Darra Smith adalah seorang anak yatim piatu yang menikah muda dengan suaminya Raynard Walt. Di tahun kedua pernikahannya, semuanya berubah. Mertua dan kakak iparnya kerap ikut campur dengan rumah tangganya. Di tambah perusahaan yang dibangun suaminya mengalami masalah keuangan dan terancam bangkrut. Situasi kacau tersebut membuat Raynard selalu melampiaskan kemarahannya kepada Darra. Ditambah lagi Darra tak kunjung hamil membuat Raynard murka dan menganggap Darra adalah pembawa sial.
"Aku sudah tidak sanggup hidup denganmu, Darra. Aku ingin bercerai!"
Kalimat itu seperti suara gelegar petir menghantam Darra.
Setelah kejadian pertengkaran hebat itu, kehidupan Darra berubah. Bagaimana kisah selanjutnya
ikuti terus ya....
Happy Reading 😊😊😊
Update hanya hari senin sampai jumat 😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ani.hendra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENGAKHIRI DAN MELUPAKAN
💌 POSESIF SETELAH BERCERAI 💌
🍀 HAPPY READING 🍀
.
.
Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat. Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari dan begitu juga hari berganti minggu. Sidang perceraian yang ditunggu-tunggunya akhirnya tiba juga. Pernikahan yang baru berusia dua tahun harus berakhir dengan perceraian. Perceraian ini baginya ibarat menggigil pada malam yang gerah dan panas. Dan juga, seolah-olah ada suatu tekanan hebat yang mengimpit tubuhnya dan menyesakkan dada. Ia seperti sebuah bola yang tersudut ke berbagai arah. Bukan karena mengingkari janji suci di hadapan Tuhan dan sesama, tapi lebih kepada kekuatan hati yang semakin menipis.
Darra mengambil foto hasil USG yang ditaruhnya di atas meja. Cukup lama ia melihatnya. Bibirnya tersungging dengan seulas senyum penuh kesedihan. Meraba foto itu dengan sangat perlahan dan penuh cinta. Hanya foto inilah yang bisa mengobati hatinya. Setiap kali melihat foto itu ia selalu berharap, ada kebahagiaan yang menantinya di hari esok.
"Kita harus sehat ya nak?" Darra berbicara pada foto sambil membelai bagian perutnya dengan lembut.
Darra menjatuhkan kakinya di lantai. Berjalan melangkah ke arah jendela kamarnya. Ia menghembuskan napasnya lewat mulut. Mencoba menenangkan diri. Sekarang Ia harus menerima semua ini. Darra harus melepaskan statusnya sebagai istri Raynard. Yang ternyata benar-benar menghadirkan perih dan menyesakkan dada. Melawan segala pikiran yang perlahan terus menerus melemahkannya.
Darra mengangkat wajahnya. Menatap gulungan awan putih yang indah di sana. Darra menarik napas dalam-dalam. Ia pasrah terhadap kelanjutan liku hidupnya yang entah bagaimana. Ia pasrah terhadap takdir Tuhan yang telah tertulis untuknya. Ia pasrah dan berserah kepada sang pencipta. Ya! Memang seharusnya begitu. Manusia tidak dapat hidup tanpa Tuhan. Tuhanlah yang maha mengatur, menentukan nasib, dan jalan takdir.
Suara handphonenya tiba-tiba berdering, sekilas ia menoleh ke belakang. Lalu berjalan dan melihat panggilan masuk, ternyata itu dari sahabatnya. Sudah empat hari Kayla berada diluar kota karena urusan pekerjaan.
"Selamat pagi, Darra?" Kayla menyapa dari seberang.
"Selamat pagi juga Kayla." Jawab Darra tersenyum.
"Bagaimana, sudah siap mengikuti persidangan siang ini? "
"Hmmm. Aku sudah siap Kayla."
"Dari tadi aku tidak tenang Darra, aku gelisah."
"Kenapa?"
"Aku takut keluarga siluman itu melukaimu."
"Cih....kau berlebihan. Tidak mungkin mereka melukaiku."
"Ray belum tahu kan kamu mengandung?"
"Hmmm. Aku tidak ingin dia mengetahui kehamilanku."
Kayla mengembuskan napas panjang. "Maaf Darra, aku tidak bisa menemanimu."
"Gak apa-apa Kayla. Aku bisa sendiri kok."
"Bagaimana kalau Carlos menemanimu ke pengadilan?"
"Jangan, pagi ini Carlos ada rapat. Aku tidak mau merepotkannya."
"Bagaimana kalau mommy?"
Darra tersenyum. "Jangan menyusahkan aunty. Aku bisa sendiri kok."
"Baiklah, jika ada apa-apa hubungi aku. Besok aku sudah pulang."
"Oke, selamat bekerja Kayla."
"Baiklah, aku tutup ya.."
TUT TUT TUT
Panggilan terputus, Darra tersenyum seakan mendapat kekuatan baru. Sekarang ia lebih bersemangat lagi. Perjalanan hidupnya semua ia serahkan kepada yang maha kuasa.
"Semangat Darra, tiada yang mustahil bagi-Nya."
⭐⭐⭐⭐⭐
SIDANG PERCERAIAN DI MULAI.
"Silakan saudara penggugat dan tergugat duduk di sebelah kuasa hukum masing-masing."
Sesuai instruksi hakim, Darra dan Ray duduk di tempat kursi masing-masing. Mereka tak saling menatap atau bertegur sapa. Darra membuang muka menghindari sekecil apapun kontak mata dengan Ray. Ia hanya terus berdoa, agar ia kuat dan tidak mual di depan Ray.
