NovelToon NovelToon
Prajurit Perang Di Dunia Sihir

Prajurit Perang Di Dunia Sihir

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Anak Genius / Perperangan / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Sapoi arts

Letnan Hiroshi Takeda, seorang prajurit terampil dari Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia II, tewas dalam sebuah pertempuran sengit. Dalam kegelapan yang mendalam, dia merasakan akhir dari semua perjuangannya. Namun, ketika dia membuka matanya, Hiroshi tidak lagi berada di medan perang yang penuh darah. Dia terbangun di dalam sebuah gua yang megah di dunia baru yang penuh dengan keajaiban.

Gua tersebut adalah pintu masuk menuju Arcanis, sebuah dunia fantasi yang dipenuhi dengan sihir, makhluk fantastis, dan kerajaan yang bersaing. Hiroshi segera menyadari bahwa keterampilan tempur dan kepemimpinannya masih sangat dibutuhkan di dunia ini. Namun, dia harus berhadapan dengan tantangan yang belum pernah dia alami sebelumnya: sihir yang misterius dan makhluk-makhluk legendaris yang mengisi dunia Arcanis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sapoi arts, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kejadian Tak Terduga

Di tengah perjalanan yang panjang, Hiroshi mendengar suara jeritan dari kejauhan. Insting tempurnya langsung menyala.

Tanpa pikir panjang, dia mempercepat langkahnya, menuju sumber suara yang semakin mendekat. Jalan yang tadi sepi kini terasa mencekam, bau darah samar-samar mulai tercium di udara. Di depannya, terlihat pemandangan yang kacau balau.

Beberapa orang berseragam zirah tergeletak tak bergerak di tanah, dikelilingi oleh bandit-bandit yang membawa pedang. Mereka tampak berkumpul di sekitar gerobak mewah yang terhenti di tengah jalan.

Hiroshi mengamati gerak-gerik mereka dari balik pepohonan. Bandit-bandit itu tampak berusaha membuka pintu gerobak, jelas ingin merampok atau lebih buruk.

Di dalam gerobak itu, seorang wanita muda duduk dengan wajah pucat. Pakaian mewahnya dan tatapan tegas menunjukkan statusnya, mungkin seorang bangsawan, mungkin bahkan seorang putri.

POV Putri: "Apa yang sedang terjadi?" pikirnya, napasnya tersengal di tengah kepanikan.

"Pengawal-pengawalku... semuanya tewas begitu cepat. Bagaimana ini bisa terjadi? Mereka menyerang kami tanpa ampun..."

Dia menatap sekelilingnya, melihat para bandit yang semakin dekat, merasa tak berdaya. Pintu gerobak bergetar saat mereka memaksanya terbuka.

"Apa aku akan mati di sini?" Suara ketukan pintu yang keras semakin membuat ketakutan merambat ke dalam tubuhnya.

"Aku harus tenang... Aku harus bertahan..." Namun, ketika suara besi beradu dan jeritan pengawal terakhir terdengar, keteguhan hatinya mulai memudar. Dia mendengar tawa para bandit di luar, dan ketakutan mulai menguasainya.

Tiba-tiba, pintu gerobak terbuka. Seorang bandit dengan wajah kejam, membawa pedang besar, mendekat dengan tatapan penuh niat jahat.

"Cantik juga, lebih baik dari emas," kata bandit itu dengan seringai licik.

Putri itu menahan napas, matanya membesar. "Tidak! Ini tidak boleh terjadi..."

Namun, sebelum bandit itu bisa menyentuh pintu gerobak, sebuah suara keras meledak di udara. Dentuman itu memekakkan telinga, dan waktu seakan berhenti.

Mata sang putri membelalak saat dia melihat bandit yang tadi berdiri dengan penuh percaya diri tiba-tiba jatuh tersungkur, darah mengalir dari tubuhnya.

"Siapa itu?" pikirnya dengan ngeri. Dia menoleh keluar jendela kecil gerobak, mencari sumber suara.

