Novel ini adalah sekuel dari Novel pertama ku yang berjudul Suami Penyembuh Luka.
Dimas yang akhirnya merelakan wanita yang sangat di cintainya menerima tawaran Ibunya untuk menikah lagi dengan wanita yang sudah di pilihkan untuknya.
Adalah Kasih Permata, seorang gadis yang ceria yang sedikit centil. Kasih yang awalnya menolak pun akhirnya menerima tawaran untuk menikah dengan laki-laki yang sejak awal sudah menyatakan tidak akan pernah memberikan dirinya pada Kasih.
Mampukah Kasih membalut luka yang masih basah di hati Dimas. bagaimana Kasih melindungi keluarga kecilnya saat keluarga mantan Istri Dimas ingin membalas dendam pada Dimas.
Bagaimana juga jika mantan istri Dimas kembali datang dan mengusik rumah tangganya?
Apakah ketulusan Kasih bisa menggerakkan hati Dimas dan membuka hatinya menerima kehadiran Kasih...?
Happy reading ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Dimas akhirnya mau merendahkan egonya dan datang menemui Kasih di rumahnya demi Aurel. Anaknya itu semakin lemas karena tidak mau makan apapun.
“Dimas,” Darna yang membuka pintu terkejut melihat Dimas datang. Sementara Bayu yang sedang berada di luar halaman rumahnya pun langsung datang menghampiri Dimas.
“Ada perlu apa kau datang ke rumah ini,” tanya Bayu tidak ramah.
“Aku ingin bertemu dengan Kasih,” jawab Dimas masih sopan pada mertuanya.
“Untuk apa, apa dia mengambil sesuatu dari rumahmu. Asal kau tahu saja, kami memang tidak sekaya dirimu, tapi kami tidak pernah membentaknya. Kami membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Dan kau, siapa kau hingga berani bicara dengan nada tinggi pada anakku.” Dengan tegas Bayu membela anak kesayangannya.
“Maaf,” Dimas menunduk masih dengan sopan.
“Sudah-sudah, jangan bicara di depan pintu. Ayo Dimas, silahkan masuk. Tante akan memanggil Kasih.”
Di dalam kamar, Kasih sedang santai dengan kaos dan celana kesayangannya sambil menonton drama favoritenya. Dia langsung bakit dari berbaringnya saat mendengar Dimas datang mencarinya.
“Yang benar, Bu?” tanya Kasih tidak percaya.
“Iya, cepat ganti baju kamu dan temui suami kamu.” Wajah Kasih berubah kecut mendengar Ibunya menyebut kata suami.
Kasih mengganti bajunya dengan yang lebih pantas lalu keluar menemui Dimas. Saat Kasih sudah berada di ruang tamu, Darna menarik tangan suaminya yang tidak mau meninggalkan Kasih berdua saja dengan Dimas.
“Ada apa?” ujar Kasih ketus.
Dimas menghela nafas sebelum dia mulai bicara.
“Aku tahu aku salah, maafkan aku.” Dimas tidak tahu bagaimana caranya merangkai kata hingga dia langsung mengatakan maaf tanpa basa basi terlebih dahulu.
Tapi Kasih merasa kalau maaf yang Dimas ucapkan itu bukan terdengar dari hatinya dan tidak ada tulusnya sama sekali. Tapi apa yang membuatnya hingga datang ke rumah Kasih dan meminta maaf. Tidak mungkin dia mau merendahkan ego nya yang setinggi langit itu dan datang mengakui kalau dia memang salah kalau tidak ada sesuatu yang terjadi.
“Kak Dimas jujur saja ada apa, aku tahu Kak Dimas hanya terpaksa datang ke rumahku dan minta maaf.” Kasih tentu tidak menerima maaf yang tidak tulus seperti itu.
“Aurel sakit, dia tidak mau makan sejak kamu pergi. Tolong pulanglah, Aurel membutukan kamu.” Kali ini suara Dimas seperti sedang memohon pada Kasih. Wanita itu sedikit goyah. Sebenarnya bukan hanya Dimas yang mempunyai ego setinggi langit, Kasih pun demikian. Dia tidak mau merendahkan sedikit egonya dan mempertahankan rumah tangganya yang baru seumur jagung. Padahal sebelum menikah dia sudah tahu kalau Dimas memang tidak akan bisa menerima kehadiran dirinya sebagai seorang istri di dalam hatinya.
Tapi kembali lagi, meski goyah mendengar Aurel sakit, Kasih masih memasang egonya.
“Oh, jadi karena Aurel sakit makanya Kak Dimas mau aku kembali. Hanya karena itu saja,” Kasih berdiri. “Maaf, aku sudah tidak mau menjadi baby sitter untuk Aurel. Kak Dimas cari saja orang lain. Dan juga, besok aku akan mendaftarkan perceraian kita di pengadilan.” Dimas sedikit terkejut di buat ucapan Kasih. Sungguh tidak menyangka kalau istrinya itu tidak terpengaruh dengan Aurel.
