Wanita Cantik Yang Kau Hina

Pagi itu, Zumairah berada di rumah Zaki. Parahnya lagi, ia sedang di dalam kamar pribadinya dulu bersama Zaki yang kini sudah berstatus bukan suami istri lagi. Kamar pun dalam keadaan terkunci.

Zaki memaksa Zumairah untuk tidur dengannya. Pria itu sudah melepaskan pakaian bagian atas milik Zuma hingga terlihat kedua mahligai yang tertutup kain bra berwarna hitam.

"Sekarang ayo lepas bra kamu, Zuma? Aku ingin menikmati punyamu pada hari ini dan seterusnya! Ayolah, Sayang!"

Zaki mulai meraba bagian mahligai milik Zuma dengan pelan.

"Cukup! Hentikan tindakan menjijikkanmu itu, Mas! Atau aku, akan teriak sekencang-kencangnya agar para warga tahu. Mas, jangan mencoba untuk mendekatiku lagi. Ingat, aku akan teriak!"

Zuma mulai jijik melihat tingkah Zaki yang tidak mempunyai etika dan diluar batas. Ia cepat-cepat memakai pakaiannya kembali dan berusaha untuk berdiri. Ia berjalan mundur agar tidak disentuh oleh Zaki yang semakin bernafsu.

"Zuma kamu ...."

Jiwa milik Zaki sudah dikuasai oleh set4n. Ia hanya memikirkan tentang keinginannya sebagai pria dewasa yang tidak dapat ditunda.

"Cepat buka pintunya, atau saya dobrak! Lepaskan Zumairah sekarang juga, Brengsek! Kau mantan suami bej4t!"

Saat Zaki akan menerkam Zuma, karena nafsunya sudah dipuncak, terdengar suara pria yang sedang menggedor pintu.

"Sialan! Gagal rencanaku!"

Zaki menyugar rambutnya kecewa dan merasa gagal, karena ada seseorang yang mencoba mendobrak pintu dari arah luar. Karena Zaki tidak mau warga tahu, ia segera membuka pintu yang terkunci tersebut.

Terlihat pria tampan berwajah garang di depan Zaki sambil mengepalkan tangan.

"Kau apakan, Zuma hah? Beraninya dengan wanita! Brengsek! Pecundang!"

Dia adalah Arga Dinata yang sedang menarik kerah dengan kuat milik Zaki. Ia tidak terima Zuma dinodai oleh pria pecundang seperti Zaki.

"Kamu siapa? Kenapa kau tahu, jika Zumairah ada di sini? Oh, kamu yang ada di pesta tunanganku dengan Naura dulu ya?"

Zaki mengingat Arga saat ia melihat di acara pestanya dengan Naura yang gagal.

"Benat sekali. Aku Arga Dinata. Kamu masih mau mengganggu Zuma? Atau saya laporkan kepada pihak kepolisian? Aku punya bukti kejahatan kamu kepada Zuma. Ini sudah aku rekam!"

Diam-diam Arga Dinata sudah merekam pembicaraan Zaki dan Zumairah saat di kamar tadi. Bukan Arga jika ia tidak cerdas.

"Sialan! Hah, kenapa jadi gagal seperti ini. Padahal, aku sangat mencintai dia! Jangan mencoba kau merebut Zuma dariku! Awas ya!"

Zaki depresi karena Arga bisa merekam aibnya yang sangat buruk. Ia juga masih tidak terima jika Zuma menjadi milik Arga Dinata.

"Jodoh itu urusan Tuhan, Bung. Ingat, jodoh itu nggak akan ke mana jika kita benar tulus mencintainya. Dan ingat, cinta itu tidak bisa dipaksakan walau dengan cara sekejam apapun! Ingat itu. Zuma, ayo, saya antar ke kontrakan kamu, sebelum dia berulah lagi!"

Tidak lama, setelah Arga melepas Zaki dari cengkeramannya, Arga Dinata menarik tangan Zumairah untuk pergi dari rumah Zaki. Ia tidak mau Zuma dinodai oleh pria seperti Zaki.

***

"Kamu tidak apa-apa 'kan Zuma? Aku sangat mengkhawatirkan kondisimu."

Sambil mengemudi, Arga bertanya kepada Zumairah yang baru saja mengalami musibah. Ia trauma dan sedih.

"Aku lelah Arga. Aku ingin istirahat. Biarkan aku tidur barang sehari. Kepalaku teramat pusing."

Zuma pingsan di sebelah Arga. Wanita itu mengalami tekanan batin yang kuat sehingga ia pingsan.