Di kejauhan, di balik kabut debu dan bayangan pepohonan, terlihat seorang pria berdiri dengan tenang. Mantel hitam panjangnya berkibar pelan tertiup angin. Di tangan kanannya, sebuah senjata panjang yang belum pernah dilihatnya sebelumnya—senapan milik dunia yang tidak ia kenal.

Hiroshi, tanpa ragu sedikit pun, telah melepaskan tembakan yang tepat ke arah bandit. Bandit itu jatuh seketika, membuat yang lain terdiam sesaat, terkejut dengan kecepatan serangan yang datang dari orang asing ini.

"Siapa dia?" pikir putri itu lagi, kini dalam kebingungan sekaligus kelegaan.

"Kenapa dia menolongku?"

Namun kekacauan belum berakhir. Para bandit lainnya segera menyadari kehadiran Hiroshi. Salah satu dari mereka, seorang yang tampaknya pemimpin kelompok, menggeram marah, "Bunuh dia!"

Beberapa bandit mulai berlari ke arah Hiroshi dengan pedang terhunus. Mereka mengira bahwa pria tanpa zirah itu akan mudah dikalahkan.

Namun, Hiroshi tetap tenang. Dengan gerakan cepat, dia mengarahkan senapannya ke arah para bandit. Dia menembakkan satu peluru lagi—bandit yang terdepan jatuh dengan dentuman keras ke tanah.

Meskipun terkejut dengan kekuatan senjata aneh yang digunakan Hiroshi, sisanya masih berlari maju, menghunuskan pedang mereka dengan amarah.

Namun, Hiroshi tahu dia tak bisa terus-menerus bergantung pada senapan ini—amunisinya terbatas. Dengan cepat, dia menyimpan senjatanya dan menarik katana yang selalu dibawanya.

"Kalau begitu, kita lakukan ini dengan cara lama," gumamnya sambil menghunus pedangnya.

Satu demi satu bandit mengayunkan pedang mereka ke arahnya. Hiroshi, dengan ketenangan luar biasa, menghindari setiap serangan dengan langkah gesit.

Setiap ayunan pedang bandit gagal menyentuhnya, seakan dia bisa membaca gerakan mereka sebelum mereka melakukannya.

Dengan serangan balik yang cepat dan presisi, Hiroshi menggunakan belakang katana-nya untuk melumpuhkan mereka tanpa membunuh.

Gerakannya halus, penuh disiplin, seperti samurai yang berpengalaman. Katana-nya berayun dengan sempurna, membalas setiap serangan bandit dengan pukulan keras yang

menjatuhkan mereka satu per satu. Pedangnya bergerak seperti kilat, menghantam musuh dengan presisi tanpa memberikan luka fatal.

Putri di dalam gerobak terdiam, menyaksikan pemandangan yang tak pernah ia duga.

"Dia bukan penyihir, tapi bagaimana dia bisa begitu kuat?" pikirnya.

Salah satu bandit, yang tersisa, mencoba menyerang Hiroshi dari belakang. Tapi Hiroshi, seakan memiliki mata di belakang kepala, berbalik dengan cepat, menendang bandit itu dengan kekuatan penuh hingga terlempar ke tanah.

Lalu, dia mengayunkan pedangnya ke udara, menjatuhkan pedang musuh yang hampir menghunjamnya.

Hiroshi berdiri di tengah kekacauan, napasnya tetap teratur. Para bandit yang tersisa mulai mundur, ketakutan oleh kemampuan pria ini yang tampak lebih dari manusia biasa.

"Apa kau ingin melanjutkan?" Hiroshi berkata dengan dingin pada para bandit yang tersisa. Namun, mereka hanya bisa menatapnya dengan ngeri sebelum berlari ketakutan meninggalkan tempat itu.

Setelah semua berakhir, Hiroshi memandang gerobak mewah itu dan mendekat. Dia tahu ada seseorang di dalam yang perlu dijaga.

"Apakah kau baik-baik saja?" tanyanya dengan tenang, menyimpan kembali katana-nya ke sarungnya.

Putri itu terdiam, masih dalam keadaan terkejut.

