Ciara Tamara, hanya memiliki sahabat yang dirinya punya. bukan tanpa alasan ia berpikir seperti itu Cia cukup berhutang budi terhadap orang tua sahabat nya Daliya Karimatun Nisa.
apapun akan Ciara lakukan demi kebahagiaan sahabatnya sekali pun ia harus berpindah agama, menaruh dirinya sebagai istri kedua untuk sahabat Suaminya Keenan Algazi Ustman.
Demi permintaan Daliya yang mengalami sakit kanker otak selama bertahun-tahun Cia harus rela mengorbankan kebahagiaan untuk diberikan kepada Gus Azi yang terpaksa menikahinya demi permintaan terakhir Daliya sebelum wanita itu pergi untuk selamanya.
Daliya ingin memberikan keluarga yang utuh untuk suaminya, cuman Ciara saja lah yang bisa memenuhi keinginannya walaupun dirinya terkesan egois Cia rela melakukan nya dengan ikhlas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMS-16
Cia melangkah menuju ke arah kulkas, wanita itu berniat mengeluarkan sereal pandangan nya tanpa sengaja terfokus pada seorang lelaki yang berdiri didepan pintu, Cia sekali lagi melengokkan kepalanya menatap pria itu.
Jantung Cia rasanya hampir loncat dari tempatnya melihat Gus Azi yang menjulang disana, tidak ada suara tanda-tanda laki-laki itu datang.
" Gus? sejak kapan disitu? " tanya Cia mengambil kotak Sereal dari dalam kulkas.
" Beberapa menit yang lalu, kau memasaknya? " tanya Gus Azi mendekati meja makan yang sebagian sudah tertata masakan yang masih mengepul asap.
" Tentu saja, selama tinggal sendirian. aku lebih suka memasak sendiri. " jawab Cia meletakan semangkok Sereal di meja makan.
" Saya pikir kamu tidak pandai memaksa. " balas Gus Azi mendaratkan bokongnya di kursi.
" Kenapa tidak menyuruh Bibi saja? pekerjaan seperti ini tidak perlu kau lakukan. " sambung Gus Azi.
" Aku sudah terbiasa masak makanan sendiri, biarkan Bibi melakukan pekerjaan yang lain. "jawab Cia.
" Sejak kapan kau bisa memaksa? " tanya Gus Azi menyuapkan sesendok nasi goreng berisi omelet diatasnya.
" Mungkin saat aku mulai tinggal sendiri, mau tidak mau aku harus belajar masak agar tidak terlalu boros beli makan diluar terus. dulu aku tidak sanggup bayar ART karena cukup mahal jadi harus mandiri. " jelas Cia.
" Bagaimana apakah enak? tentu saja enak kan? soalnya kemampuan masak ku tidak usah diragukan lagi Bibi Narsih saja mengakuinya. " ucap Cia menyombongkan diri.
Tidak masalah bukan, menyombongkan diri sesekali cuman dihadapan suaminya saja kok.
" Lumayan, cocok di lidah saya. " jawab Gus Azi manggut-manggut.
" Kenapa kamu makan sereal? sedangkan saya makan nasi goreng? " tanya Gus Azi baru menyadari wanita dihadapannya hanya makan semangkok sereal dan segelas susu.
" Aku tidak terbiasa sarapan nasi dipagi hari, karena kebiasaan jaman kos dulu mungkin terbawa sampai sekarang. " jawab Cia.
" Lain kali biasakan sarapan nasi atau roti. " saran Gus Azi.
" Iya-iya bawel. " gumam Cia yang masih memakan sereal nya tanpa menatap Gus Azi.
" Habis ini kamu mau kemana? " tanya Gus Azi melirik jam dinding menunjukkan pukul 09.50 pagi.
" Gak kemana-mana, gak ada jadwal kerja atau ke butik. Kenapa Gus? " tanya Cia heran.
" Kalau gitu bisa temani saya pergi ke pondok sebentar, setelah dari sana kita langsung kerumah sakit. " jelas Gus Azi.
" Emang harus aku ikut gitu? bukannya Gus Azi gak mau ada yang tahu hubungan kita kan? " tanya Cia memincingkan matanya.
" Bukan seperti yang kamu pikirkan, ikut saja dulu. " ucap Gus Azi sedikit memaksa.
" Gak ah! aku langsung kerumah sakit aja, biar Gus Azi nyusul. " jawab Cia tanpa pikir panjang.
" Cia! ikut saya! gak boleh bantah suami! " peringat Gus Azi.
" Ish!!!! " kesal Cia beranjak dari duduknya wanita itu mencak-mencak tidak jelas menaiki anak tangga.
Gus Azi menggelengkan kepalanya melihat tingkah Cia.