"Zuma! Bertahanlah. Aku akan membawa kamu ke Rumah Sakit!"

Karena Zuma pingsan, Arga Dinata membawa Zuma ke Rumah Sakit kembali. Dua kali Zuma masuk rumah sakit karena ngedrop.

'Tuhan, malang sekali nasib wanita ini. Andai secepatnya Zuma menjadi istriku, pasti akan aku lindungi banyak orang yang menjaganya. Sekarang, apalah dayaku,' batin Arga sambil mengemudikan mobilnya dengan kencang agar sampai rumah sakit secepatnya.

Dua puluh menit kemudian, Zuma sudah sampai di rumah sakit. Arga memesan ruang VIP agar wanita itu nyaman dan tidak ada orang yang mengganggu.

***

"Aku di mana?"

Dua jam setelah di rumah sakit, Zuma mulai siuman. Di sampingnya, Arga masih setia menemaninya.

"Zuma, kamu sudah sadar? Kamu pingsan dan kondisi badan kamu ngedrop. Kamu butuh istirahat banyak. Jangan mikir yang aneh-aneh dulu. Ini ada apel buat kamu. Dimakan gih!" Arga tersenyum ketika Zuma mulai siuman. Arga mulai mengupas apel merah dan ia berikan kepada Zuma.

Zuma menatap hangat Arga sambil menerima apel pemberian Arga. "Terima Kasih, Tuan Arga. Kau sangat baik kepadaku. Aku ingin segera mengurus surat perceraian dengan Zaki. Aku ingin bebas dan tidak terkekang seperti ini."

Zuma masih saja memikirkan masalahnya. Ia menjadi depresi karena Zaki yang dzolim kepadanya.

Arga mendehem sambil memotong apel kecil-kecil. "Sudah kubilang, tenangkanlah pikiranmu dulu! Makan buahnya dihabiskan agar kamu tidak lemas. Aku punya pengacara handal yang akan membantu kamu di persidangan nanti. Yang jelas, Zaki harus mau ikut dalam persidangan tersebut!"

Arga menenangkan pikiran Zuma yang banyak masalah. Ia berusaha membantu memberi solusi atas masalah yang menimpa belahan jiwanya.

"Aku takut, Zaki tidak mau hadir ke persidangan, Arga? Kamu punya solusi?"

Zuma meminta solusi kepada Arga dengan penuh pengharapan.

"Tenang saja, temanku yang pengacara itu bisa membantu. Dia pandai membujuk orang agar bisa cepat ke persidangan. Dia sudah berpengalaman!"

Arga meyakinkan Zuma bahwa setiap masalah pasti ada solusinya.

"Terima kasih. Kamu nggak makan? Maaf, karena aku, kamu selalu repot."

Zuma tertunduk dan merasa berhutang Budi banyak kepada Arga yang selalu ada di setiap masalahnya. Ia selalu mendatangkan solusi dari setiap masalah yang muncul.

Arga tersenyum hangat dan menatap ke arah Zuma. "Aku senang membantu kamu. Aku tadi di rumah dah makan nasi goreng. Karena kamu sakit, sekarang aku nggak mood. Aku sangat mengkhawatirkan kondisimu saat ini."

Arga rela tidak makan demi Zuma. Makanpun terasa hambar karena ia sedang dilanda asmara.

"Tapi, Tuan Arga jangan telat sarapan ya? Aku juga sangat mengkhawatirkan kondisi Anda! Sisa apel yang kau beli, dimakan saja! Aku sudah makan apelnya!"

Zuma sangat terenyuh melihat pengorbanan Arga pada dirinya sehingga ia takut Arga kenapa-kenapa.

"Nggak. Aku lagi nggak mood makan , Zuma!" jawab Arga yang memang malas makan. Dia sedang dilanda asmara.

Drrtt Drrtt

Tidak lama, ketika Arga sedang menemani Zumairah di ruang VIP, ponsel milik Arga bergetar. Ia segera mengangkat telepon tersebut.

"Ada apa Mah?" tanya Arga kepada mamanya yang sedang menelepon.

"Kamu di mana? Cepat pulang atau aset perusahaan kamu akan Mama sita! Perusahaan yang kamu kelola masih di bawah kekuasaan keluarga Dinata! Kamu sepenuhnya belum menguasai saham, mengerti!"

Terdengar suara tegas dari sang Mama itu pertanda Reva Dinata sedang marah kepadanya. Dengan tegas, Reva Dinata menyuruh Arga untuk pulang. Sesuatu akan direncanakan oleh Reva.

Lanjut gak?