Putri Kirana
Terbiasa hidup dalam kesederhanaan dan menjadi tulang punggung keluarga, membuatnya menjadi sosok gadis yang mandiri dan dewasa. Tak ada waktu untuk cinta. Ia harus fokus membantu ibu. Ada tiga adiknya yang masih sekolah dan butuh perhatiannya.
"Put, aku gak bisa menunggumu tanpa kepastian." Satu persatu pria yang menyukainya menyerah karena Puput tidak jua membuka hati. Hingga hadirnya sosok pria yang perlahan merubah hari dan suasana hati. Kesal, benci, sebal, dan entah rasa apa lagi yang hinggap.
Rama Adyatama
Ia gamang untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan mengingat sikap tunangannya yang manja dan childish. Sangat jauh dari kriteria calon istri yang didambakannya. Menjadi mantap untuk mengakhiri hubungan usai bertemu gadis cuek yang membuat hati dan pikirannya terpaut. Dan ia akan berjuang untuk menyentuh hati gadis itu.
Kala Cinta Menggoda
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1. Anak Sulung
Goncangan kasar di bahu terasa. Bukan sekali tapi berkali-kali di tambah suara-suara ribut memanggilnya. Mata yang masih lengket ingin tetap terpejam dipaksa dibuka dan memicing.
"Ntar...masih ngantuk." Puput menjawab dengan suara berat.
"Teteh...Teteh harus bangun dah subuh." Lagi, suara sang adik diiringi guncangan di bahu kembali terulang. Kali ini diiringi gelitikan di pinggang.
Putri Kirana, yang akrab disapa Puput, mengerutkan badan karena geli. Dengan malas menggeliat, mengucek kedua mata diiringi menguap panjang. Perlahan bangun terduduk mengumpulkan separuh nyawa yang masih berserakan. Ah, rasanya pengen tetap bergelung di balik selimut dan bangung saat langit sudah terang. Bagi anak sulung dari 4 bersaudara itu, sungguh berat godaan waktu Subuh di setiap akhir pekan.
Keningnya mengkerut begitu mata terbuka lebar, menyaksikan orang-orang berkumpul di kamarnya yang berukuran 3x3 meter itu. Ada Ibu dan ketiga adiknya. Semuanya nampak berwajah sumringah. Baru juga membuka mulut bersiap untuk bertanya, Aulia sang adik nomer satu mengangkat balon hijau ke udara dan menusuknya.
Dorrr.
Serpihan kertas metalik berhamburan mengenai rambut Puput. Belum usai rasa kaget karena meletus balon hijau, sebuah kue tart kini tersaji di depan mata. Zaky, sang adik nomer dua memegang kue tart itu. Lilin angka 25 dinyalakan oleh Rahmi, si adik bungsu.
"Teteh...selamat ulang tahun---" Kompak ketiga adiknya bersuara. Berebut mencium tangan sang kakak dan memeluknya.
Puput menutup muka. Sungguh surprise yang membuatnya terharu. Ia bahkan lupa dengan tanggal hari ini. Yang ia ingat adalah hari ini weekend dan ingin tidur lagi setelah shalat subuh nanti. Seminggu ini ia mengambil lemburan karena butuh tambahan uang untuk biaya pendaftaran adik bungsunya masuk SMP sebentar lagi.
"Aahhh....terhura eh terharu deh." Puput menyeka sudut matanya yang berair. Sekalian menyusut belek yang teraba oleh jarinya.
"Ayo Teh, tiup lilinnya tapi harus berdoa dulu ya!" Aulia mengingatkan dengan antusias.
Puput merapihkan rambut panjangnya yang berantakan dengan sisir jari. Duduk sila dengan badan tegak dan memejamkan mata.
"Teh, dahdirna susut heula ih...geuleuh ( ilerna susut dulu ih...jijik). " Ucap Rahmi yang membuat seisi kamar tergelak. Kecuali Puput yang memberengut sembari mendelikkan mata. Haru yang memenuhi dada berubah menjadi rasa sebal dengan keisengan si bungsu. Tak urung menyeka kedua sudut bibir sampai tengah pipi dengan ujung baju. Memang terasa ada yang kaku sih.
