Menikahi laki laki kaya raya, ceo dan sangat tampan berkharisma bukanlah impian Retana Utami, seorang dokter internship.
Davendra Arkatama anma laki laki itu. Dia merasa dikhianati setelah melihat perempuan yang dua minggu dia nikahi, tidur dengan laki laki lain.
Lima tahun kemudian mereka bertemu. Davendra yang sudah punya calon pendampung tidak tau kalo ada anak diantara mereka
semoga suka ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih Marah
"Tuan muda, anda sedang viral," komentar Harya menahan senyum melihat foto polos tuan mudanya yang beredar di medsos. Salah satu temannya yang mengirimkan berita berita menghebohkan itu padanya
Si-alan! maki Davendra dalam hati. Untungnya senjatanya sudah ditutupi saat melihat foto yang sudah ditunjukkan itu.
Tetap saja Davendra merasa terhina.
Untungnya dia bukan artis. Dasar wanita ja lang si-alan! Umpatnya lagi membatin.
Dia sama sekali ngga ingat kapan pernah berte la nja ng seperti itu.
Ternyata Kemala memang sudah berniat menipunya dari awal. Hatinya benar benar marah.
"Hapus. Kirimkan malware yang masih memilikinya."
'Siap, tuan muda."
Sepertinya keluarganya juga sudah berusaha terus menerus ngga berhenti menghapusnya.
Tapi masih ada yang lolos. Mungkin kalo sudah disusupi malware, kasus penyebaran foto ini akan cepat selesai, begitu pikir Davendra.
Hanya terdengar bunyi ketikan papan ketik laptop. Harya yang sedang mengutak atik proses penghentikan penyebaran foto itu.
"Menurutmu apa yang aku lakukan sudah benar?" tanya Davendra pada pengawal tepercayanya, Harya, setengah jam kemudian.
Hanya Harya yang dia ajak ikut bersamanya.
Saat ini mereka berada di parkiran sebuah hotel mewah di LA.
Wajah Davendra tampak tak terawat. Cambang tipis ada di pipi dan dagunya. Dia duduk menyandar di kap depan mobilnya sambil menatap.langit langit basemen.
Harya berdiri tegak di sebelahnya. Laptop sudah dia simpan karena pekerjaannya telah selesai.
Beberapa hari ini Davendra dan Harya sengaja bersembunyi di dalam hotel dengan identitas palsu. Ngga sulit baginya untuk melakukannya.
Dia pun sengaja ngga membawa ponselnya, karena kini sudah memiliki ponsel baru. Davendra ngga ingin terlacak keberadaannya.
Anehnya perasaan bencinya pada Retania timbul tenggelam dengan perasaan rindunya.
Jantungnya kadang seakan diremas mengingat perbuatan tercela istrinya. Tapi juga ada desakan rindu jika mengingat wajah malu malunya Retania.
Ingat malam malam.yang sudah mereka habiskan berdua.
Apa dia juga melakukannya dengan laki laki bang-sar itu?
Davendra menarik nafas dan menghembuskannya berkali kali untuk membuang sisa kemarahannya.
Harya masih diam, ngga tau harus menjawab apa.
"Harya, aku nanya loh. Mau aku pecat!"
Harya tersentak melihat wajah horor bosnya.
"Sa saya rasa tuan terlalu terburu buru," jawabnya spontan.
Alis Davendra terangkat ke atas.
"Menurutmu aku salah?!" semprotnya.
"Bu bukan begitu tuan muda," sahutnya bingung.
Tadi nanya, sekarang malah ngamuk, batinnya kesal.
"Aku dengar suara hatimu," ketus Davendra lagi.
"Maaf, tuan muda," ucapnya cepat.
Davendra menghembuskan nafas panjang.
"Katakan saja yang ada dalam pikiranmu."
"Tapi tuan muda jangan marah."
"Hemm...."
Harya menghirup nafas sedalam dalamnya, sebelum bernafas nanti dilarang bosnya.
"Harusnya tuan muda minta saya untuk menyelidiki dulu sebelum....." Harya ngga melanjutkan karena takut disemprot bosnya yang lagi galau.
"Lanjutkan!"
"Emm.... sebelum kata cerai."
Davendra terdiam. Setelah mengucapkan kata sakral itu, hatinya diliputi rasa penyesalan. Dia pun menghembuskan nafasnya secara perlahan.
"Saya ngga yakin nyonya muda melakukannya dalam keadaan tidak sadar," tentangnya berani.
Beberapa kali bertemu dokter Retania, dia yakin kalo incaran tuan mudanya itu hatinya tulus dan tidak mudah akrab dengan laki laki.
Dokter Retania sejuta lebih baik dari Kemala, mantan si bosnya, menurut pemikiran Harya.
"Ya, sadarlah. Kemudian mereka tertidur setelah kecapean," geram Davendra membantah. Kemarahannya memuncak lagi.
