Lin Lianwei, seorang perampok dan ketua bandit dari kota X, tiba-tiba mendapati dirinya terjebak dalam tubuh seorang gadis desa bernama Lin Yuelan, gadis yang lemah dan malang, yang baru saja mengalami pelecehan oleh seorang pria tak dikenal.
Dalam kesakitan dan keputusasaan yang mendalam, Yuelan memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan melompat ke sungai. Namun, alih-alih kematian, justru jiwa Lin Lianwei yang masuk ke dalam tubuh Yuelan pada saat genting itu.
Selama tiga bulan pertama, Lianwei mencoba memahami kehidupan barunya sebagai Lin Yuelan. Ia berusaha untuk bangkit dari tragedi yang dialami dan menjalani kehidupan baru ini dengan penuh kehati-hatian. Tetapi, sesuatu mulai terasa aneh. Tubuh barunya menunjukkan gejala-gejala yang membuatnya khawatir. Setelah mencari tahu, Lianwei pun terkejut mengetahui bahwa dirinya hamil.
Dengan ketidakpastian tentang siapa ayah dari anak yang dikandungnya, Lianwei merasa sangat kebingungan. Mampukah dia melewati situasi yang rumit ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
REUNI KELUARGA (2)
Lin Nuwa membawa nampan, dia menyiapkan makanan untuk Sima Yang dan kedua orang rekannya yang tinggal di sayap barat.
Saat ini Sima Yang juga telah terbangun, tubuhnya tidak lagi kesakitan seperti sebelumnya. Dia juga telah mendengar berita yang sangat penting dari Gong Fai dan Guang Lin.
"Tuan muda kelima!" panggil Lin Nuwa sambil membungkuk, dia menyimpan nampan di atas meja.
"Kalian bertiga pasti sangat lapar, makanlah!" ucap Lin Nuwa sambil berbalik, dia berniat untuk keluar dari kamar itu.
"Nuwa, dimana nona Lin? Bos ingin berterima kasih padanya." ucap Gong Fai.
Lin Nuwa hampir saja tersandung, dia berbalik dan menatap Sima Yang sambil menggelengkan kepala. "Nona Lin sedikit tidak sehat, kalian bisa bertemu dengannya lain kali."
"Apa yang terjadi?" tanya Sima Yang, Lin Nuwa tidak berani membocorkan rahasia dan hanya menggelengkan kepalanya, berpura-pura tidak tahu.
"Nuwa!" panggil Sima Yang.
Lin Nuwa menghirup udara dingin, sejak dulu dia sangat takut pada tuan muda ini, selain penyendiri, dia juga sangat kejam.
"Tuan muda kelima, anda akan mengetahuinya saat bertemu." ucap Lin Nuwa, dia mencoba untuk bersikap tenang.
Sima Yang akhirnya mengangguk, "Jadi itu dia? Bagaimana keadaannya?"
Lin Nuwa menjawab, "Nona Lin baik-baik saja, dia juga sudah memiliki seorang anak laki-laki yang sangat tampan."
Sima Yang tersenyum tipis, "Aku tahu, pergilah!"
Gong Fai dan Guang Lin saling berpandangan, keduanya masih belum mengerti maksud dari percakapan antara Lin Nuwa dan Sima Yang. "Bos! Apakah anda tidak ingin bertemu nona Lin?"
Jejak kerumitan melintas di mata Sima Yang, dia ingin mengakui putranya, namun Lin Yuelan belum tentu bersedia untuk memberikan dia kesempatan, apalagi saat ini keempat orang keponakannya berada di tangan wanita itu dan berstatus sebagai putra angkatnya. Jika dia ingin membawa kelima anak itu kembali ke keluarga Xuanyuan, mereka harus menikah sah, jika tidak, kelima orang anak itu hanya akan di anggap anak haram, sehingga tidak bisa memenuhi kualifikasi untuk menjadi pewaris keluarga.
"Bos!" panggil Gong Fai.
Sima Yang melirik ke arahnya, "Makan!"
Lin Nuwa kembali ke rumah, namun pintu kamar Lin Yuelan masih tertutup. Dia tahu bahwa saat ini hati wanita itu sangat terguncang, dan membutuhkan waktu untuk pulih.
Saat Lin Zhaoyang dan Jun Hui kembali, mereka melewati sayap barat untuk pergi ke dapur. Ada banyak ikan dan belut yang berhasil mereka tangkap.
"Bibi Nuwa, dimana ibu?" tanya Lin Zhaoyang. Sima Yang mendengar suara itu dan segera keluar dari kamar.
"Siapa kamu? Dimana bibi Nuwa?" tanya Lin Zhaoyang, saat ini dia bukan bocah kurus lagi, tubuhnya terlihat bersih dan berdaging.
Mata Sima Yang memerah, keponakan yang di carinya akhirnya muncul, namun dia belum bisa mengakuinya sebelum Lin Yuelan memberikan dia kesempatan.