Ya Allah, terima kasih atas nikmat umur panjang hingga masih bisa menghirup udara pagi ini. Harapan ingin menikah di usia 25 harus tertunda. Tak apa, Ya Allah. Aku ikhlas. Aku percaya Engkau akan memberikan jodoh terbaik di waktu yang tepat.
Do'a yang kupinta, berilah ibuku kesehatan dan umur panjang. Lindungi dan mudahkan setiap langkahku dalam mencari rejeki. Agar ketiga adikku bisa bersekolah sampai tinggi. Aamiin.
Puput berdo'a begitu khusyu dengan mata terpejam. Ia mengusap muka mengakhiri do'anya penuh pengharapan terkabul. Lilin dengan angka 25 ditiupnya dengan semangat.
Sorakan adik-adiknya membuat senyumnya terkembang lebar. Puput bukan gadis cengeng. Almarhum Ayah mengajarkan ilmu beladiri pencak silat. Menggembleng dengan kedisiplinan sejak usia SD. Dan terasanya sekarang setelah kepergian Ayah untuk selama-lamanya tiga tahun yang lalu. Menjadikannya anak sulung yang tegar dan dewasa. Setegar sang Ibu yang paling merasa kehilangan separuh jiwa.
"Do'a Ibu mah semoga teteh sehat, panjang umur, dan segera dapat jodoh laki-laki yang baik dan bertanggung jawab." Ibu yang paling akhir memberi ucapan. Ia peluk anak gadisnya yang paling besar itu penuh sayang dan menciumi kedua pipinya.
Aku aminkan do'a ibu. Kecuali yang terakhir. Jodohnya slow aja ya Allah.
Puput balas memeluk ibu tanpa kata. Cukup dekapan erat mewakili perasaan jika ia sangat sayang sama sang ibu. Sosok wanita lembut dan kuat, yang tak mengeluh mengurus sendiri empat orang anak. Yang tak mengeluhkan ekonomi yang merosot sejak sang kepala keluarga kembali ke yang Maha Kuasa.
"Sudah jam 5. Shalat dulu gih---" Ibu mengusap rambut Puput usai mengurai pelukan.
"Buruan Teteh...nanti potong kue!" Ujar Zaky yang dari tadi masih menyimpan kue di pangkuannya.
"Ini kado dari aku." Aulia mencolek butter cream kue ulang tahun. Mengoleskannya pada pipi sang kakak. Lalu berlari ke luar kamar sembari cekikikan. Tak disangka si bungsu Rahmi ikut-ikutan mengoleskan butter cream ke kening dan hidung. Lalu lari terbirit-birit menyusul Aulia meninggalkan kamar.
"IBUUUUU-----" Puput hanya bisa berteriak kencang melampiaskan kejengkelannya pada keusilan adiknya.
...***...
Keinginannya berleha-leha tidur setelah shalat subuh, tidak terwujud. Ibu sudah menyiapkan masakan lezat untuk dimakan bersama sebagai bentuk syukuran sang anak sulung bertambah usia. Ibu yang awalnya fokus menjadi ibu rumah tangga, sepeninggal Bapak memutuskan untuk bekerja. Kepandaian Ibu memasak, membuatnya memutuskan untuk berjualan lauk pauk. Ada orang yang akan mengambilnya setiap jam 7 pagi untuk diedarkan keliling. Bermodal uang tunjangan dari perusahaan swasta tempat Bapak bekerja, Ibu memulai usaha rumahan, berupa aneka masakan dan kue.
"Assalamu'alaikum....Bu Sekar." Ketukan diiringi teriakan memanggil nama Ibu terdengar sampai ke meja makan. Ia adalah pedagang yang akan menjajakan masakan buatan Ibu.
"Bukain pintu dek, ada Ceu Nining." Usai menjawab salam, Ibu menyuruh Rahmi. Dua keranjang dagangan sudah disiapkan untuk dibawa. Ada aneka tumis dan sayur sop dalam kemasan plastik. Ditambah ada pepes ayam dan pepes ikan nila.
"Wah...lagi pada sarapan ya." Ceu Nining yang sudah akrab dengan keluarga Ibu Sekar nyelonong masuk tanpa sungkan. Langsung menuju dua keranjang dagangan yang berada di sudut tembok ruang keluarga.