" Seperti anak kecil saja. " batin Gus Azi.
Ya, anak kecil yang sudah bisa diajak buat anak kecil kan Gus Azi...
Saat ini mereka sudah berada didalam mobil menuju pondok pesantren keluarga Gus Azi yang diambil alih oleh lelaki itu mulai sekarang.
" Kamu tahu letak pondok pesantren saya kan. " tanya Gus Azi membuka suara sesekali melirik Cia yang memainkan ponselnya.
" Ya, yang dulu tempat Daliya mondok sama mengajar kan. " tanya balik Cia menatap Gus Azi sekilas.
" Iya, berarti kamu sudah tahu. " jawab Gus Azi.
" Tapi, ngapain Gus bawa aku? Gus gak berniat masukan aku kesana kan? " tebak Cia menatap curiga.
" Ck, jangan suka Soudzon gak baik. dilihat dulu baru berkomentar. " jawab Gus Azi tidak senang.
" Makanya jangan buat aku Nething dong. " dengus Cia.
" Apa itu Nething? " tanya Gus Azi tidak mengerti.
" Negatif thinking, masa Gus Azi gak tahu! " heran Cia.
" Baru dengar ada pribahasa begitu, kamu kebanyakan liat sosmed makanya gak jelas gitu pikiran nya. " ucap Gus Azi berkomentar.
" Gus Azi aja yang terlalu kulot, kebanyakan tinggal di dalam Goa. " gumam Cia tidak jelas.
Tibalah mereka di pondok Pesantren lelaki itu, Gus Azi memarkirkan mobilnya dihalaman parkiran khusus mobil yang berderet rapi.
" Ingat! saat kita masuk kedalam jangan berdiri disamping saya, tapi dibelakang saya dalam beberapa meter. " peringat Gus Azi.
" Iya-iya tahu! " sewot Cia.
Mereka melangkah memasuki gerbang yang disambut beberapa para anak santri yang sedang beristirahat karena jam menunjukkan pukul 11.00 siang.
" Assalamualaikum Gus Gazi!!! " sapa anak-anak santri lelaki disana.
" Waalaikumsalam, lagi pada istirahat ya? " tanya Gus Azi ramah menyalami anak-anak disana dan mengelus puncak kepala mereka satu persatu.
" Iya Gus, Gus kok baru kembali lagi kesini? biasanya setiap minggu Gus akan kesini. " tanya salah satu anak Santri lelaki disana kisaran usia 8 tahun.
" Gus ada pekerjaan diluar, jadi jarang kesini. tapi ada ustadz hamdan dan Ustadz Fahmi kan. pasti kalian gak akan kesepian. " jelas Gus Azi.
" Hehehehe... iya dong, tapi kami kangen diajarin Gus Gazi. " celetuk salah satunya.
" Insya Allah kapan-kapan Gus akan mengajar kembali ya, untuk sekarang Gus gak bisa dulu. " ucap Gus Azi.
" Gus Azi sama siapa kemari? kakak cantik ini siapa? " tunjuk salah satu anak disana yang menyadari kehadiran Cia yang sejak tadi berdiri dibelakang tidak jauh dari Gus Azi berada.
" Ken-"
" Nama Kakak Tamara, panggil saja Kak Tam. " ucap Cia cepat menghampiri anak-anak itu.
" Nama kakak cantik sekali, tapi bukannya istri Gus Gazi bukannya Ning Liya kan. " ucap salah satunya.
" Dia Adik sepupu Gus. " ucap Gus Azi.
" Apa kakak cantik akan tinggal di pondok juga? " Celetuk anak anak itu.
" Tidak, Gus bawa kesini ada urusan sama kiyai didalam. Jadi Gus tinggal dulu ya Assalamualaikum semuanya. " Beritahu Gus Azi.
" Waalaikumsalam salam Gus Gazi dan Mamak Cantik. " Ucap mereka.
...✿ ✿ ✿ ✿...
" Gus gak ada niatan masukin aku kesini kan? " Tanya Cia lagi.
" Sudah berapa kali saya bilang, gak ada Cia. " ucap Gus Azi mulai jengah.
Gus Azi memasuki rumah yang lumayan besar di sana di ikut Cia dari belakang.
" Terus kitq ngapain kesini? " tanya Cia lagi.
" Kamu ini bawel banget deh. " Dengus Gus Azi kesal menyusuri halaman rumah yang terdapat disana.
Cia merengut kesal, wanita itu cukup penasaran sekali kenapa suaminya membawanya kesini.
bahagia selalu buat gua Azi, mba CIA dan keluarga 🤲🤲🤲🥰
udh qu kasih kopi nih,,,/Rose/
makin penasaran kan aku sama ceritanya,,,