Kinan ibu muda berumur dua puluh enam tahun harus terjebak pada hubungan terlarang dengan seorang laki- laki karena keadaan ekonomi keluarganya yang sedang kacau. Dia terpaksa meminjam uang untuk biaya operasi sang anak dengan imbalan menyerahkan tubuhnya pada laki- laki tersebut karena dia tidak mampu mengembalikan uangnya. Sedangkan sang suami yang sejak dua tahun kena PHK harus kerja serabutan tiba- tiba menghilang entah ke mana. Mampukah Kinan menjalani hari- harinya seorang diri di tengah permasalahan yang tiada habisnya...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Kegilaan Wandi
Hati Kinan hancur begitu mendengar apa yang dikatakan oleh Andrew. Iya, dengan begitu mudahnya Andrew mengatakan padanya untuk menggugurkan kandungannya. Dia juga mengatakan istrinya sudah kembali dan sudah tidak membutuhkan dirinya lagi.
Ternyata apa yang kemarin dia lakukan bersama Kinan tidak ada artinya di mata Andrew. Dia hanya menginginkan kepuasan saja dan tak lebih dari itu. Setelah semuanya berlalu semua juga selesai begitu saja. Bahkan apa yang telah dia tanam dan tumbuh di dalam diri Kinan, Andrew pun sudah tidak perduli lagi.
Lalu apa yang harus Kinan lakukan sekarang..? Dia sudah seperti barang yang sudah rusak yang sudah tidak diperlukan lagi oleh pemiliknya.Kinan pun hanya bisa menangisi nasibnya. Menyesal yang tiada guna.
Tak terasa malam sudah mulai larut. Kinan masih saja duduk di lantai di depan apartemen Andrew menangisi dan menyesali apa yang telah dia lakukan bersama Andrew. Kalau dia tahu akhirnya akan seperti ini, dia pasti tidak akan melakukan perbuatan yang hanya membuatnya senang sesaat namun pada akhirnya membuatnya menyesal berkepanjangan.
Kinan lalu bangun dan berjalan pelan menuju lift. Begitu pintu lift terbuka Kinan langsung masuk ke dalam lalu turun menuju lantai dasar.
Beberapa saat kemudian Kinan sudah sampai dilantai dasar. Kinan pun segera meninggalkan kawasan apartemen. Kinan berjalan dengan gontai dan pikiran yang benar- benar kacau.
Malam semakin larut dan udara semakin dingin. Jalanan menuju perkampungan tempat tinggal Kinan pun terasa sepi. Toko- toko di pinggir jalan sudah tutup. Hanya ada beberapa pengendara motor yang melewati jalanan tersebut.
Kinan berjalan tidak memperhatikan sekelilingnya. Dia hanya jalan mengikuti kakinya melangkah menuju perkampungan rumahnya yang masih lumayan jauh. Apa lagi Kinan berjalan sangat pelan karena tiba- tiba perutnya kram.
Kinan berhenti sebantar untuk istirahat karena perutnya semakin terasa tidak enak.
"Auw..." Kinan meringis merasakan perutnya tidak nyaman.
Tiba- tiba dari arah belakang ada sepeda motor yang menuju ke arahnya dan berhenti di depannya.
"Kinan..." ucap si pengendara motor tersebut, seorang laki-laki memakai helm sehingga Kinan tidak mengenalinya.
Laki- laki itu pun membuka helmnya
"Mas Wandi...?" tanya Kinan sambil memegangi perutnya.
"Kamu dari mana Kinan, malam- malam begini kok ada di jalan...?" tanya Wandi.
"A..aku habis dari rumah teman mas..." jawab Kinan sambil menggigit bibir bagian bawah karena perutnya semakin terasa tidak nyaman.
"Dari rumah teman apa dari rumah selingkuhan...?" tanya Wandi sambil tersenyum genit sambil mencolek dagu Kinan.
"Mas Wandi bicara apa sih..?" Kinan merasa kesal lalu menepis tangan Wandi.
"Udahlah Kinan, nggak usah sok jual mahal gitu sama saya dong. Kamu pikir saya nggak tahu apa, kalau kamu sudah jadi simpanan majikan kamu hah..?" ucap Wandi lalu memegang tangan Kinan.
Wandi
"Mas, kamu jangan kurang ajar sama saya dong mas, lepaskan tangan saya..!'' teriak Kinan.
"Kamu dibayar berapa sama majikan kamu sekali main..?" tanya Wandi semakin mendekatkan tubuhnya pada Kinan.
Kinan pun merasa takut dan mundur beberapa langkah untuk menghindari Wandi. Iya, Wandi memang mengetahui kalau Kinan menjadi simpanan majikannya dari satpam apartemen. Kebetulan salah satu satpam di sana adalah temannya Wandi. Satpam teman Wandi itu beberapa kali melihat Kinan pergi dengan Andrew dan bermesraan di dalam mobil.
"Denger- denger kamu sekarang udah nggak dipakai lagi sama majikan kamu ya, boleh dong mas Wandi nyicipin kayak gimana rasanya tubuhmu Kinan. Kayaknya enak banget deh..." ucap Rangga sambil menarik tangan dan pinggangnya sehingga tubuhnya menempel dengan tubuh Kinan.