"Baiklah, sesuai dengan PERMA no.1 tahun 2008, majelis hakim tetap memberi kesempatan kepada saudara penggugat dan tergugat, untuk menyelesaikan masalah rumah tangga ini dengan cara proses mediasi. Bagaimana saudara penggugat. Apakah saudara mau mempertimbangkannya lagi?"
"Tidak yang mulia. Tidak perlu ada mediasi, wanita itu tidak bisa memberikan kebahagiaan buat anakku. Ketuk palu saja, semua selesai." Suara Floren terdengar menjawab di ruang sidang.
Darra mengepalkan tangannya dengan erat. Hatinya terbakar saat Floren bersuara di sana.
"Bagimana saudara penggugat?" Tanya pak hakim kembali.
Darra menggeleng tegas. "Tidak, yang mulia. Upaya damai tidak pernah ada hasilnya. Semua selalu berakhir dengan pertengkaran. Saya sudah capek. Saya tidak sanggup hidup dalam rumah tangga yang seperti ini, bertengkar tidak ada habisnya. Bukan itu tujuan saya menikah."
Ray menggeram dan jengah melihat sikap dingin Darra. "Cih.... Kau wanita tidak tahu diri."
"Kau tahu apa yang aku lalui di rumah itu, tapi kau tutup mata. Jelas-jelas ibu dan kakakmu memperlakukan aku tidak baik, tapi...."
"Jangan bawa mommy dan Shanty dalam masalah ini." Potong Ray dengan lantang.
"Tentu saja aku membawa mereka, karena merekalah yang membuat pernikahan kita menjadi seperti ini."
Emosi Shanty tersulut. "Berani-beraninya kau menyalahkan kami....Dasar wanita miskin, harusnya kau bersyukur bisa menikmati hidup mewah selama dua tahun."
Hakim ketua mengetuk palunya, memberi peringatan kepada Darra dan keluarga Ray agak tetap tenang.
"Tenang....diharap tenang!"
Mata Floren dan Shanty melotot dari tadi. Emosinya benar-benar tidak baik. Kenapa juga pak hakim harus membuat mediasi. Mereka menggeram kesal.
"Pak hakim, saya benar-benar sudah mantap ingin mengakhiri pernikahan ini. Dia sudah selingkuh dan perbuatan itu tidak pantas untuk dimaafkan." Lanjut Darra.
"Kau tidak perlu mengatakan itu," Ancam Ray tidak terima saat Darra membicarakan masalah perselingkuhannya.
"Berani-beraninya kau menuduh Ray selingkuh. Pak hakim anak saya tidak selingkuh, dia yang selingkuh dan pergi meninggalkan rumah." Teriak Floren dengan suara lantang.
Darra spontan mengigit bibirnya saat mendengar perkataan ibu Ray. Padahal Darra sudah wanti-wanti, sebelum masuk ruang tadi, untuk kontrol emosi. Memang sejak tadi perjalanan sidang berjalan alot. Kedua belah pihak saling mencari kebenaran dan tidak mau disalahkan.
"Apakah aku harus bongkar di sini?"
"Silakan!" Wajah Ray menantang.
Darra menahan geram. Matanya sudah memancarkan kemarahan. Seharusnya sidang perceraian ini berjalan lancar sesuai yang ia harapkan. Namun, kenyataan Ray seperti mengulur waktu dan membuat semuanya bertambah rumit. Darra mengira Ray koperatif, tapi dugaannya salah.
"Kau selalu mencari-cari kesalahanku. Kau mengatakan aku mandul dan pembawa sial. Sekarang mari kita akhiri baik-baik. Bukankah kau tidak pernah bahagia?"
"Harap tenang!" Pak hakim memberi peringatan sambil mengetuk palu beberapa kali. Karena perdebatan yang tidak ada ujungnya, akhirnya pak hakim memilih istirahat. "Oke, sidang kita tunda setengah jam."
Saat mendengar itu, Darra mengembuskan napas lelah. Punggungnya merosot di kursi. Sejak tadi perasannya tidak enak saat mencium aroma parfum Ray. Keringat dingin mulai membasahi dahi dan pelipisnya. Droplet-dorplet keringat itu terlihat jelas. Darra mencoba menarik napas dalam-dalam. Berharap ia tidak sampai berlari ke toilet. Ray tidak boleh tahu soal kehamilannya. Sementara Ray dan keluarganya sudah keluar dari ruang persidangan.
Darra menutup mata, mencoba menenangkan diri. Menjalani proses sidang perceraian ternyata bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Ternyata banyak tahapan yang harus dilalui. Darra menatap langit-langit di ruang sidang. Seakan memberinya harapan bahwa dunia ini luas. Perceraiannya dengan Ray, bukanlah perkara mudah.
Sidang kembali lanjut. Setelah mendengar penjelasan dari Darra dan Ray. Para hakim pun memutuskan. Ketukan palu sang hakim mencapai final. Surat perceraian akhirnya dibacakan. Ketukan palu menggema di gendang telinganya. Menandakan bahwa Darra dan Ray, resmi bercerai hari ini. Dengan langkah gontai, Darra keluar dari ruang persidangan. Menghirup napas bebas, sebebas-bebasnya. Ya, mengakhiri dan melupakan adalah awal baru dari hidupnya. Sementara Ray sudah pergi lebih dulu meninggalkan pengadilan.
BERSAMBUNG.....
^_^
Tolong dukung ya my readers tersayang. Ini Novel ke sepuluh aku 😍
Salam sehat selalu, dari author yang cantik buat my readers yang paling cantik.
^_^
jangan Senin 🤪🤪🤪🤪🤪🤪
/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/