"Ah Zhao! Kemarilah!" panggil Jun Hui, dia menatap wajah Sima Yang penuh permusuhan.
"Paman Jun, siapa mereka?" tanya Lin Zhaoyang, Jun Hui segera meraih tubuh anak laki-laki berusia 6 tahun itu dan menggendongnya.
"Jangan berbicara dengan orang asing! Kita tidak tahu apakah dia orang yang baik atau jahat!" ucap Jun Hui memberikan peringatan.
Lin Zhaoyang mengangguk, "Baiklah, aku akan mencari bibi Nuwa."
Gong Fai dan Guang Lin juga mendekat ke arah Sima Yang, keduanya terlihat kaget dengan kemunculan Jun Hui, walau bagaimanapun mereka pernah bertemu beberapa kali saat berada di ibukota, sehingga tahu siapa orang yang saat ini berhadapan dengannya.
"Bos! Dia?" ucap Gong Fai. Namun Sima Yang segera memelototinya, dia tidak ingin membuat masalah sehingga tidak menambah kebencian di hati Lin Yuelan. Gong Fai dan Guang Lin hanya bisa menghembuskan nafas berat. Mereka bergegas masuk ke kamarnya dan beristirahat.
Keesokan harinya seluruh anggota keluarga berkumpul, mereka bersiap untuk menjalani aktivitas seperti biasa. Pagi ini Lin Yuelan kembali naik gunung untuk berburu, dia di temani Jun Hui dan kedua orang rekannya.
Selain mengumpulkan kayu bakar, mereka juga berniat untuk menggali sayuran dan beberapa herbal. Cuaca tidak terlalu baik akhir-akhir ini, terkadang hujan dan terkadang berangin.
Lin Yaoshan dan Lin Gong juga pergi ke ladang, beberapa waktu yang lalu keduanya telah berhasil membuka lahan dan berniat untuk menggemburkannya.
Lin Nuwa menggendong Lin Hao Yu yang masih menyusu dengan dot, begitu juga si kembar yang duduk santai sambil menyesap botol susu di tangannya.
Saat Sima Yang muncul, anak-anak itu tidak memperhatikan, apalagi Lin Bo Cheng dan Lin Zhaoyang tengah berbagi pukulan di halaman. Tubuh kedua anak laki-laki itu terlihat sangat lincah dan bertenaga.
Sima Yang menatap wajah si kembar sambil mengerutkan dahi, mereka tidak bertemu selama 3 hari, namun kedua anak itu terlihat lebih ceria dan semakin manis.
"Tuan muda kelima!" panggil Lin Nuwa, Sima Yang melirik ke arahnya kemudian menatap lekat bayi montok di tangan wanita itu. Dia terdiam dengan jejak keterkejutan yang melintas di matanya.
Wajah Lin Hao Yu benar-benar sangat mirip dengannya, itu terlihat seperti dikeluarkan dari cetakan yang sama.
"Waah.."
"Waah.."
Lin Hao Yu kembali berceloteh, dia memegangi botol susunya dengan erat sambil menatap wajah Sima Yang yang masih tertutupi topeng. Saat pemuda itu mengulurkan tangannya untuk menggendong bayi itu, kedua kaki pendeknya menendang, dia menolak ayah kandungnya.
Lin Nuwa melotot, selama ini Lin Hao Yu sangat mudah untuk bergaul. Dia bahkan selalu berpindah-pindah dari gendongannya ke tangan pria-pria yang lain.
Lin Zhaoyang menghentikan latihannya, dia bergerak cepat dan berdiri di depan Sima Yang sambil merentangkan kedua tangannya. "Paman jahat! Apa yang kau lakukan? Jangan ganggu adikku!"
Lin Bo Cheng juga mendekat, melihat sosok yang asing namun familiar itu dia hanya mendengus, kemudian berjalan masuk ke dalam rumah. "Ah Zhao, Ah Xin, Ah Rui ayo main di rumah, kakak akan mengajari kalian bertiga menulis!"
Lin Zhaoyang dan si kembar mendengar panggilan itu dan langsung meninggalkan halaman, mereka masuk ke dalam rumah sambil menutup pintu dengan sangat kencang hingga terdengar suara "Brak!"
Lin Nuwa tertegun, dia tidak mengerti permusuhan yang dimiliki oleh tuan muda kelima dengan keempat orang keponakannya. Namun melihat reaksi Lin Hao Yu, dia merasa yakin bahwa ini terkait dengan hati Lin Yuelan.
Anak-anak angkatnya bisa merasakan kesedihan yang dialami oleh wanita itu, sehingga mereka juga mulai bertindak impulsif dan tidak memberi wajah pada Sima Yang. Bahkan anak kandungnya juga menolak untuk di sentuh.
"Tuan muda kelima!" panggil Lin Nuwa, dia merasa kasihan dengan pemuda itu.
"Aku tahu!" ucap Sima Yang sambil berbalik dan pergi.
👍💪