Vernatha Aira Lexandra atau yang di panggil Natha, dia terlahir kembali.
Di kehidupan sebelumnya, Natha tidak pernah menyangka bahwa adik perempuannya mengambil suaminya dan mengambil semua yang Natha miliki.
Lalu, suami dan adik perempuannya itu yang selalu Natha percayai, mengkhianatinya. Mereka berhubungan di belakang Natha. Mereka juga bekerjasama untuk merebut warisan orang tua Natha sejak lama.
Natha merasa hidupnya selama 27 tahun di permainkan. Di detik-detik sebelum Natha mati, ia di tuntun mereka ke dalam sebuah jurang curam. Suaminya yang selalu Natha cintai dengan tulus, adiknya yang selalu Natha utamakan dalam segala hal, membunuh Natha dengan mendorongnya jatuh sehingga Natha mati di tempat dengan tubuh hancur.
Di sanalah hidup Natha berakhir dengan menyedihkan.
Natha bersumpah untuk membalas dendam.
Saat kelahirannya kembali, Natha mengubah semua takdirnya. Hal paling utama adalah Natha memilih suami pilihan pertamanya yang akan di jodohkan dengannya. Hanya saja dia mengalami cacat dan vegetatif. Pria itu tidak pernah bangun di kehidupan pertama Natha.
Namun suatu hari..
"Apakah kamu yang merawatku?"
Natha menoleh dan melotot kaget melihatnya bangun.
_______
Note;
• Konflik berputar-putar.
• Anti pelakor (Paling cuma pengganggu).
• Terdapat unsur dewasa 18+
• Bagi yang menderita uwuphobia, harap menjauh dari cerita ini!
• Harap Follow author sebelum membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febbfbrynt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 24
Alice langsung memesan tiket pesawat untuk penerbangannya pulang. Hatinya sangat tidak sabar untuk bertemu putranya. Ia tidak ragu untuk pulang. Walaupun ia tahu, ia masih harus menjadi juri beberapa hari lagi. Namun, Alice tidak peduli.
Sekarang, yang Alice pikirkan adalah bertemu putranya!
Orang yang menelepon adalah ayahnya. Albert mengatakan tentang bangunnya Abyan. Tentu saja, itu merupakan kabar terbahagia bagi Alice.
Beberapa jam di pesawat, Alice sampai di bandara. Di tempat itu, sopir keluarganya terlihat menunggu. Selama perjalanan menuju rumah, senyuman wanita itu tidak luntur sedikitpun.
Sampai di rumah, Alice berlari ke arah kamar Abyan dengan sangat tergesa. Bahkan, ia melewati ayah dan putra bungsunya di ruang tamu.
Langkah Alice berhenti di pintu, ia melihat Abyan duduk di kursi roda. Pria itu tengah membaca sebuah buku dengan santai.
Putranya benar-benar terbangun. Hatinya tidak pernah tenang sejak Abyan kecelakaan. Moodnya selalu buruk. Melihatnya terduduk dan tidak terbaring lagi, mata Alice berkaca-kaca.
Mendengar gerakan di pintu kamarnya, Abyan menoleh. Mendapati mamahnya, ia tersenyum, "Selamat datang. Aku merindukanmu, Mah."
Alice langsung menghampiri dan memeluknya sambil terisak, "Kamu bangun, hiks.. mamah sangat mengkhawatirkanmu, Nak.. hiks, mamah sangat merindukanmu dari apapun.."
Abyan mengusap punggungnya lembut, "Aku tidak akan bangun tanpanya, Mah."
Alice melepaskan pelukannya, dia mengangkat kepalanya menatap Abyan bingung. Namun, air matanya masih mengalir di pipinya, "Tanpa siapa?"
Abyan tersenyum, "Tentu Natha, Mah. Dia yang merawatku sangat baik."
"Kamu.. tahu dia?" tanya Alice terkejut dan ragu.
