"Cih....apa kau benar ingin menyelamatkan anak dari seseornag yang telah membunuh ibumu?" ucap Lee dengan seringainya. Serontak Arion terdiam dengan ucapan Lee, "Apa maksudmu??" "Hahahaha ternyata kau tidak tau yah, ck..ck..ck" Lee melemparkan beberapa dokumen foto-foto. * Seorang wanita bernama Gizela Arabella wanita yang menjadi yatim piatu akibat pembantaian oleh beberapa orang berseragam hitam kepada keluarganya, Mereka bahkan mengebom rumah milik Gizela menjadi hancur lebur, dan ia menyaksikan sendiri kobaran api serta kepulan asap hitam yang mengancurkan rumah serta orangtua dan orang-orang di dalam sana. "Tidak!!! ayah!!! ibu!!!" Dengan bekal uang dan perhiasan yang diberikan snag ibu Gizel memutuskan untuk membeli sebuah ruko bertingkat dua, terdapat sebuah toko di lantai satu dan lantai dua terdapat dua ruangan yang ia gunakan sebagai kamar dan gudang. No plagiasme🚫 Karya sendiri✔️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andriana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
"Hiks....hiks....kenapa? kenapa semua ini terjadi padaku?" Gizel meringkuk dan menangisi nasibnya yang menurutnya sangatlah buruk.
Sekeras apapun ia berlari dan sembunyi sepertinya takdir tetap mempertemukannya dengan masalah di masa lalunya.
"Ayah, ibu, entah kesalahan apa yang kalian lakukan pada Arion sampai....sampai kalian di bunuh olehnya....dan sekarang....aku...aku bertemu dengannya...."
Gizel berusaha tabah walaupun hatinya sangatlah rapuh, ia kembali menatap layar monitor dan kamera di depannya.
Gizel berusaha bangkit dan meraih kamera itu, ia mengambil memori card yang ada pada camera itu.
BUMM
Terdengar suara ledakan dan hal itu membuat Gizel ketakutan namun juga penasaran, ia mendekatkan tubuhnya ke pintu dan berusaha menguping apa yang terjadi di luar.
Namun ternyata pintu tidak terkunci, ia tersenyum senang dan keluar secara perlahan, ia melihat beberapa orang berlarian sembari membawa senjata dan mereka sepertinya tidak menyadari akan keberadaannya.
Setelah menyusuri semua sudut Gizel terpaku saat melihat Aland dan Arion tengah membicarakan dirinya, ada rasa haru dan bahagia saat ia tahu jika Arion datamg untuk menyelamatkannya.
Namun ada juga rasa benci dan dendam saat mengingat bagaimana sadisnya Arion membunuh kedua orang tuanya secara brutal. Gizel mengenggam memory card di tangannya dengan erat, ia memandangi kedua pria yang tengah beradu mulut.
"Jadi kau akan membunuh wanita itu? anak dari seorang pembunuh"
Serontak Gizel terkejut mendengar ungkapan dari Aland, tubuhnya seketika gemetar ia takut jika harus mati muda bahkan mati di tangan Arion
"Aku harus lari dari sini" Gizel melihat sekeliling dan ia menemukan sebuah pintu dengan cepat Gizel berlari dan membuka pintu itu.
Ia melihat hamparan hutan lebat
"LARI!! CEPAT LARI!!" Terdengar suara menggema sang ibu di telinganya, yah kejadian itu rasanya hampir terulang lagi.
Gizel tersungkur dadanya terasa sesak serta telinganya yang terus berdengung, ia sangat trauma dengan kejadian yang di timpa keluarganya.
"Aku harus kuat....aku harus pergi dari sini!" Gizel mencoba bangkit dan segera berlari sejauh mungkin walaupun tubuhnya sedikit lemas.
"Aku pasti bisa....." gumamnya menyemangati diri sendiri.
Gizel terus menyusuri hutan lebat itu berharap ia bisa menemukan jalan raya dan meminta pertolongan.
"Akh......" kakinya tergores oleh ranting kayu yang tajam sehingga menyebabkan darah segar keluar.
"Sial!!" kesalnya, Gizel berusaha untuk terus bangkit dan berlari walaupun sedikit susah berjalan.
"Aku tidak ingin mati...." Ucapnya terus menerus.
