"Hentikan gerakanmu, Bella," ucap Leo berat sambil mencengkram pinggang Bella. Bulu halus di tubuh Bella meremang, napas mint Leo memburu dengan kepalanya tenggelam di perpotongan leher Bella membuat gerakan menyusuri.
"kak, jangan seperti ini."
"Bantu aku, Bella."
"Maksudnya bantu apa?"
"Dia terbangun. Tolong, ambil alih. aku tidak sanggup menahannya lebih lama," ucap Leo memangku Bella di kursi rodanya dalam lift dengan keadaan gelap gulita.
Leo Devano Galaxy adalah pewaris sah Sky Corp. 2 tahun lalu, Leo menolak menikahi Bella Samira, wanita berusia 23 tahun yang berasal dari desa. Kecelakaan mobil empat tahun lalu membuat Leo mengalami lumpuh permanen dan kepergian misterius tunangannya adalah penyumbang terbesar sifat kaku Leo.
Hingga Bella berakhir menikah dengan Adam Galaxy, anak dari istri kedua papa Leo yang kala itu masih SMA dan sangat membenci Leo.
Sebenarnya Apa yang terjadi pada Leo hingga ingin menyentuh Bella yang jelas-jelas ia tolak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baby Ara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8. Jadi pasanganku malam ini.
"Ya Tuhan ... Kepalaku pusing ...," Bella meringis akan memijit dahinya namun tangan seseorang menepis tangannya.
"Aduh, jangan dipijit dong, maha karya eike! ntar terhapus. Sayang dong!"
Mata Bella langsung terbuka lebar mendengar suara khas kemayu itu. Bella menatap sekelilingnya begitu asing. Tempat itu sangat mewah dengan berbagai peralatan make-up. Bella berdiri dari duduknya namun ia hampir tersungkur andai saja tidak jatuh di pangkuan seseorang.
"Kak Leo?"
"Lain kali berhati-hati," kata Leo.
Mata elangnya menatap lekat wajah Bella yang sudah di sulap layaknya cinderella satu malam itu.
'Cantik.'
"Kak ini dimana?" tanya Bella matanya tak henti mengedar.
Sang Mua yang tadi menangani Bella bertepuk tangan riang.
"Eike tidak salah kan cin, istri you itu memang cantik. Aduh, serasinya. Eike jadi iri deh," ucap waria pemilik salon terkenal itu salah paham.
"Istri?" bingung Bella masih di pangkuan Leo.
"Berdiri. Nanti aku jelaskan."
"Eh, maaf kak."
Bella segera berdiri namun heels tinggi di kakinya lagi-lagi membuat Bella oleng tapi kali ini, tangan besar Leo melingkar dari belakang pinggang Bella hingga wanita itu bisa berdiri sempurna.
"Kak, kenapa aku memakai heels dan gaun ini milik siap?"
Bella mengusap gaun berwarna biru laut tanpa lengan, sangat cantik dan berkerlap-kerlip dengan belahan menyamping. Rambut Bella ditata model butterfly cut lengkap dengan poni tengah ala wanita dari negri ginseng itu.
Tanpa Bella sadari, Leo terus memperhatikan Bella. Makeup flawless dan kulit Bella putih pucat dengan mata coklat terang, begitu cantik dimata Leo.
'Sayang sekali laki-laki bodoh itu menyia-nyiakan mu,' batin Leo.
"Itu semua milikmu."
"Apa?!" mulut Bella terbuka lebar.
"Revan!"
"Saya disini tuan," ucap Revan dari belakang Leo membuat Bella menepis tangan Leo di pinggangnya. Stelan serba hitam Revan membuat bodyguard Leo itu tak kalah tampan dari tuannya namun Leo tetap lah diatas rata-rata.
"Selesaikan pembayarannya."
"Baik tuan."
Leo menatap Bella. "Kau ikut aku."
"Kemana?"