"Tentu saja, Mah. Dia merawatku, membacakan buku bisnis untukku hampir setiap hari. Aku mendengar semuanya, Mah. Kenapa aku tidak mengenalnya?"
Alice tertegun. Ia mengingat Natha saat olimpiade, Alice melupakannya karena terburu-buru. Tidak menyangka, Abyan akan mengingat Natha.
"... Mamah bertemu dengannya di kompetisi olimpiade itu. Dia menang. Tapi, Mamah belum sempat bicara apapun," akunya seraya bergumam.
Abyan tersenyum bangga saat mendengar kata 'menang'. Ia tahu, Natha orang yang sangat pintar.
Tiba-tiba wajah Abyan berubah murung, "... Apakah mamah sama-sama membenci dia seperti adikku?"
Alice gelagapan. Dengan cepat menggeleng kuat, "Tidak. Mamah hanya belum bisa menerimanya, Abyan. Mamah juga merasa kecewa malam itu.."
Raut Abyan mendatar, suaranya sedikit dingin, "Mamah percaya dengan ucapan Briyan? Aku nemang sangat ingin bangun malam itu. Namun, belum bisa."
Alice panik. Ia menggenggam tangan putranya erat, "Maafkan Mamah, Nak. Mamah benar-benar tidak membencinya."
Abyan menghela nafas dan mengangguk.
Alice ikut lega. Terlintas sebuah pertanyaan di pikirannya, "Apakah kamu sudah menerima Natha?"
Abyan langsung tersenyum lebar, matanya yang hangat menatap ibunya, "Dengan semua pengorbanannya, kenapa aku tidak menerimanya?"
Alice mengangguk dengan rasa bersalah. Ia menyesal karena ia tidak ramah kepada menantu perempuannya.
***
Kejuaraan pertama kompetisi olimpiade di menangkan oleh Natha dan partnernya.
Natha pulang dengan membawa piala. Semua guru yang ikut dengannya tentu saja sangat bangga. Tidak sia-sia mereka mengajukan Natha sebagai perwakilan sekolah mereka.
Senyum mereka terus mengembang sampai turun dari pesawat dan menginjak kembali kota tempat kelahiran mereka.
Setelah berpamitan kepada guru-gurunya, Natha pulang dengan sopir keluarga Grissham yang sudah menunggu.
Natha bertukar sapa dengan sopirnya, lalu setelah ia masuk, mobil mulai berjalan santai.
Natha sedikit aneh dengan sopirnya yang sedari tadi tersenyum ke arahnya. Seakan ada sesuatu yang membahagiakan.
Tidak sampai di situ, saat Natha sampai di gerbang, satpam dan pembantu yang berpapasan dengannya sebelum masuk, terlihat tersenyum cerah ke arahnya. Biasanya mereka hanya tersenyum sopan atau terkadang cuek.
Saat Natha memasuki pintu, suasana yang sebelumnya sangat suram dan dingin menjadi nyaman dan hangat. Sangat aneh.
Natha mendengar orang mengobrol di dalam.
Melihat mereka adalah tuan di rumah ini, langkahnya berhenti.
"Selamat datang dan selamat atas apa yang sudah kamu raih, Natha," ucap Albert seraya tersenyum hangat dan bangga saat melihat Natha masuk.
Natha menoleh melihat Albert yang duduk santai di sofa bersama Alice di sofa sebelahnya.
Alice sama-sama tersenyum lembut ke arahnya. Sejak kapan ibu Abyan seramah itu kepadanya? Walaupun sedikit heran melihat wajah mereka, Natha tetap membalas dengan senyum sopan dan sedikit canggung.
Natha sedikit mengernyit. Ada yang aneh di sini? Sebelum berangkat mereka tidak seperti ini. Justru malah sebaliknya. Sekarang.. ada apa?
Natha terlihat linglung. Ia berdiri kaku tanpa bergerak.