"Mas Wandi apa yang kamu lakukan lepaskan saya...!" teriak Kinan.
"Belagu banget sih Kinan, mentang-mentang suka dipake sama majikan yang duitnya banyak ,kamu nggak mau dipakai sama saya..? Udahlah jangan sok jual mahal gitu. Saya juga bisa bayar kamu Kinan. Kamu pikir saya nggak punya duit hah...?" ucap Wandi mencoba mencium Kinan namun Kinan langsung menampar muka Wandi dengan keras.
"Plakk..."
"Auw...kurang ajar kamu Kinan...! p*l*c*r saja sok- sokan jual mahal begitu. Pake segala pilih- pilih pelanggan. Harusnya yang mananya p*l*c*r itu harus mau dipakai oleh siapa saja, yang penting dibayar kan... ! Kamu ini nggak profesional...!!" Wandi terlihat marah.
Kinan lalu mendorong tubuh Wandi hingga Wandi hampir jatuh. Dengan cepat Kinan pun lari meninggalkan Wandi.
"Kurang ajar..hei Kinan jangan lari kamu...!" seru Wandi mengejar Kinan.
Kinan berlari dengan cepat sambil memegangi perutnya yang masih kram. Dia bingung, jika lari mengikuti jalan pasti dia akan tertangkap karena larinya Wandi lebih cepat dibanging dia.Jika ingin mencari tempat sembunyi pun Kinan bingung mau sembunyi di mana. Sementara Wandi masih terus mengejarnya dan jaraknya kini sudah semakin dekat dengan Kinan.
Wandi seperti orang kesetanan, dia terus mengejar Kinan dan meninggalkan sepeda motornya begitu saja di pinggir jalan.
Kinan menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari tempat persembunyian. Kinan pun melihat ada gedung kosong bekas konveksi. Kinan lari dan masuk ke dalam gedung kosong itu untuk bersembunyi.
Wandi pun kehilangan jejak Kinan. Dia bingung mengapa Kinan tiba- tiba menghilang. Padahal setahu dia tadi Kinan berada tidak jauh darinya.
"Ke mana dia...?" gumam Wandi dengan nafas ngos- ngosan sambil menengok ke kiri dan ke kanan mencari Kinan.
"Hah...jangan- jangan dia sembunyi di gedung itu..." ucap Wandi lalu dia segera lari ke arah gedung kosong tersebut untuk mencari Kinan.
Sementara Kinan yang sudah berada di dalam gedung kosong itu mencari tempat yang aman untuk bersembunyi. Di dalam sana masih ada beberapa barang yang sudah lama tak terpakai. Ada beberapa papan kayu yang disenderkan ke tembok. Ada tumpukan karung yang entah apa isinya. Dan tumpukan kardus- kardus bekas.
Dalam gelap dan hanya sedikit penerangan yang berasal dari lampu pinggir jalan, Kinan mencari persembunyian di dalam sana. Dia lalu bersembunyi di balik tumpukan kardus yang besar- besar itu. Di sana lah dia yakin akan aman dari jangkauan Wandi.
Kinan diam sambil berjongkok di balik tumpukan kardus sambil sesekali meringis karena perutnya bertambah sakit. Sementara Wandi masuk ke dalam gedung itu mencari Kinan.
"Kinan di mana kamu..? Jangan coba- coba kau menghindariku ya...! Sembunyi di mana kamu, ayo keluar....!!" seru wandi terus mencari Kinan sambil menyalakan senter di ponselnya.
"Ayolah Kinan kenapa kau lari dariku..? Kau tidak usah takut. Aku ingin memberikanmu kenikmatan, Aku jamin kau akan puas main denganku Kinan..." ucap Wandi.
Berberapa lamanya dia mencari Kinan ke seluruh ruangan, akhirnya dia dapat menemukan Kinan juga. Iya tentu saja dia dengan cepat dapat menemukan Kinan. Karena gedung itu tidak terlalu besar.
"Ternyata di sini kamu rupanya hah...!" ucap Wandi sambil menarik tangan Kinan.
"Mas, tolong lepaskan aku mas....! Tolong jangan sakiti aku..." Kinan merasa sangat panik dan takut apa yang akan dilakukan oleh Wandi padanya.
"Siapa yang akan menyakitimu Kinan, justru aku akan membuatmu enak dan melayang..." ucap Wandi lalu memeluk tubuh Kinan dan m*nci*mi bibirnya dengan rakus.
"Hemp...lepas.....kan...hemp...." Kinan berusaha memberontak tapi lagi- lagi Wandi menci*m* nya dengan lebih rakus lagi sehingga Kinan hampir kehabisan nafas.
Karena sudah tidak sabar untuk m*n*km*ti tubuh Kinan, Wandi pun mendorong tubuh Kinan hingga jatuh terlentang di atas tumpukan karung yang berjejer.
Dengan cepat Wandi menanggalkan busana yang dia pakai. Kinan semakin panik tapi dia tidak bisa bangun karena perutnya masih kram dan bertambah sakit. Wandi pun mendekat ke arah Kinan dengan wajah penuh n*fs*.
