu.
Maria mengangguk, lalu dia mengambil satu set baju dan membawanya ke kamar mandi.
Bu Amin dan para Art sudah selesai menyiapkan tempat dan menata menu menu mereka di taman belakang, dulu setiap ada acara nyonya mereka selalu berbagi kebahagiaan dengan mereka dengan berkumpul disini, kalau dia beneran Fira nyonya mereka yang hilang dulu, berarti akan senang dengan surprise yang mereka adakan saat ini.
Ray dan Jojo sudah menunggu Maria di sofa kamar tersebut, setelah memoles sedikit wajahnya, Maria siap untuk keluar, katanya Ray dan Jojo akan memberi surprise untuknya tapi entah apa itu.
Rayhan dan Jojo mengajak Maria ke halaman belakang, disana sudah di sulap menjadi restoran gaya outdoor yang romantis, ada banyak meja dan menu juga.
Banyak pelayan yang sudah berkumpul disana, harap-harap cemas.
"Selamat datang kembali ke rumah nyonya Fira, kami sangat merindukan anda." Aminah sebagai kepala rumah tangga mewakili teman-teman nya memberikan ucapan selamat datang.
Maria menutup mulutnya dengan kedua tangannya, dia merasa terharu pada semua orang yang masih sangat peduli padanya
"Terima kasih, atas apresiasi kalian semua, BU Amin, pak Koko kepala Koki, pasti bapak yang menyiapkan menu spesial ini, Mbak Ani, Sari, Yuni, Nilam dan semuanya." Maria menyebutkan beberapa nama orang-orang yang sudah lama bekerja disana.
Mereka cukup terharu, ternyata majikan mereka masih ingat dengan wajah dan nama mereka meskipun sudah bertahun tahun tidak bertemu.
Para pelayan yang di sebut namanya tadi segera memburu dan memeluk majikan yang satun ini, mereka tidak akan canggung atau malu. Kecuali pak Koko, dia cukup menyapa saja.