"Siapa kau...?" tanyanya pelan, tatapannya masih terpaku pada sosok Hiroshi.

"Aku hanya seorang pengembara," jawab Hiroshi singkat, matanya menatap jauh ke jalan yang masih panjang di depan.

"Dan aku punya tugas untuk diselesaikan."

___

Setelah pertarungan usai, Hiroshi mendekati gerobak mewah tersebut. Sang putri di dalamnya masih tampak terkejut dan belum sepenuhnya menyadari bahwa bahaya telah berlalu. Hiroshi mengetuk perlahan pintu gerobak.

"Apakah kau baik-baik saja?" tanyanya, suaranya tenang namun penuh ketegasan. Matanya mengamati sekeliling, memastikan tidak ada ancaman lain yang datang.

Pintu gerobak terbuka sedikit, dan wajah putri itu muncul, masih diliputi ketegangan.

"Siapa kau?" suaranya terdengar bergetar, meski ia berusaha mempertahankan wibawa bangsawannya. "Mengapa kau menolongku?"

Hiroshi melirik ke arah para bandit yang tewas dan terluka.

"Hanya kebetulan aku lewat di sini," jawabnya singkat. "Sepertinya kau dalam bahaya, jadi aku melakukan apa yang harus kulakukan."

Putri itu menatap Hiroshi dengan bingung. "Aku adalah Putri Elysia dari Kerajaan Eldabara. Kami sedang dalam perjalanan untuk kembali ke istana setelah sebuah pertemuan diplomatik, tetapi di tengah jalan kami dihadang oleh para bandit,"

jelasnya dengan suara yang semakin tenang, meski ketakutan masih tampak di matanya.

"Mereka membunuh sebagian besar pengawalku... Jika kau tidak datang, mungkin aku sudah tewas sekarang."

Hiroshi mengangguk kecil, memahami situasinya.

"Bagaimana keadaan pengawalmu yang tersisa?" tanyanya sambil menatap sekeliling, mencari tanda-tanda kehidupan di antara para korban.

Putri Elysia mengangguk pelan.

"Ada tiga pengawal yang masih hidup, tapi mereka terluka parah. Aku... aku tidak tahu apakah mereka bisa bertahan tanpa bantuan penyembuh sihir."

Hiroshi tanpa ragu berjalan menuju para pengawal yang tersisa. Mereka tergeletak di tanah, napas mereka terengah-engah, luka yang cukup parah terlihat di tubuh mereka.

Meskipun Hiroshi bukan seorang penyihir, instingnya sebagai prajurit terlatih memandu langkahnya. Dia berlutut di samping salah satu pengawal, memeriksa lukanya dengan teliti.

Putri Elysia menyaksikan Hiroshi dengan kebingungan yang jelas di wajahnya.

"Apa yang kau lakukan? Kau bukan seorang penyembuh sihir, bukan?" tanyanya, nada suaranya mencerminkan rasa ingin tahu yang mendalam. Pakaian militer dan mantel hitam Hiroshi, yang tidak biasa untuk dunia ini, menambah rasa aneh dalam dirinya.

Hiroshi menatapnya sekilas, lalu melanjutkan pekerjaannya.

"Aku memang bukan penyihir," katanya sambil merobek sebagian kain dari jubah pengawal yang sudah tak terpakai untuk dijadikan perban.

"Tapi aku tahu pertolongan pertama. Tidak semua pertempuran bisa diselesaikan dengan sihir."

Sang putri mengerutkan kening, bingung.

"Pertolongan pertama?" dia mengulang, seakan istilah itu baru baginya. Dia melihat bagaimana Hiroshi dengan cepat membersihkan luka, menekan bagian yang berdarah dengan kain, dan membalutnya untuk menghentikan pendarahan.

Salah satu pengawal yang terluka tampak tersadar sedikit.

"H-heran sekali...," gumamnya lemah, "kau bukan penyembuh... tapi kau... tahu cara menolong."