Matanya berbinar saat ia menemukan jalan raya, dengan tenaga yang di milikinya ia mempercepat langkahnya.
Gizel berusaha untuk mencari sebuah tumpangan namun masih tidak ada satu mobil pun yang lewat.
"Bodoh! bagaimana mungkin ada mobil yang lewat di tengah hutan begini" Keluhnya.
Akhirnya ia memutuskan untuk terus berjalan entah kemana ia akan pergi yang terpenting ia bisa lari dan sembunyi.
Tak lama terlihat sebuah mobil hitam dari kejauhan, Gizel sangat senang ia segera melambai-lambaikan tangannya agar pemilik mobil itu menyadari keberadaannya.
"Ayolah kumohon bantu aku" Serunya dalam hati.
Dan benar mobil itu akhirnya berhenti tepat di samping Gizel, ia sangat terharu karena ia berhasil menemukan tumpangan.
"Maaf permisi bolehkah aku menunpang mobil anda menuju kota?" tanyanya dengan sopan di balik kaca mobil itu.
"Tentu saja....nona...."
Gizel membelalakan matanya saat tahu siapa pria di balik kaca mobil itu,
"Sial!!" Ia kembali berlari dan berharap dirinya tidak tertangkap.
"Hey kenapa kau lari? apa ada sesuatu yang salah dariku hem??" Ucap pria itu setelah keluar dari mobilnya.
"Tidak kumohon....kumohon....tuhan bantu aku!" Ia terus berlari dan lari.
Dirasa Gizel semakin jauh pria itu kemudian menyusul Gizel dengan berlari, yah hanya butuh waktu sedikit akhirnya ia berhasil menangkapnya, karena bisa dilihat tenaga Gizel tidak sebanding dengan pria itu.
Grep
"Lepas!! kumohon biarkan aku pergi!!"
"Kenapa hem? bukankah kau merindukanku??"
Tubuh Gizel di buat merinding, yah tatapan itu sangat berbeda dari tatapan sebelumnya, awalnya lembut dan dalam namun sekarang berubah menjadi dendam dan benci.
"Tidak! Arion aku mohon lepaskan aku!! aku mohon!!" Gizel masih berusaha melepaskan cengkraman tangan Arion walaupun tangannya sudah mulai kebas.
"Kau pernah berjanji untuk datang kerumahku kan? maka sekarang tepati janjimu!" Arion menyeret tangan Gizel dengan kasar untuk menuju mobilnya.
"Aww.....sakit! Arion lepaskan!!" Gizel masih terus saja memberontak.
"BISAKAH KAU DIAM HAH!! APA AKU HARUS MEMOTONG-MOTONG TUBUHMU AGAR KAU DIAM!!"
Deg
Bagai di tusuk ratusan belati, hati Gizel seketika terasa sangat perih saat mendengar teriakan menyeramkan dari Arion.
Air matanya seketika luruh ia tak sanggup untuk membuka suara tubuhnya menegang takut dan gemetar.
Arion menghela nafas kasar dan kembali menyeret tubuh Gizel untuk masuk ke dalam mobil.
Isakan Gizel terdengar lirih namun Arion tidak memperdulikan itu, ia menjalankan mobilnya dengan kecepatan penuh agar segera sampai ke tujuannya.
"Jika kau tak bisa diam maka aku yang akan membuatmu diam!!" Suaranya pelan namun mampu membuat lawannya bergidik ngeri.
Akhirnya mereka sampai di sebuah mansion mewah nan megah, Arion kembali menarik Gizel dengan kasar.
"Sakit!" Lirihnya namun Arion tak memperdulikannya sama sekali.
Gizel berusaha menyeimbangi langkah kaki lebar Arion walaupun ia harus terseok-seok menahan perih di kakinya sendiri.
Terlihat beberapa orang yang sepertinya pengawal dan pelayan di rumah itu tengah menatap ke arah tuannya dengan raut wajah heran.
Arion terus saja menarik tangan Gizel tanpa memperdulikan orang-orang disana.
"Hey lihat siapa yang di bawa oleh tuan? dia seorang wanita"
"Siapapun itu, sudah pasti ada kaitannya dengan tuan" Ucap seorang wanita paruh baya yang menjadi kepala pelayan disana.