Namun kursi roda Leo sudah berjalan duluan membuat Bella segera mengikuti dari belakang berjalan pelan. Ia belum terbiasa mengunakan heels setinggi itu.
Tiba di samping pintu mobil bagian belakang. Leo membukanya. "Masuk."
"Tapi kak .. Kita mau kemana? Antar aku pulang kak. Mas Adam bisa mengamuk jika dia pulang dan aku tidak--"
Leo meletakan jarinya di tengah bibir Bella membuat bibir yang bergerak itu mengatup seketika.
"Jadi pasanganku malam ini," ucap Leo sambil mengulurkan satu tangannya pada Bella.
"Pasangan apa?"
Leo menghela napas berat. Bella memang tidak mudah untuk ditundukkan kecuali dengan perbuatan kasar.
"Temani aku menghadiri acara kolega bisnisku."
Seketika Bella teringat dengan perkataan Adam.
'Alah! Lo itu memang jelek! Mana papa suruh gue bawa lo ke acara kolega bisnisnya. Malu-maluin gue aja yang ada!'
'Lo bisa gak cantik dikit?! Ini malah kayak patung Hidup!'
"Aku gak bisa kak." Bella menggeleng. "Tolong antar aku pulang."
"Sayangnya, itu juga tidak bisa," jawab Leo kentara memaksa sekali.
"Baiklah." Bella mengangguk. "Aku bisa pulang sendiri," sahutnya lagi.
Pikir Bella, masalah ongkos bisa dia bayar nanti setelah sampai di mansion. Namun setelah Bella berbalik, tangannya di tarik. tubuh Bella yang mungil setinggi 150 cm memudahkan Leo yang tinggi mencapai 190 centimeter mendudukkan Bella di kursi mobil.
"Kak, aku mau pulang!" protes Bella.
Leo menghadang jalannya. Bella mulai ketakutan, takut kejadian dua kali itu terulang.
"Setelah acara kita pulang."
"Aku tidak mau! Aku mau pulang!"
Bibir Bella mulai bergetar. Leo melihat itu mengusapnya pelan.
"Kau takut padaku?"
"Aku trauma. Kau pembohong! Tolong, jangan sentuh aku sembarangan."
'Sayangnya, hal itu mulai aku sukai,' batin Leo Licik.
Bella bergeser dari kursinya, duduk ke ujung. Bella terlihat sangat tidak nyaman dengan sentuhan Leo. Ia merasa di lecehkan lagi. Mata Bella mengedar seperti mencari sesuatu.
"Kau cari apa?"
Bella menatap Leo sebentar. "Ponselku. Dimana ponselku kak?"
Leo terkekeh membuat Bella keheranan.
"Tidak ada orang menculik dengan membawa barang korbannya. Kecuali, perampok," balas Leo.
Bella ingat, ia pingsan setelah menghirup aroma aneh di sapu tangan menutup hidungnya tadi.
"Kenapa kakak membawaku seperti itu? Setidaknya, bicara baik-baik jika ingin membawaku!" sentak Bella marah.
Ia merasa mainan untuk dua laki-laki dari keluarga Galaxy itu. Yang satu memiliki istri namun tidak tahu diri dan yang satu Ceo cacat dengan segudang kekuasaannya.
"Tuan. Ayo saya bantu duduk di depan," ucap Revan datang akan mendorong kursi roda Leo namun laki-laki dingin itu segera menghentikannya.
"Aku duduk di samping wanita ini saja."
Bella terlihat berusaha membuka pintu lainnya. Ia berencana untuk kabur, tapi nyatanya Leo lebih pintar dari yang Bella pikirkan.
"Baik tuan."
Tanpa membantah Revan mendudukkan Leo di samping Bella yang memalingkan wajah kesal keluar jendela. Sudut bibir Leo tertarik tipis. Revan melipat kursi roda tuannya di bagasi lalu memutari mobil duduk dibalik kemudi.
"Marah?"
Bella bungkam dan tak mau melihat kakak iparnya tersebut.