Hiroshi tidak mengindahkan komentar itu, tetap fokus pada tugasnya. Setelah membalut luka pertama, dia berpindah ke pengawal berikutnya. Sementara itu, Putri Elysia memperhatikan setiap gerakannya dengan rasa ingin tahu yang makin dalam.

"Apa kau dari kerajaan lain?" tanya sang putri lagi, matanya menyipit curiga.

"Cara berpakaianmu, cara bertarungmu, semuanya aneh. Seperti dari dunia lain."

Hiroshi menghentikan pekerjaannya sejenak, menatap Elysia dengan tatapan yang sulit dibaca.

"Dunia lain, ya?"

gumamnya pelan, hampir tak terdengar. Lalu, dia kembali bekerja tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.

Setelah beberapa menit berlalu, Hiroshi telah melakukan yang terbaik untuk menolong para pengawal dengan cara non-magis.

Mereka masih membutuhkan penyembuh sihir untuk pemulihan total, tetapi setidaknya luka mereka tidak lagi mengancam nyawa.

"Aku sudah melakukan apa yang bisa kulakukan,"

Hiroshi berkata kepada Putri Elysia.

"Tapi mereka butuh lebih dari ini. Kau harus segera membawa mereka ke penyembuh sihir terdekat."

Putri Elysia terdiam sejenak, memandang Hiroshi dengan penuh kebingungan. Dia tak pernah melihat seseorang bertindak begitu cepat dan efisien tanpa menggunakan sihir. Di dunia ini, sihir adalah segalanya, dari penyembuhan hingga pertempuran.

Namun, pria di depannya ini tampak tidak bergantung pada kekuatan sihir sama sekali, dan itu membuatnya merasa aneh, namun juga kagum.

"Apa kau tidak memiliki sihir sama sekali?" tanya Elysia dengan ragu.

Hiroshi menatapnya sejenak, matanya yang tajam seperti menilai sesuatu.

"Aku tidak butuh sihir untuk bertahan hidup," jawabnya singkat. "Aku punya cara sendiri."

Putri Elysia tersenyum kecil, meskipun masih bingung. "Kau benar-benar berbeda dari yang lain... Cara bertarungmu, cara kau menolong orang... Aku belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya."

Hiroshi hanya mengangguk, tidak merasa perlu untuk menjelaskan lebih jauh. Bagi Hiroshi, apa yang dilakukannya adalah hal yang biasa, tapi bagi Putri Elysia dan orang-orang di dunia ini, itu tampak seperti keajaiban yang tak terduga.

"Jadi, apa tujuanmu sebenarnya?" tanya Elysia akhirnya, nada suaranya lebih lembut. "Kau bukan pengembara biasa, itu jelas."

Hiroshi berdiri, menghadap sang putri. "Aku sedang dalam perjalanan mencari sesuatu," jawabnya dengan mata yang menatap jauh ke depan. "Sesuatu yang mungkin bisa membantuku kembali... ke tempat asal."

Putri Elysia mengerutkan kening lagi, masih belum sepenuhnya memahami apa yang dimaksud Hiroshi.

"Ke tempat asal...?"

Sebelum dia bisa bertanya lebih lanjut, salah satu pengawal yang terluka bergerak, mengingatkan mereka bahwa waktu adalah esensi.

"Kita harus segera pergi," kata Hiroshi dengan nada tegas. "Para bandit mungkin akan kembali, dan mereka tidak akan datang dengan tangan kosong."

Putri Elysia mengangguk, masih merasakan keanehan dalam setiap ucapan dan tindakan Hiroshi.

"Baiklah," katanya, "terima kasih atas bantuanmu, meskipun aku masih belum sepenuhnya mengerti siapa dirimu."

Hiroshi tidak menjawab, hanya menatap jalan panjang di depannya. "Selamatkan orang-orangmu," katanya pelan. "Itu yang terpenting sekarang."

1
Yurika23
mampir ya thor
Yurika23: siap kak
Sapoi arts: Tentu @Yurika23 , terima kasih atas support-nya! Akan mampir juga 😊
total 2 replies
si Rajin
keren, penulisannya juga rapih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!