"Mas Wandi apa yang mau kamu lakukan..? Tolong jangan lakukan itu mas...! Tolong....!" teriak Kinan sambil berharap ada orang yang mendengar teriakannya.
Dengan cepat Wandi merobek baju Kinan dan menyingkirkan pakaian bawah Kinan.
"Mas Wandi tolong... Tolong jangan lakukan itu mas aku mohon..." ucap Kinan sambil menangis.
Tapi sayangnya Wandi tidak memperdulikan kata- kata Kinan. Dia sudah dirasuki oleh setan. Wandi bagaikan singa yang kelaparan yang siap menubruk mangsanya dengan ganas. Iya, selama ini diam- diam Wandi memang naksir dengan istri temannya itu. Di matanya Kinan begitu cantik dan menggoda.
Tapi dia sadar kalau Rangga adalah teman baiknya. Jadi dia mencoba menutupi perasaannya terhadap Kinan. Tapi begitu dia tahu Rangga menghilang ,dia berusaha untuk meyakinkan Kinan bahwa sang suami telah pergi bersama wanita lain. Supaya dia bisa mendekati Kinan.
Apa lagi setelah dia tahu bahwa Kinan menjadi simpanan majikannya, dia semakin berani mendekati Kinan dan ingin juga ikut menikmati apa yang ada pada diri Kinan.
Dengan cepat Wandi sudah berada di atas Kinan dan melakukan apa yang dia inginkan selama ini dengan penuh hasrat. Sementara di bawah sana Kinan terus berteriak dan berusaha untuk memberontak. Walaupun pada kenyataannya tenaganya kalah dari Wandi.
Kinan pun tidak bisa berbuat apa- apa selain berteriak karena kesakitan di daerah sensitifnya.
"Aakkkkkrrhhhh... Sakiitttttt.....tolongggg...." Kinan berteriak minta tolong dan menangis dengan pilu.
Sementara Wandi sama sekali tidak perduli dengan teriakan dan rintihan Kinan. Dia terus bergerak dengan cepat di atasnya sambil m*nc*um* bibir dan leher Kinan hingga banyak sekali tanda merah di sana.
"Sakiiiiiitttt....tolonggggg....tolongggg... akkkhhhhrrkkk..... Saaakiiitttt... Hentikaaannn....! " kinan terus menjerit tak tahan dengan rasa sakit di daerah sensitifnya dan juga di perutnya.
Sementara itu di waktu yang sama tapi di tempat yang berbeda, di kediaman bu Ratih Raka bangun di tengah malam lalu menangis mencari ibunya. Rangga dan bu Ratih sampai kuwalahan untuk menenangkan Raka.
Karena selain menangis sambil memanggil sang ibu, Raka juga mengamuk memukul- mukul Rangga dan bu Ratih jika mereka mendekatinya.
"Huaa....hua....ibuuuuuu....ibuuuu....." Raka menangis dengan suara keras memecah keheningan malam.
"Sayang, cup sayang.. sudah ya jangan nangis ya...." Rangga berusaha menangkan Raka dengan mengusap- usap punggungnya.
Bukannya berhenti, tapi Raka menangis lebih keras lagi dan memukul - mukul tangan Raka. Begitu pun dengan bu Ratih yang mencoba untuk membantu Rangga menenangkan sang cucu tak luput dari amukan Raka.
"Rangga.. Anak kamu kenapa sih, kok nangisnya sambil ngamuk begitu, kaya orang kesurupan saja..." bu Ratih merasa jengkel karena biarpun Raka masih kecil dan usianya baru mau empat tahun tapi sakit juga ketika tangannya memukul.
"Rangga juga nggak tahu bu, tiba- tiba Raka bangun tidur langsung nangis. Ibu jangan bicara sembarangan dong bu, ini kan tengah malam..." Rangga kesal juga dengan sang ibu.
"Ya sudah urusi saja tuh anak kamu, suruh diam, ibu pusing... malam- malam begini nangis nggak berhenti- berhenti. Nggak enak kalau kedengaran tetangga. Nanti dikira kita sedang menyiksa dia..." ucap bu Ratih.
Bersambung...
🌺🥰 Jangan lupa dukungannya ya 🌺🥰
*novel SELINGKUH, suami selingkuh kau laknat dan beri balasan setimpal, tiada maaf karakter istri kau buat tegas dan kau membuat istri membalas juga dan kau benarkan itu, kau hadirkan lelaki lain yang baik pada sangat istri dan lelaki lain (pebinor) berhasil menggantikan posisi sang suami
banding
*novel ini konfliknya istri yang selingkuh tapi kau lakukan berbagai cara untuk membela sang istri dan kau buat karakter suami jadi lelaki bodoh udah diaslingkuhi ujungnya2 sang suami juga yang mengemis dan berjuang untuk istri jahanamnya dan kau tidak berani hadirkan wanita lain yang baik pada sang suami
dari dua novelmu ini saja kita bisa melihat betapa egois, munafik, dan tidak adilnya pola pikir dan karakter mu