NovelToon NovelToon
Battle Of The Genies"Adu Jin"

Battle Of The Genies"Adu Jin"

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Hantu
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ramos Mujitno Supratman

Genies mulai bermunculan dari dimensi lain, masing-masing mencari partner manusia mereka di seluruh dunia. Dalam pencarian mereka, genies yang beraneka ragam dengan kekuatan luar biasa mulai berpencar, setiap satu memiliki kekuatan unik. Di tengah kekacauan itu, sebuah genie dengan aura hitam pekat muncul tiba-tiba, jatuh di kamar seorang anak berkacamata yang dikenal aktif berolahraga. Pertemuan yang tak terduga ini akan mengubah hidup mereka berdua selamanya, membawa mereka ke dalam petualangan penuh misteri dan kekuatan yang tak terbayangkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ramos Mujitno Supratman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hampir gelut

Ketika Raka, Beni, dan Sinta sedang berjalan menuju kelas, tiba-tiba Raka merasakan aura yang aneh di sekitarnya. Zarok dan Aira, yang selalu berada di dekatnya, langsung waspada.

“Berhenti sebentar, Raka,” bisik Zarok. “Aku merasakan ada genie lain di sekitar sini.”

Raka menoleh dengan panik. "Genie lain? Di sekolah?"

Aira terbang sedikit lebih tinggi, memindai sekeliling mereka dengan cepat. “Iya, energinya kuat. Dekat sekali. Hati-hati.”

Saat mereka tiba di pintu kelas, sosok yang tidak biasa muncul di dekat Beni. Sebuah genie berwujud oger dengan kepala sapi besar berdiri di sebelahnya, mengenakan armor berat dan membawa gada besar di pundaknya. Mata genie itu menyala merah, dan tubuhnya yang berotot terlihat menakutkan.

“Beni...” bisik Raka pelan, mencoba tidak terlihat terlalu kaget. “Kamu... punya genie juga?”

Beni tertawa santai, tidak menyadari apa yang sedang terjadi di sekitarnya. “Apa yang kamu omongin, Raka? Kamu ngomong apa sih?”

Namun, Raka tahu pasti, karena genie di sebelah Beni menatapnya langsung. Oger berkepala sapi itu menyeringai, suara beratnya terdengar, meskipun hanya Raka yang bisa mendengarnya. “Ah, akhirnya aku bertemu denganmu, partner Zarok dan Aira.”

Zarok menghunus pedangnya dengan cepat. “Dia temanmu, Raka?”

Raka sedikit tersentak. “I-iyah, dia teman baikku.”

Oger kepala sapi itu mendekat sedikit, suaranya seperti gemuruh petir. “Namaku Garmuk, dan aku adalah genie partner Beni. Kami tidak di sini untuk bertarung, tapi sepertinya takdir telah mempertemukan kita.”

Aira mendarat di bahu Raka, berbisik pelan. “Hati-hati, Raka. Meski dia tidak menunjukkan tanda-tanda permusuhan, jangan lengah. Genies bisa berubah kapan saja.”

Raka mengangguk pelan. “Beni, kamu pernah merasa... ada sesuatu yang berbeda akhir-akhir ini? Seperti... kamu punya kekuatan yang aneh atau semacamnya?”

Beni tertawa. “Hah? Kekuatan aneh? Kamu serius? Aku cuma merasa lebih bertenaga belakangan ini. Kayak semangat terus, tapi nggak tahu kenapa.”

Raka menatap Garmuk dengan waspada. “Sepertinya genie ini sudah mempengaruhi Beni tanpa dia sadari.”

Zarok menatap tajam Garmuk. “Kami tidak tahu niatmu, Garmuk. Tapi jika kau berniat mencelakai partnermu atau Raka, aku takkan ragu menghentikanmu.”

Garmuk tertawa keras, suaranya menggema di lorong yang kosong. “Santai saja, Zarok. Aku hanya di sini untuk memperkuat Beni, sama seperti kau dengan partnermu. Tapi ingat, pertempuran besar akan segera tiba. Dan saat itu terjadi, kita semua harus memilih sisi.”

Aira menoleh cepat pada Raka. “Kita harus tetap waspada. Mereka mungkin tidak bermusuhan sekarang, tapi segalanya bisa berubah.”

Raka mengangguk, merasa semakin berat dengan rahasia ini. “Baiklah, aku akan hati-hati. Tapi kalau ada sesuatu yang terjadi dengan Beni, aku akan melindunginya.”