"Bi Greca jika dilihat keadaan gadis itu sangat buruk tubuhnya penuh luka dan darah, apa tuan akan menjadikannya tawanan?" Tanya Rere penasaran yang juga salah satu dari pelayan.
"Sudah jangan berbicara lagi, lebih baik kita doakan saja agar gadis itu tidak dijadikan tawanan oleh tuan, siapa tahu dia bisa merubah tuan, aku yakin dia bukan gadis biasa baginya" Seru bibi Greca.
Semua pelayan akhirnya membubatkan diri dan melanjutkan aktifitas disana, Sementara itu
Arion membawa Gizel ke sebuah tempat di gelap dan bau anyir darah, tubuh Gizel sangat merinding ia takut jika dirinya akan berakhir menyedihkan di tangan sang pembunuh orang tuanya.
BRUK
"Akh...." tubuh Gizel di hempaskan ke lantai begitu saja.
"Hah setelah sekian lama aku mencarimu dan kau datang sendiri padaku" Ucap Arion
"Apa yang kau inginkan??" Gizel memberanikan diri untuk bertanya kepada Arion langsung.
"Apa yang ku inginkan ya? hem sepertinya kau sudah tahu apa yang ku inginkan" Seringai Arion, ia mengeluarkan pistol di sakunya dan mengarahkan tepat di kepala Gizel.
Gizel menelan salivanya berat ia berusaha tenang walaupun tubuhnya sudah sangat gemetar dan jantungnya mulai tidak karuan.
DOORR
"Ups....maaf aku membuatmu takut hem?" Yah Arion menembak ke belakang tembok, dan hal itu membuat nafas Gizel terengah-engah serta semakin gemetar bahkan air matanya terus menerus mengalir.
"APA YANG SEBENARNYA KAU INGINKAN PEMBUNUH??" Gizel berteriak krena ia sudah sangat merasa frustasi.
"Bukankah sebutan itu cocok untuk keluargamu hem??" Arion berjongkok dan menarik dagu Gizel agar wajahnya sejajar dengannya.
"Keluargaku bukan pembunuh kaulah yang pembunuh" Jawab Gizel dengan tatapan bencinya:
Seketika wajah Arion berubah menjadi sangat menyeramkan matanya melotot dan memerah serta rahang yang mengeras.
"Jika kau berani menyebutku pembunuh maka aku akan benar-benar membunuhmu sesuai sebutan yang kau berikan padaku" ucapnya dengan tatapan tajam.
Gizel berdecih dan tersenyum miring "Lakukanlah! agar gelar pembunuhmu itu semakin nyata" Ucapnya dengan berani, entah keberanian darimana ia mengatakan itu kepada seorang Arion.
Arion semakin tersulut emosi namun sedetik kemudian wajahnya berubah ia menyeringai dan hal itu membuat Gizel bingung.
"Akan lebih bagus jika tubuhmu ku cicipi" Seringai Arion dan hal itu membuat mata Gizel melebar dan menggeleng kuat.
Tanpa aba-aba Arion menyobek sedikit gaun Gizel sehingga mampu memperlihatkan belahan dada putih mulus miliknya.
Dengan cepat Gizel menutupi tubuhnya dengan kedua tangannya dan berangsur mundur. Arion menelan salivanya berat dan hasratnya mulai memuncak padahal hanya belahan saja yang ia lihat bukan seluruh tubuh Gizel.
"Shit!!"
"Tidak, aku tidak sudi menyentuh tubuh anak dari pembunuh sepertimu!! itu menjijikan!" Seru Arion tiba-tiba dan meninggalkan Gizel di ruangan itu sendirian.
"Arion!! kumohon keluarkan aku!!" Teriak Gizel namun terlambat Arion sudah mengunci ruangan itu.
Di balik pintu Arion meremas rambutnya kasar, hanya dengan melihat sedikit tubuh Gizel sesuatu sudah menjulang tinggi di bawah sana.
"Aku tidak akan pernah menyentuh wanita sepertimu!!" Geramnya
saya Pocipan ingin mengajak kaka untuk bergabung di Gc Bcm
di sini kita adakan Event dan juga belajar bersama dengan mentor senior.
jika kaka bersedia untuk bergabung
wajib follow saya lebih dulu untuk saya undang langsung. Terima Kasih.