Setelah terbangun dari mimpi buruk di mana ia dibunuh oleh pria yang diam-diam ia kagumi, Ellison, Queen merasa dunianya berubah selamanya.
Sejak hari itu, Queen memutuskan untuk tidak lagi terlibat dalam kehidupan Ellison. Dia berhenti mengejar cintanya, bahkan saat Ellison dikelilingi oleh gadis-gadis lain. Setiap kali bertemu Queen akan menghindar- rasa takutnya pada Ellison yang dingin dan kejam masih segar dalam ingatan.
Namun, segalanya berubah saat ketika keluarganya memaksa mereka. Kini, Queen harus menghadapi ketakutannya, hidup dalam bayang-bayang pria yang pernah menghancurkannya dalam mimpinya.
Bisakah Queen menemukan keberanian untuk melawan takdirnya? Mampukah dia membatalkan pertunangan ini atau takdir memiliki rencana lain untuknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ladies_kocak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Di Rooftop, geng The Devil bukanlah sosok yang patuh pada aturan kelas, mereka lebih memilih untuk berkumpul di sini. Sang ketua terlelap di atas sofa, tenggelam dalam dunia mimpinya, sementara yang lain asyik berbincang dan bercanda. Berbeda dengan Geo yang tampak asyik tenggelam dalam barisan kata di bukunya.
Langkah Sean terdengar memecah kesunyian saat dia mendekati Geo dan Dion dengan kedua tangan terlipat dalam saku celananya.
"Kenapa balik lagi? Bukannya lo tadi jaga mereka ya?" tanya Gio dengan rasa penasaran menggantung di udaranya.
"Gue percaya sama mereka," jawab Sean dengan nada santai, seakan tak terganggu.
"Walau mereka ratu bullying?" potong Dion, mencari kejelasan.
Sean hanya mengangguk, kepalanya terangkat tinggi, menunjukkan keyakinannya."Gue dengar sesuatu di lapangan,"
Geo, matanya masih tertuju pada buku sebelum akhirnya dia memalingkan pandangannya ke Sean, menangkap ketegangan yang baru saja terjadi.
"Mereka berantem lagi?" tanya Gio, serius.
Sean menggeleng, "Ini lebih dari itu, katanya mereka sudah berbaikan. Vale lagi-lagi duluan minta maaf," jelasnya.
Mendengar ini, Ellison langsung terbangun, matanya membulat kaget dan tak percaya dengan berita yang baru saja diungkapkan Sean. Belum juga keterkejutan nya saat di ruang aula, sekarang ditambah lagi perubahan sikap yang membuat pemuda itu bingung.
Ellison duduk tegak dari tidur, kerutan bingung menghiasi dahinya. "Dia minta maaf lagi?" tanyanya, suara ragu memenuhi ruangan.
"Vale makin hari makin aneh enggak sih, dia kayak ngehindar kita," pikir Dion.
"Gue pernah nangkap tubuhnya bergetar setiap liat kita," tambah Gio. "Gue harus cari tahu,"
"Lo ancam dia?" tebak Geo.
Orang yang di tuduh hanya menggeleng, "kurang kerjaan banget gue, ngancem tuh anak,"
"mungkin dia lagi belajar ngejauhin kita," kata Dion.
Sean mengangguk, matanya serius. "Dan gue dengar alasan dia nyerang Alexi, katanya...," kata Sean, meninggalkan kalimatnya menggantung.
Gio, yang semula hanya mendengarkan, kini merapatkan kedua alisnya. "Apa itu? Gue penasaran anjirr!" ucapnya, rasa ingin tahu terpancar jelas dari nada suaranya.
"Belum jelas sih, yang pasti ada pesan, 'jangan sampai Kak Ell tahu,'" lanjut Sean, seraya menggeleng, kebingungan terlihat jelas.
Ellison, mendengar namanya disebut, mengalihkan pandangan ke arah Sean.
"Menurut lo, apa yang enggak boleh lo tahu?" tanya Deon menatap Ellison, matanya penuh tanya.
Ellison menghela napas, bahunya menggedik ringan, "Vale itu, jarang memaafkan orang, apalagi jika itu menyangkut keluarganya atau barangnya."
Geo, yang mendengarkan dengan seksama, angkat bicara, "Orang bisa berubah, Lison."
Ellison mengangkat wajah, tatapannya sayu. "Semoga," gumamnya, nada berat dan harapan bersatu dalam bisikan lirih itu.
Dion menambahkan, " Gue pasti yakin banget, itu salah satu alasan Vale tiba-tiba takut sama kita,"
Ellison mengangguk pelan, menyerap setiap kata. "biarlah waktu yang berbicara," jawabnya, suara hampir tidak terdengar, penuh dengan harapan tersirat.
****
Selesainya Via berteriak lega usai menuntaskan semua tugas hukumannya. Monika pun menambahkan sambil meregangkan tubuhnya di kasur, "Akhirnya gue bisa rebahan!"
Sementara itu, Queen dan Alexi hanya melempar senyum tipis, merasakan kelelahan yang sama. Di luar pintu, Geo sudah menunggu dengan pose yang sok cool. Melihat dia, alis mereka berempat segera berkerut, heran mengapa orang yang cukup dicari-cari di sekolah itu tiba-tiba mendekat.
"Boleh kita ngobrol?" tanya Geo, matanya tertuju pada Alexi. "Sebagai kakak tiri lo," tambahnya, memberikan tekanan pada kata terakhir itu.
Alexi hanya tersenyum tipis, tidak menyangka Geo akhirnya mengakui hubungan mereka sebagai saudara. Ia mengangguk pelan, "Gue duluan ya, kalian pulang dulu." pamit Alexi kepada teman-temannya.
Queen memilih berjalan menuju lift, berniat kembali ke kelas untuk mengambil tasnya. Tiba-tiba ia melihat pintu lift yang hendak tertutup. "Tahan bentar lift-nya!" teriaknya sambil berlari cepat.
Beberapa orang di dalam lift langsung mendengarkan dan menahan pintu untuknya.Saat Queen memasuki lift, matanya terbelalak menyaksikan Ellison dan inti The Devils yang sudah menunggu di dalam.
Ketakutan merayap naik, menggigilkan seluruh tubuhnya hingga ia hampir memutar balik untuk keluar. Namun sebelum sempat melarikan diri, Ellison menggapai dan menarik kerah baju Queen ke atas, menghentikan langkahnya.
"Enggak usah keluar," ucap Ellison dengan nada datar, membuat Queen hanya bisa patuh meski hatinya berdebar kencang, terkepung oleh beberapa malaikat mautnya.
Queen agak berdiri jauh dari mereka hingga terpentok ke pintu lift, dengan tangan bergetar menahan rasa takut.
"Udah selesai hukumannya?" suara Sean menggema dari belakang Queen membuat gadis itu sedikit tersentak.
"Semuanya sudah bersih, Kak," jawab Queen sambil berusaha menatap Sean, berusaha menyembunyikan rasa kaki dan takut.
"Bagus," sahut Sean.
"lo takut sama kita?" tanya Gio tiba-tiba membuat atmosfer lift semakin mencekam yang dirasakan Queen.
Saat lift bergerak, rasa lega sejenak mengusik kegelisahan Queen. Dengan detak jantung yang masih berpacu, Alih-alih menjawab ia malah melemparkan kata terima kasih sebelum melarikan diri dari lift secepat yang ia bisa.
"Terima kasih, Kak!" seru Queen dengan suara yang nyaris pecah, sambil berlari meninggalkan mereka berempat di dalam lift.
"Ok, gue makin yakin tuh anak takut mati sama kita," celetuk Gio.
seru cerita nya🙏
GK jd mewek UIN🤭
ko ada aja yg GK suka