Alice yang melihat itu, dengan antusias beranjak dan menghampirinya. Lalu, ia memegang kedua tangan Natha, "Aku mendengar kabar dari jurimu yang lain bahwa kamu yang memenangkan olimpiade itu. Kamu sangat pintar dan hebat!" pujinya semangat.
Tiba-tiba wajah Alice langsung murung. Ia berucap tulus, "Maaf, aku tidak bisa melihat dan menjadi jurimu sampai akhir, karena aku harus pulang hari itu."
Natha mengangguk mengerti. Sungguh, Ia tidak peduli sebenarnya.
"Tidak apa-apa," jawab Natha santai.
"Mamah," kata Alice sambil tersenyum hangat.
"Hmm?" sahut Natha tidak mengerti.
"Panggil aku mamah, Natha," pinta Alice lembut.
Walaupun sangat bingung, Natha tetap mengangguk dengan kaku.
Alice langsung memeluknya, "Terima kasih, Natha. Kamu sudah merawat putraku dengan baik. Aku tidak tahu bagaimana cara membalasnya."
Terdengar isakan Alice. Natha menegang mendapat pelukan tiba-tiba dari ibu mertuanya.
Saat mendengar apa yang Alice ucapkan, memang terdengar sangat tulus. Natha membalas pelukannya dengan canggung, "Em.. ma-mah tidak perlu membalasnya. Aku merawatnya bukan karena paksaan, namun keinginan hatiku sendiri."
Alice semakin terharu. Gadis di pelukannya merupakan orang yang menyelamatkan putranya. Ia sangatlah menyesal mengingat bagaimana sikap kepada Natha sebelumnya.
Alice melepaskan pelukannya. Ia menatap Natha dengan mata yang masih memerah, "Sekali lagi mamah minta maaf, Natha."
Natha merasa canggung, namun ia tetap mengangguk. Kenapa tiba-tiba dia mengatakan ini?
Benar-benar ada yang salah.
"Sekarang, kamu pergi ke kamar dan temui cucuku. Mungkin, dia sangat merindukanmu," titah Albert halus.
Mendengar itu, Natha langsung tersenyum cerah dengan pandangan beralih menatap Albert, "Apakah aku sudah boleh menemuinya?"
"Tentu saja. Kenapa tidak?" Bukan Albert, namun Alice yang menjawab.
Albert mengangguk setuju seraya tersenyum.
"Kalau begitu, terima kasih," ucap Natha tulus.
Natha sangat merindukan Abyan! Tidak menyangka mereka akan menawarkannya untuk bertemu Abyan. Padahal sebelumnya mereka sendiri yang melarangnya.
Ayah dan putri itu mengangguk. Tatapan mereka juga sudah berubah, tidak asing lagi seperti sebelumnya. Hati Natha sedikit lega. Walaupun dia tidak berharap akan seperti ini, ia tahu, mereka terlihat tulus dan bukanlah kepura-puraan.
Natha langsung pergi tanpa basa-basi lagi. Saat sampai di depan pintu kamar Abyan, entah kenapa Jantung nya berdebar kencang dan agak gugup.
Natha sungguh sangat merindukannya. Saat dia berada di luar kota, ia tidak pernah untuk tidak memikirkan Abyan setiap akan tidur.
Natha membuka pintu dengan pelan. Senyuman lembut langsung tercetak di bibirnya saat melihat seorang pria berbaring tak bergerak.
Natha melangkah pelan. dia mendekat dan mencondongkan tubuhnya seraya mencium keningnya.
"Aku pulang," bisiknya lembut.
Setelah itu, Natha duduk selama beberapa detik sambil menatapnya. Tubuhnya sangat lelah dan gerah. Ia akan beranjak ke kamar mandi.
Namun tiba-tiba, sebuah tangan menggenggam lengannya. Natha takut dan kaget setengah mati.
"Apakah kamu yang merawatku?"
Deg
Natha menoleh dan melotot kaget melihatnya bangun.