"Jika aku membawamu baik-baik, apa kau mau?" tanya Leo lagi. Tetap tak mendapat jabwan dari Bella yang setia menutup rapat mulutnya.
"Tidak bukan? Tidak ada salahnya. Adik ipar menemani kakak iparnya. Jangan berpikir terlalu jauh," tambah Leo karena Bella seperti menyalahkan artikan ajakannya.
Seolah Leo memiliki rasa lain pada Bella. Padahal, memang mulai ada rasa itu tanpa Leo sadari.
Mendengarnya Bella menatap penuh Leo. Mata coklat Bella semakin terang karena embun berdesakan disana.
"Apa ada kakak ipar yang menggauli adik iparnya? Kakak bilang khilaf? Kenapa sampai dua kali?" tanya Bella bergetar dan lemah di akhir katanya.
"Revan! Turunkan gorden!"
"Baik Tuan."
Setelah penghalang terpasang. Bella semakin beringsut mundur. Mata elang Leo berubah sangat tajam menyorot Bella. Tubuh besar Leo perlahan menjulur ke arah Bella sampai Bella terhimpit di bawah tubuh besarnya.
"Ka ...kakak ma ... mau a ... apa?" Bella was-was.
"Jika ketiga kali, apa namanya?"
Bella menggeleng ketakutan. "Aku mohon kak, jangan lagi. Aku tidak meminum obat itu. Bagaimana nanti jika aku benar hamil benih kakak?"
Deg!
Wajah Leo berubah garang seketika. "Kenapa tidak kau minum?! Sengaja ingin mengandung anakku, begitu?!"
"Apa kakak lupa, kebohongan mas Adam di depan papa. Dia mengatakan sebentar lagi aku akan hamil. Bagaimana aku bisa hamil jika meminum pil pencegah kehamilan itu?!" teriak Bella akhirnya.
Tidak adakah orang yang bisa mengerti posisinya?
Sisi hati Leo membenarkan itu. Menjadi Bella tidaklah mudah apalagi mertua dan suaminya jelmaan iblis.
"Baik. Tapi jika kau hamil. Tentu itu mustahil anakku. Sebelum menyentuhmu, aku di diagnosa impoten. Tidak semudah itu membuat benihku subur kembali," jujur Leo lalu menghadap ke arah jendela lain.
Bella tidak mengetahui fakta satu ini. Pantas saja Leo seperti singa tidak makan selama berbulan-bulan. Sampai sekarang tubuh Bella masih ngilu, begitupun area sensitifnya. bekas ciuman Leo tertutup foundation tebal di dada Bella.
Sepanjang perjalanan keduanya bungkam. Bella melirik sekilas Leo yang menutup matanya.
Jujur dalam hati Bella, Leo sangatlah tampan dengan tuxedo mahal berwarna hitam menunjukan strata sosial pria itu. Jambang tipis menghias rahang tegas Leo adalah daya tarik kuat dari tampilannya. Bibir merah alami, hidung mancung seperti kebanyakan orang luar dan satu lagi, ada belahan di tengah dagunya.
"Kita sampai tuan."
Bella segera memalingkan wajahnya, tiba-tiba memanas melihat wajah tampan kakak iparnya itu.
"Aku tahu apa yang kau lihat," gumam Leo membuka mata langsung melirik Bella yang seketika malu bukan main. Keduanya turun dari mobil. Leo mempertemukan tangan keduanya. Jadi, saling menggenggam.
"Kak lepaskan!" Bella memberontak.
"Kau lihat orang disana? Itu suami tercintamu."
Bella mengikuti arah pandang Leo. Kedua orang terlihat juga baru keluar dari mobil mewah berjarak satu mobil dari Leo dan Bella. Adam bersama Desi. Perlakuan Adam seperti suami pada istrinya.
"Bella?" ucap Adam menyadari wanita cantik terlihat mesra bersama Leo itu ternyata istrinya.
"Sialan!"
tanda terima kasih aq kasih bintang lima ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️