NovelToon NovelToon
Takdir Cinta Yang Salah

Takdir Cinta Yang Salah

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / One Night Stand / Selingkuh / Pelakor / Dijodohkan Orang Tua / Kontras Takdir
Popularitas:25.8k
Nilai: 5
Nama Author: Lucky One

Keidupan normal Karina gadis 17 tahun yang baru saja putus cinta seketika berubah, Dengan kedatangan Dion yang merupakan artis terkenal, Yang secara tidak terduga datang kedalam kehidupan Karina, Dion yang telah mempunyai kekasih harus terlibat pernikahan yang terpaksa di lakukan dengan Karina, siapakah yang akan Dion pilih?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nenek Gila

"Rin, lo ke mana aja? Bikin gue panik setengah mati!" ujarnya dengan nada kesal namun penuh kelegaan.

"Lepasin dulu, gue nggak bisa napas," ucap Karina sambil mencoba melepaskan diri dari pelukan Dion yang terlalu erat. Dion buru-buru melonggarkan pelukannya, tapi saat itu, Karina menyadari sesuatu yang aneh.

"Dion... kok celana lo basah?" tanya Karina, kebingungan melihat noda basah di celana Dion.

Dion tertawa kecil, wajahnya memerah malu. "Hehe, gue... ngompol, Rin."Karina mendesah, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "Serius lo? Ngompol? Anjir, Dion, lo kayak anak kecil aja." Dion mencoba membela diri. "Ya gimana, lo dateng dateng kayak kunti gitu, gue panik!"Karina hanya menggeleng, setengah kesal, setengah tak percaya. "Gue tuh tadi cuma nyari makanan. Takut lo kelaperan di jalan," jawabnya, masih tak habis pikir bagaimana bisa Dion ngompol karena ketakutan.

Setelah insiden tadi, Dion dan Karina kembali masuk ke dalam mobil. Dion sedang sibuk mengganti celananya di kursi belakang. "Udah belum? Gue nggak mau lihat hal-hal yang nggak perlu," ujar Karina sambil menutup matanya erat-erat."Rin, lo serius ngasih gue rok?" protes Dion dengan nada kesal. Di tangannya, sebuah rok berwarna terang yang jelas jelas bukan pakaian untuk pria.

"Ya gimana lagi? Gue cuma bawa rok. Nanti kalau kita nemu toko baju di jalan, beli aja," sahut Karina, mulai jengkel dengan Dion yang terus mengeluh.

"Burung gue kedinginan, Karina," gumam Dion polos, tanpa sedikit pun menyadari konsekuensi ucapannya.

Karina mengernyit bingung. "Burung? Burung apaan?"

Dion menunjuk ke arah bawahnya dengan santai. "Ya ini, burung gue."Seketika, Karina menjerit. "Dion! Mesum lo!" Tanpa pikir panjang, ia memukul Dion dengan tasnya, keras.

"Aduh, Rin! Kan cuma becanda!" Dion mengeluh sambil mengusap bagian yang dipukul. "Sakit nih, aset gue kena."Meskipun kesal, Karina tak bisa menahan senyum tipis di sudut bibirnya. "Becanda apaan itu, dodol."Dengan suasana yang sedikit mencair, mereka melanjutkan perjalanan malam yang sunyi. Karina mengambil kantong kertas berisi makanan yang tadi ia beli. "Nih, makan," katanya sambil menyodorkan bungkusan itu ke arah Dion.

"Gimana gue makannya? Gue lagi nyetir, Rin," jawab Dion, masih fokus dengan jalanan yang gelap. "Lo suapin gue lah."Karina mendesah, jelas enggan. "Yaudah, nih..." katanya dengan setengah hati, mulai menyuapi Dion sambil mengarahkan sendok dengan canggung.

"Lo ga ikhlas banget nyuapinnya," sindir Dion sambil tersenyum kecil, meskipun ia menikmati setiap suapan yang Karina berikan. Karina hanya mendengus, tapi di dalam hatinya, ada rasa hangat yang tak bisa ia sembunyikan. Sementara itu, di rumah, Mamah Sindy tak henti-hentinya berkeliling di depan pintu utama. Sejak sore, ponselnya tak lepas dari genggaman, mencoba menghubungi Karina dan Dion yang belum juga memberi kabar hingga larut malam.

"Aduh, Karina sama Dion ke mana, sih? Kok belum pulang-pulang?" gumamnya cemas, mondar-mandir di teras dengan wajah penuh kekhawatiran. Ia menanti kabar dari anak dan menantunya yang menghilang seharian."Bu, sudah malam. Sebaiknya Ibu tunggu di dalam aja," ujar salah satu pembantu rumah tangga dengan nada lembut, prihatin melihat Mamah Sindy yang sejak tadi tak beranjak dari luar.