Zarok menepuk bahu Raka. “Kau sudah membuat keputusan yang tepat, Tuan. Kami akan selalu di sisimu.”

Sementara itu, Beni, yang tidak tahu apa-apa tentang percakapan antara genies mereka, menatap Raka dengan kebingungan. “Kamu kenapa sih, Raka? Kayak tegang banget. Santai aja, yuk, kita masuk ke kelas!”

Raka tersenyum tipis, berusaha terlihat normal. “Iya, iya, aku cuma... banyak pikiran aja.”

Mereka masuk ke kelas bersama, sementara Garmuk terus mengawasi Raka dengan senyum misterius, dan Zarok serta Aira bersiap siaga untuk menghadapi apa pun yang mungkin datang.

Begitu mereka masuk kelas, bel tanda pelajaran dimulai berbunyi. Raka, Beni, dan Sinta segera duduk di tempat mereka masing-masing. Guru matematika, Pak Rizal, masuk ke dalam kelas dengan buku catatan di tangannya.

“Selamat pagi, anak-anak,” sapanya dengan tegas, “Hari ini kita akan melanjutkan bab mengenai aljabar. Siapkan buku kalian.”

Raka mencoba fokus, tapi pikirannya masih terganggu oleh percakapan dengan Garmuk tadi. Ia melirik sekilas ke arah Beni, yang tampak santai, tidak menyadari apa pun yang baru saja terjadi. Namun, tepat di belakang Beni, Garmuk berdiri tegap, tak terlihat oleh siapa pun kecuali Raka.

Zarok, yang berdiri di sudut kelas dekat jendela, memperhatikan Garmuk dengan waspada. “Tetap fokus, Tuan. Genie ini mungkin tidak berbahaya saat ini, tapi jangan lengah.”

Aira, yang melayang rendah di dekat Raka, berbisik, “Ingat, pelajaran ini penting untuk kehidupan manusiamu. Fokuslah, kami akan berjaga.”

Pak Rizal mulai menulis rumus di papan tulis. “Perhatikan baik-baik soal ini. Ini akan masuk dalam ujian minggu depan.”

Sementara itu, Beni melirik ke arah Raka, yang tampak lebih gelisah dari biasanya. “Hei, kamu oke, bro? Kelihatannya kamu lagi banyak pikiran,” bisiknya sambil memutar-mutar pensilnya di meja.

Raka tersentak, menyadari bahwa ia terlalu teralihkan oleh kehadiran para genie. “Eh, iya, nggak apa-apa. Cuma… ya, banyak yang dipikirin aja,” jawabnya pelan.

Beni tersenyum kecil. “Santai aja, pasti bisa diatasi. Lagian, ini cuma matematika. Gampang kok, asal kamu perhatikan.”

Raka mengangguk, tapi matanya masih sesekali melirik ke arah Garmuk, yang berdiri tegak di belakang Beni. Rasanya aneh bahwa temannya tidak menyadari bahwa ada makhluk sebesar itu di dekatnya.

Pak Rizal berbalik dari papan tulis. “Raka, coba kamu kerjakan soal ini di papan,” katanya tiba-tiba, menunjuk Raka.

Raka tersentak kaget, tak siap dipanggil ke depan. “Eh, iya, Pak…” katanya gugup, lalu berdiri dan berjalan ke depan kelas.

Zarok berbisik, “Jangan khawatir, Tuan. Fokus saja pada tugasmu.”

Aira menambahkan, “Jangan biarkan kehadiran kami mengalihkan perhatianmu. Kau harus menjalani kehidupan manusiamu dengan baik.”

Dengan jantung berdebar, Raka mengambil kapur dan mulai menuliskan jawabannya di papan. Meski pikirannya masih dipenuhi oleh kehadiran genie, ia mencoba sekuat tenaga untuk fokus pada soal matematika di depannya.

Setelah selesai menulis, Pak Rizal melihat jawabannya dan mengangguk puas. “Bagus, Raka. Jawabanmu benar. Kamu memang selalu bisa diandalkan dalam pelajaran ini.”

Raka tersenyum canggung dan kembali duduk. Beni meliriknya dengan penuh kekaguman. “Lihat kan, bro? Kamu tuh jago banget! Nggak ada alasan buat khawatir.”

Raka hanya tersenyum kecil, dalam hatinya ia tahu bahwa matematika hanyalah salah satu tantangan kecil yang harus ia hadapi. Tantangan yang lebih besar ada di sekelilingnya, tersembunyi dari pandangan semua orang—kecuali dirinya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!