"Tuan muda terlalu emosi," kilah Harya berani.
"Huh. Memangnya kamu bisa berpikir jernih kalo melihat istrimu tidur dengan laki laki lain?" geram Davendra.
Harya terdiam mendengar suara penuh emosi dan rasa sakit itu.
Ya, mungkin dia juga akan begitu. Tapi untik kasus tuan mudanya, dia tetap merasa ada yang janggal.
"Kalo seandainya nona muda dijebak tuan muda.....?" tanyanya ragu.
"Menurutmu siapa yang menjebaknya?" Davendra masih belum bisa berpikir jernih. Kemarahan terlalu menggerogoti otaknya.
"Seandainya tuan muda...." Padahal dalam hatinya Harya mencurigai mami bosnya.
Davendra tertegun.
Seandainya....... Jika.memang begitu, dia akan merasa amat sangat bersalah.
Tapi kemudian Davendra menggelengkan kepalanya.
Keduanya memang mencurigakan. Bisa aja keduanya saat itu sedang mencuri curi kesempatan. Tapi kebablasan.
Berpikir ke arah sana lagi membuat hatinya panas.
Sesaat kemudoan keduanya saling pandang saat mendengar suara perkelahian dan teriakan teriakan perempuan.
"Ada perampokan?" tanya Davendra saat bersitatap dengan Harya.
"Mungkin tuan muda."
Kemudian tanpa suara keduanya berjalan mendekat hati hati.
Seorang wanita tua sebaya omanya yang sepertinya senegara dengan mereka sedang menjerit ketakutan. Sementara itu beberapa laki laki yang melindunginya kelihatan kepayahan karena dikeroyok banyak orang.
"Kita bantu." Adrenalin Davendra meningkat. Dia butuh melampiaskan kemarahan di dalam rongga dadanya.
"Saya saja tuan muda."
Davendra ngga mempedulikan larangan pengawalnya. Dia langsung terjun dan menghajar orang oang itu.
Bodoh amat siapa yang salah, batinnya terus memukul dam menendamg.
Harya menggelengkan kepala melihat kekeraskepalaan tuan mudanya. Dia pun masuk ke pertempuran dan tugasnya melindungi tuan mudanya agar ngga terkena pukulan dan tendangan lawan.
BUGH BUGH BUGH
"Aaaarrggghhhh!"
Bunyi kerasnya pukulan dan tendangan berbarengan dengan suara jerit kesakitan.
Ngga butuh waktu lama Davendra dan Harya berhasil melumpuhkan mereka. Dua mobil SUV datang dan menurunkan lebih banyak orang berseragam pengawal. Sepertinya bermaksud menolong wanita tua itu.
Davendra dan Harya ngga jadi menghajar orang orang yang baru datang. Dan memang kumpulan orang orang yang baru datang itu berada di pihak mereka.
Semuanya ditangkap. Ngga ada satu pun yang dibiarkan lolos.
"Ibu ngga apa apa?" tanya laki laki paruh baya keluar yang terburu buru keluar dari salah satu mobil.
Wanita tua yang dipanggil laki laki paruh baya itu langsung mengeplak berulang kali laki laki itu.
"Keterlaluan! Pengawalmu ngga becus!"
"Ampun, Bu," serunya sambil melindungi kepalanya yang masih dipukul ibunya berkali kali.
"Tapi ibu ngga apa apa, kan?" wajahnya tampak khawatir.
"Untung ada dua laki laki muda ini. Angkat keduanya jadi pengawalku!"
"Eh...." Davendra dan Harya saling tatap mendengar perintah wanita tua itu.
Terutama Harya.
Masa tuan mudanya jadi pengawal.
Laki laki paruh baya itu menatap ke arah Davendra dan Harya.
"Kalian mau, ya, menerima permintaan ibu saya," mohon laki laki paruh baya itu penuh harap.
"Tu ..." Harya bermaksud protes, tapi kalimatnya langsung dipotong Davendra.
"Oke, kami terima," sahut Davendra membuat laki laki paruh baya itu tersenyum lega.
Mata Harya melotot.
Tuan muda, apa apaan ini, protesnya dalam hati.
Davendra memberi isyarat agar Harya tetap tenang.
"Saya Totok Sugiono. Ini Ibu saya Oma Omara," ucapnya sambil mengulurkan tangannya.
Davendra menyambutnya.
"Saya Arka, ini teman saya Tama."
Eh, batin Harya lagi.
Bukannya itu nama belakang tuan mudanya...?
Om Ocong vs Mbak Kunti ngasih iklan
mana Devan blom minta maaf dg benar sekarang dtng lagi ulat bulu...
padahal Lingga dan keluarga menerima Reta
Reta dan Alma hrs hati2 mama Deva itu jahat
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
dasar nenek lampir /Angry//Angry//Angry/
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan