Apa yang kau harapkan dari seseorang yang pergi tanpa pamit?Tidak menyangka Naura bertemu kembali dengan sang mantan suami. Ardan,
saat anaknya menceritakan seorang pria baik yang ia kenal. Namun, di balik kemarahannya pada Ardan, ada perasaan yang sulit di mengerti oleh Naura.
memutuskan untuk menghilang tetapi takdir selalu mempertemukan. Meski masih tidak suka dengan kelakuan Ardan. Rasa bersalah yang di tunjukkan Ardan, membuat Naura mencoba memaafkan kembali.
Dan Ardan juga mencari tahu alasan pergi tanpa pamit yang di lakukan oleh Naura.
Ketika keduanya sudah mendapatkan jawabannya. Apakah dunia akan setuju bahwa itu adalah hal yang tepat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ylfrna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelengkap Dari Semua Kekejaman
Hujan, Naura setengah berlari ke sebuah bangunan kosong. Disana ada pria berjas hitam yang sedang berdiri membelakangi jalan. Pria itu memiliki bahu lebar dan tampak menarik jika di lihat dari belakang.
Naura mengibaskan rambutnya yang basah, Tiba-tiba pria itu membalikkan badannya dan langsung membuat Naura diam tak bersuara.
Dia adalah sosok yang mengerikan, sekali lagi dia adalah mantan suami yang mengerikan, dari satu sisi penglihatan yang baik, dia bagaikan jelmaan seorang pangeran, mata hitamnya, rambut hitamnya, otot-otot tangannya dan tubuh tegap, semuanya sempurna. Dan dari penglihatan yang buruk, ia adalah pelengkap dari semua kekejaman.
"Nau-Naura?" Ucap Ardan sambil menyeringai
Naura masih menatap Ardan, sudah lama Naura menghilang dari pandangannya. Kenapa dengan semesta? Kenapa selalu mempertemukan dengan dia yang ingin di lupakan!
"Naura kau banyak berubah, tetapi dari banyak hal yang berubah kenapa aku masih merindukan mu?" Tanya Ardan sembari mengacak rambut Naura, Naura langsung berhenti melamun
"Apa kau butuh pelukan?" Tanya Ardan menggoda Naura yang hanya diam membisu
"M-maaf" Ucap Naura membalikkan badannya untuk segera pergi. Namun, cekalan tangan Ardan berhasil menahannya
"Ini masih hujan, aku tau kau gampang sakit jika terkena hujan" Kata Ardan dengan nada lembut
"Tolong singkirkan tanganmu, aku tidak ingin kesalah pahaman di antara kita"
Ardan tersenyum manis "Baiklah aku paham" Ardan melepaskan cekalan tangannya
Tiba-tiba,
"Naura maafkan aku, hanya saja aku benar-benar merindukan mu" Ucap Ardan sembari merangkul pinggang ramping Naura, sehingga mereka menjadi lebih dekat
"Aku juga merindukan Alan dan Alana, tiga tahun ini kau kemana? Dan dimana anak-anakku?"
Sebisa mungkin Naura keluar dari pelukan Ardan, "Tunggu sebentar, aku rindu" Ucap Ardan
"Naura jawab aku, kau kemana selama tiga tahun ini? Kau sehat? Anak-anak kita sehat?" Tanya Ardan melembutkan suaranya
"Lepaskan aku" Suruh Naura
Ardan melepaskan pelukan, lalu menatap Naura penuh cinta. Kemudian ia tersenyum bahagia
Tiba-tiba Naura tersenyum "Sekarang Alan dan Lana sudah masuk sekolah dasar, dia bertambah tampan dan cantik"
"Aku bersyukur, dimana mereka?" Tanya Ardan
"Dia masih di negara orang"
"Kau meninggalkan mereka?"
"Hanya hari ini, nanti malam aku akan kembali lagi. Aku hanya ada pekerjaan sebentar"
"Kau akan meninggalkan aku seorang diri lagi?"
"Bukankah sudah seharusnya?"
"Naura tidak bisakah kau tinggal denganku? Aku sudah cukup tersiksa dengan penantian ini"
Naura tertawa getir
"Tetapi aku sudah cukup bahagia dengan hidupku ini, Ardan tidak bisakah kau membiarkan aku bahagia?" Tanya Naura
"Apa bahagiamu tanpa aku?"
Naura mengangguk
"Naura? Jika kau kembali ke masa lalu apa kau akan memilih menikah denganku?" Tanya Ardan tiba-tiba
Naura tersenyum "Aku akan tetap memilih menikah denganmu"
"Walau dengan berbagai penyiksaan?"
"Iya"
"Kenapa?"
"Karena hadiahnya ada Alan dan Alana, dia duniaku , dan mereka juga sumber kebahagiaan ku?"
Ardan tertawa getir
"Lalu bagaimana dengan aku? Bukankah sumber bahagia mu juga hasil dariku? Jika tidak ada aku mereka tidak ada. Naura, ada hak aku di sumber kebahagiaan mu"
"Kau tidak boleh egois! Bagaimana pun juga dia anakku, dia juga sumber kebahagiaan ku? Jika kau tidak bisa hidup bersamaku lagi, itu pilihan mu. Tetapi tidak dengan anakku"
Naura terdiam
"Dulu, bukannya kau tidak menginginkan mereka?" Tanya Naura
"Jika aku tidak menginginkan mereka, aku tidak akan menyentuhmu malam itu. Aku tidak ingin kau kesepian di rumahku. Aku ingin mengabulkan keinginan mu"
"Pembohong, aku tau kau saat itu sedang mabuk"
"Iya, tetapi kenyataannya aku sadar saat melakukan bersamamu!"
Tinn.. Tinn..
Suara klakson mobil membuyarkan mereka. Hujan belum juga reda, mereka berdua sama-sama melihat ke arah mobil tersebut. Seorang pria keluar dari mobil. Ia membawa payung menuju ke arah Ardan.
Saat ia menepikan payungnya, Naura tersenyum ikhlas dan bergumam "Terimakasih Leonel kau masih hidup"
Begitu juga Leonel, ia tersenyum teramat manis menatap Naura sembari bergumam "Terimakasih Naura kau masih hidup, terimakasih delapan tahun ini kau selalu sehat"
"Leonel katanya kau mau cuti menemani istrimu? Silahkan ambil cuti mu hari ini"
"Kau sudah memiliki istri?" Tanya Naura tiba-tiba
Leonel tersenyum "Iya, maaf ya"
"Kenapa kau meminta maaf kepadanya?" Tanya Ardan kembali curiga
Naura menutup mulut Ardan dengan telapak tangannya
"Tidak apa? Apa kau sudah memiliki anak?" Tanya Naura kembali
Leonel mengangguk "Sudah"
"Aku juga" Ucap Naura
"Kau menikah lagi? Berapa orang anakmu sekarang?" Tanya Leonel penuh semangat
Sedangkan mulut Ardan masih di bekap oleh Naura
"Dua? Kau bagaimana?"
"Aku juga dua" Leonel tersenyum
"Btw, selamat atas pernikahan mu Leo"
"Naura, terimakasih!"
"Silahkan bicara" Ucap Naura menatap Ardan
"Sejak kapan kalian saling dekat?" Tanya Ardan
"Aku tidak ada waktu menjawab pertanyaan mu, aku buru-buru" Sela Naura kemudian berlari menerjang hujan
Ardan merebut payung dari tangan Leonel kemudian mengejar Naura.
"Kau akan sakit?" Ucap Ardan sembari memayunginya
"Ardan aku mau pergi, lepaskan aku"
"Naura berhenti keras kepala? Aku antar ya"
"Tidak perlu"
"Kau benar-benar ya" Kemudian Ardan membuang payung tersebut, mengangkat tubuh Naura ke bahunya
"Ardan turunkan aku"
"Jika kau berisik lagi, aku akan melempar badanmu"
Naura diam sembari mengikuti kemana Ardan akan membawanya
"Cepat" Teriak Ardan ke arah Leonel. Ardan mendudukkan Naura di sampingnya sedangkan Leonel menyopirkan mereka berdua
"Antar ke rumah"
"Kenapa ke rumah" Tanya Naura
"Katanya kau ikut penerbangan malam, ini masih jam tiga, kau masih ada waktu untuk istirahat"
"Ardan, aku kesini karena pekerjaan bukan main-main, jadi hentikan. Aku masih ada pekerjaan"
Ardan tidak menghiraukan Naura
"Leonel hentikan mobilnya"
Leonel juga tidak memberikan reaksi
"Ardan aku mohon hentikan" Suruh Naura memohon
"Baiklah, kau mau kemana akan ku antarkan"
Naura terdiam cukup lama, ia ingin menyembunyikan kepada Ardan soal penyakit yang di alami Alana. Tetapi bagaimana pun juga, Ardan juga berhak tau soal anaknya
"Naura kau mau kemana?" Tanya Ardan sekali lagi
Naura menatap Ardan, tiba-tiba saja ia menangis. Ardan kebingungan dan merasa bersalah
"Maafkan aku" Ucap Ardan
Ardan memajukan sedikit duduknya, lalu menghapus air mata Naura "Maafkan aku mengasari mu lagi" Permintaan maafnya begitu tulus
Tiba-tiba saja Naura memeluknya, Ardan terdiam. Apa yang terjadi?
"Alana, Alana"
"Alana kenapa"
Tangisan Naura semakin kencang, Ardan mulai khawatir
"Lana terkena kanker sumsum tulang belakang"
"Apa yang kau katakan?" Tanya Ardan menatap wajah Naura yang sembab
"Lana sekarang di rumah sakit dan aku sedang berusaha mencari orang yang bisa melakukan transplantasi sumsum tulang untuk Lana,, aku sudah mengelilingi beberapa rumah sakit tetapi tidak ada yang cocok"
"Bagaimana ini Ardan?"
Untuk sesaat Ardan tidak bisa menyembunyikan rasa keterkejutannya. Tiga tahun menghilang tiba-tiba anaknya jatuh sakit.
"Ada aku Naura, aku Papanya, aku rela mendonorkan apa saja kepada anakku"
Naura bernafas lega, kemudian menyeka air matanya
"Tetapi?" Ucap Ardan
"Tetapi apa?"
"Setelah sembuh Alana akan tinggal bersamaku?"
"Omong kosong apa yang kau ucapkan?"
siapa yg mo daftar lagi masih dibuka nih😌