"Ning, sini gabung sarapan dulu! Puput lagi ultah jadi Ibu masak spesial." Ibu melambaikan tangan dari meja makan. Ruang makan dan ruang keluarga menyatu dalam satu ruangan berukuran 4x5 meter tanpa sekat. Dengan televisi LED berukuran 32 inc terpajang di buffet tv. Dan karpet yang terhampar tanpa sofa. Sengaja agar leluasa dan multi fungsi. Bisa dipakai ruang kerja disaat disibukkan mengemas pesanan nasi kotak.
"Owalah...neng geulis ultah." Nining mendekat dengan wajah sumringah. "Eceu doa'in moga Neng Puput segera dapat jodoh yang ganteng dan sultan kayak Rafi Ahmad," sambungnya sembari menarik satu kursi yang masih kosong. Ikut bergabung mencicipi menu spesial minggu pagi ini.
Diaminkan oleh ketiga adik Puput. Ibu tersenyum mesem. Lain halnya Puput yang merespon dengan mengerucutkan bibir.
"Ah, makasih dah kenyang. Saya gak bisa santai lama-lama keburu ibu-ibu komplek bubar senam." Ceu Nining berpamitan pada semua orang dengan tergesa. Menjinjing dua keranjang dagangan menuju komplek perumahan yang berjarak 200 meter. Minggu pagi menjadi waktu yang pas menjajakan dagangan di komplek sembari menonton kegiatan senam pagi.
"Semoga dagangannya laris manis ya, Bu. Aamiin---" Si bungsu Rahmi mengusap wajah mengaminkan do'anya sendiri. Dan tentunya diaminkan juga oleh yang lainnya.
"Teteh mau nyuci baju, Aul nyuci piring, Zaky nyapu halaman sampe bersih, Rahmi nyapu ngepel dalam rumah." Puput seperti biasa mengingatkan tugas pekerjaan rumah pada ketiga adiknya.
"Jangan leha-leha. Jam 9 kita berangkat ke Padepokan," lanjut Puput sembari memotong-motong kue tart buatan sang ibu yang spesial dibuat untuknya.
"Ke Padepokan libur dulu ya teh....males." Pinta Aul yang berencana rebahan di rumah sembari menonton drama korea di laptopnya.
"Aku juga ada janji mau main ke rumah Bayu." Zaky menimpali.
Puput melipat kedua tangan di meja. Pandangan mengedar menatap ketiga adiknya diiringi helaan nafas panjang.
"Ingat pesan Ayah. Semua anak Ayah harus berlatih pencak silat. Bukan untuk disombongkan tapi untuk perlindungan diri dari tindak kejahatan orang lain. Ibu dan Teteh tidak bisa mengawasi kalian selama 24 jam. Maka kalian harus punya perlindungan diri."
Tak ada suara yang menyanggah ucapan Puput. Kalau sudah diingatkan tentang pesan Ayah, ketiga adiknya diam sembari menunduk.
"Dan kamu Zaky." Puput menatap adik laki-laki satu-satunya itu. "Kamu udah didaftarin masuk seleksi PORDA. Kesempatan jarang datang dua kali. Jangan disia-siakan!"
"Bener tuh A Zaky. Katanya pengen seperti Iko Uwais, tapi kok males latihan." Si bungsu Rahmi mengompori dengan mulut penuh mengunyah kue.
"Okay dah. Let's do sasapu----" Zaky lebih dulu beranjak ke luar rumah dengan semangat yang tersulut. Tugasnya menyapu halaman luas dengan sampah dedaunan kering. Yang berasal dari pohon mangga dan pohon jambu merah yang berdiri rimbun di halaman dan menjadi peneduh.
...***...
Assalamu'alaikum....
Selamat datang kepada fans lama dan fans baru di karya aku yang ke 5 ini. Semoga berkenan di hati 🤗
Jangan lupa absensi dulu dilanjut komentarnya. Apalagi sajen kembang dan kopi jangan sampe terlewat juga.
Mari kita mulai berpetualang di dunianya Puput alias Putri Kirana.