Honey merasa jengah dengan kehidupannya yang maha sempurna. Ditengah rasa jengah yang melanda, ia mempunyai ide gila; mengajak teman daringnya bertukar posisi. Teman daringnya merupakan anak dari penyelam handal di Barcelona.
Ia pikir setelah bertukar tempat dengan temannya, kehidupannya akan berubah menyenangkan, nyatanya salah. Ia harus menghadapi berbagai masalah, termasuk masalah hatinya yang terpaut pada ayah teman daringnya.
Follow IG Author @ThalindaLena
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Undangan Pesta Pertunangan Honey
Beberapa hari telah berlalu begitu cepat. James melalui hari-harinya dengan penuh kehampaan. Kepulangan Honey ke Barcelona menyurutkan semangatnya. Begitu dahsyat pengaruh Honey pada kehidupannya.
"Ada kiriman untukmu, James." Kurir paket memberikan sebuah amplop coklat kepada pria tampan yang bertelanjang dada itu.
James yang tengah duduk di depan rumah sembari menikmati kopi langsung menyambar paket tersebut.
"Tanda tangan di sini," ucap kurir tersebut.
James menandatangani tanda bukti penerima, kemudian bertanya, "Paket dari siapa ini?"
Kurir menaikkan kedua bahunya, "aku tidak sempat membaca nama pengirimnya!" jawabnya lalu buru-buru pergi.
James mendengus seraya menatap kepergian kurir tersebut yang selalu ketus padanya. Usut punya usut, kurir tersebut iri padanya karena mempunyai badan atletis dan wajah rupawan hingga para gadis-gadis menyukainya.
James membuka amplop tersebut lalu mengeluarkan isinya. Mendadak jantungnya berdebar kencang, dadanya terasa sakit seperti ada sesuatu yang menghimpit, kedua matanya pun memanas saat melihat kartu undangan yang tertera nama Honey dan nama pria asing.
Tidak hanya undangan, tapi Honey juga mengirimkan sebuah surat.
'Hai, James, apa kabar? Aku harap kau, Anna dan Tim-mu dapat hadir di pesta pertunanganku. Dan akan ada mobil khusus yang akan menjemput kalian nanti.' Hanya itu yang di tuliskan Honey di surat tersebut.
"Kenapa rasanya sakit sekali?" gumam James sembari meremat dadanya sendiri. Beginikah rasanya patah hati? pikir James seraya menghempaskan bokongnya lagi ke kursi dengan lemah.
"Ini gila! Tidak mungkin aku secinta itu pada anak kecil itu!" gumam James menertawakan dirinya sendiri di balik segala kesedihannya. James berusaha menghibur diri sendiri agar tidak semakin terluka.
"Ya, mungkin ini yang terbaik. Dia berhak mendapatkan yang lebih baik," gumamnya lagi seraya menarik nafas dalam guna mengurai rasa sesak yang kian menekan dadanya.
"Dad!!" Anna berseru sambil berlari sambil membawa papan selancar. Gadis berambut pendek dan berkulit eksotis itu dengan riang menghampiri ayahnya, diikuti Gail dari belakang.
James segera merubah ekspresinya menjadi biasa saja saat melihat kedatangan sang anak.
"Dad! Aku berhasil mengalahkan Gail!" teriak Anna heboh sambil menacapkan papan selancarnya di atas pasir. Lalu mendudukkan diri di hadapan sang ayah dengan senyuman bahagia yang terus terukir di bibirnya.
"Benarkah?" James menatap putrinya dengan pandangan tidak percaya.
"Iya! Berhasil menakhlukkan ombak dan mengalahkan si playboy itu!" jawab Anna, jumawa.
"Aku sengaja mengalah untuk putrimu, James!" sahut Gail yang sudah berdiri tak jauh dari mereka sambil melioat kedua tangan di depan dada.
"Diam!!" sungut Anna lalu cemberut kesal, seraya melirik tajam pemuda itu.
"Aku tidak ikut campur urusan kalian," sahut James enteng seraya beranjak berdiri dari duduknya.
"Tunggu dulu! Ini undangan dari siapa?" Mata Anna tiba-tiba tertuju pada desain undangan mewah yang tergeletak di atas meja.
"Honey!" James menjawab singkat sebelum masuk ke rumah.
Anna dan Gail saling pandang lalu mengambil undangan tersebut dan membacanya.
"Aku tidak ingin datang!" Anna menjawab dengan nada tegas. Ia masih kesal dan marah pada temannya itu.
"Tapi, aku ingin, Honey sangat baik kepada kami semua, jadi ..."
"Berhentilah memujinya, Gail! Telingaku sakit mendengarnya!" sungut Anna, marah.
.
.
.
Di Barcelona.
Jelang hari pertunangannya, Honey malah tampak murung, sama sekali tidak ada kebahagiaan dan semangat yang terpancar di wajahnya.
"Honey, sayang. Kenapa wajahmu kusut sekali? Calon pengantin harus kelihatan bahagia. Apakah ada beban di pikiranmu, sayang?" tanya Alpha kepada putri sulungnya yang terlihat bengong di dekat jendela kamar. Ia masuk ke kamar putrinya untuk meletakkan gaun yang akan di pakai putrinya di pesta pertunangan besok malam.
Honey menoleh, menatap ibunya dengan pandangan mengiba, "mom, boleh aku bertanya?"
"Iya, tentu saja, sayang," jawab Alpha tanpa menoleh karena sedang sibuk menata gaun putrinya di lemari agar tidak kusut.
"Mom, apakah saat kalian menikah saling mencintai?"
Alpha seketika menghentikan gerakan tangannya, tubuhnya mematung sejenak, kemudian menoleh pada putrinya dengan penuh tanda tanya.
"Apa yang terjadi? Apa kau tidak mencintai Frank?" Alpha langsung bisa menebak arah pembicaraan putrinya.
Glek!
Honey menelan ludahnya dengan kasar, dan wajahnya langsung pias saat mendengar pertanyaan ibunya yang tepat sasaran.
...
Guys, jangan lupa berikan vote, like, komentar, dan hadiah seikhlasnya 🥰