Dimas ikut berdiri, wajahnya yang tadi ramah kembali ke setelan awalnya.
“Sejak awal harusnya aku memang tidak membiarkan kamu menjadi teman Aurel. Harusnya pernikahan bodoh ini memang tidak pernah terjadi.”
“Apa, pernikahan bodoh… Kamu pikir….” Kasih tidak sempat lagi melanjutkan ucapannya karena Dimas sudah pergi. Kasih mengejar laki-laki itu hingga ke depan pintu.
“Iya, aku juga menyesal menikah sama kamu. Dasar manusia batu.” Teriak Kasih yang masih di dengar dengan jelas oleh Dimas. Tapi laki-laki itu tidak memperdulikannya dan masuk ke dalam mobil.
Darna dan Bayu yang mendengar anaknya berteriak langsung keluar kamar.
“Ada apa, Kasih. Dimas mana?” tanya Darna mencari Dimas.
“Bu, kalau manusia es yang menjengkelkan dan menyebalkan itu datang lagi, Ibu usir saja. Jangan panggil Kasih, Kasih tidak mau lihat mukanya lagi.” Seru Kasih lalu masuk ke kamarnya.
Kasih mengomel terus sendirian di dalam kamarnya, dia mengutuk dan mencaci maki Dimas dengan segenap kebencian yang ada di dalam dirinya.
Sementara Dimas pun mengomel di dalam mobil, dia kesal setengah mati karena Kasih menolak kembali bersamanya, dan kata-kata Kasih juga sangat keterlaluan menurutnya, bahkan istrinya itu sampai menyebut kata cerai.
Tidak pernah Harlan melihat Dimas sekesal itu pada seseorang sampai terus mengomel sepanjang jalan mereka menuju rumah. Biasanya Dimas hanya mengeluarkan perintah untuk memberi pelajaran pada orang yang membuatnya kesal dan setelah itu suara Dimas tidak terdengar lagi.
“Urus surat cerai ku, dan pastikan dia tidak mendapatkan apapun sebagai ganti rugi.” Ujar Dimas sebelum keluar dari mobil.
Sementara itu Muli sudah menunggu Dimas sejak tadi, dia langsung keluar begitu mendengar suara mobil berhenti di depan pintu.
“Kasih mana?” tanya Muli saat saat melihat Dimas turun dari mobil seorang diri sementara Harlan langsung kembali melajukan mobilnya.
“Jangan tanyakan dia lagi, Bu.” Ujar Dimas masih dengan nada kesalnya yang dia bawa dari rumah Kasih. Muli pun langsung menghubungi Darna untuk menanyakan apa yang terjadi.
Sementara Dimas masuk ke kamar Aurel. Gadis itu semakin kurus karena belum mau makan dengan baik. Dia hanya makan beberapa sendok saja, itupun setelah Dimas berjanji akan menjemput Kasih.
Aurel membuka matanya mendengar seseorang masuk ke dalam kamarnya. Mata yang tadi sempat Dimas lihat sedikit berbinar tiba-tiba kembali redup saat melihatnya. Mungkin Aurel berharap yang masuk ke kamarnya adalah Kasih, tapi Aurel harus kembali kecewa ketika yang masuk ke kamarnya adalah Papanya.
“Sayang, apa kamu sudah merasa lebih baik?”
“Tante Kasih mana?” tanya gadis itu masih berharap Dimas berhasil membawa Kasih kembali.
“Sayang, dengarkan Papa.” Dimas duduk di pinggir tempat tidur di samping Aurel.
“Tante Kasih tidak akan kembali lagi ke rumah ini, sayang. Dia…”
“Kejutan…” Dimas dan Aurel terkejut begitu melihat Kasih sudah ada di depan pintu kamar Aurel.
“Kamu…?” Dimas berdiri dan menatap Kasih. Kasih meliriknya dan menyambar bahunya dan naik ke tempat tidur Aurel.
“Sayang, maafkan Tante. Tante janji tidak akan meninggalkan kamu lagi.” Uajr Kasih memeluk Aurel.
Aurel melepaskan tangan Kasih dan langsung berbaring menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
“Kamu marah sama Tante? Kalau begitu Tante pergi lagi aja.” Kasih baru akan turun dari tempat tidur, Aurel langsung memegang tangannya. Kasih tersenyum dan memeluk gadis itu.
“Kamu baru Tante tinggal dua hari sudah kurus begini sih.” Kasih melirik Dimas dan menatapnya dengan tajam. Laki-laki itu menghela nafas lalu meninggalkan kamar Aurel.
Dengan telaten Kasih menyuapi Aurel, gadis itu akhirnya mau menghabiskan sepiring makanannya. Setelah Aurel minum obat dan tidur Kasih lalu meninggalkan kamarnya.
jgn tunggu diancam...
jgn serakah atau monika akan menyesal seumur hidupnya....