Namun, sebelum Mamah Sindy sempat menjawab, suara mobil terdengar mendekat di jalanan sepi. Di sisi lain, Karina dan Dion akhirnya tiba di kampung keluarga dari pihak ayah Karina.

"Ini rumahnya yang mana, sih?" tanya Dion sambil mengerutkan dahi, matanya mengamati deretan rumah-rumah tua yang tampak serupa.

Karina ikut kebingungan, menatap sekeliling dengan sedikit panik. "Sumpah, gue lupa. Terakhir ke sini waktu gue masih kecil banget," jawabnya sambil mengingat-ingat."Yaudah, tanya warga aja," saran Dion.Tak lama, seorang petani tua berjalan mendekati mereka. Matanya berbinar ketika mengenali wajah Dion. "Ini artis, ya?" tanyanya dengan antusias.

Dion tersenyum ramah, terbiasa menghadapi penggemar. "Iya, Pak," jawabnya sopan. "Masya Allah, boleh minta foto, nggak?" tanya si petani dengan senyum lebar."Boleh, Pak, boleh," jawab Dion sambil merapikan posisi berdirinya."Cekrek!" Petani itu mengambil foto dengan senang hati. "Makasih banyak ya, kamu ganteng banget!" puji si petani tulus.

Dion tertawa kecil. "Makasih, Pak."Namun, Dion segera mengalihkan pembicaraan. "Pak, saya boleh tanya nggak? Rumah keluarga Bapak Ramlan di sebelah mana, ya?"Mendengar nama itu, si petani mengerutkan kening. "Ramlan? Ramlan yang anaknya si nenek tua gila itu? "Nenek tua gila?" tanya Karina, bingung dan sedikit khawatir. Petani itu mengangguk. "Iya, jalan aja lurus, nanti ada pertigaan, belok kanan. Rumah cat kuning, itu rumahnya si Ramlan."Karina dan Dion saling bertukar pandang, sedikit ragu, namun mereka mengangguk berterima kasih kepada si petani. Mereka segera melanjutkan perjalanan, menuju rumah yang dimaksud, meskipun perasaan mereka mulai dipenuhi rasa penasaran dan kecemasan.

"Yaudah, Pak. Terima kasih atas informasinya," ujar Dion dengan sopan sebelum melanjutkan perjalanan bersama Karina. Mereka mengikuti arah yang diberi si petani, menuju rumah bercat kuning yang terlihat agak lusuh di ujung jalan."Kayaknya ini rumahnya," gumam Karina, sedikit ragu saat memandang rumah itu yang tampak tidak terurus. Ia berdiri di depan pintu dan mengetuknya dengan hati-hati, "Tok, tok, tok."Tak lama kemudian, pintu terbuka dengan suara berderit, menampakkan seorang wanita paruh baya dengan pakaian yang berantakan. Wajahnya kusut, rambutnya acak-acakan, dan matanya tampak kosong.

"Ini nenek?" Karina berbisik pada dirinya sendiri, merasa asing dengan wanita itu. Terakhir kali ia melihat neneknya adalah saat ia masih kecil, ketika orang tuanya, Mira dan Ramlan, masih bersama.

"Kamu siapa?" tanya wanita tua itu, tatapannya tajam namun kosong.Karina menarik napas panjang, mencoba mengingat wajah wanita itu. "Saya anaknya Ibu Mira... apa Ibu ada di sini?" tanyanya dengan harapan.

Wanita itu tertawa terbahak-bahak tanpa sebab yang jelas. "Orang itu kemarin juga nyari si Ramlan dan anaknya. Udah saya kasih tahu kalau si Ramlan udah jual anaknya, si Desi, eh dia malah nangis-nangis kayak orang gila."Karina tercekat mendengar ucapan wanita itu. Kata-kata 'jual anak' terasa seperti palu yang menghantam keras di kepalanya. "Jual anak?" gumamnya, tak percaya dengan apa yang ia dengar.

1
putri cobain 347
absen kk, follback kak
Cmp
Karina sekali-kali nonton Filem india tu
Sof Tia
mampir keceritaku yah jangan lupa
Fa.NT
Ceritanya luar biasa
Fa.NT
bener bener patah hati
Fa.NT
lagi putus cinta Bu, kasian anak mu ini pilu
Sakuya Wish
seru banget, gak bosen bacanya
naya
lanjuttttt thor
Essy Kehi🦋
ceritanya menarik
Lucky One: makasih 🙂
total 1 replies
semangat
keen
satu episode nya terlalu sedikit 🥲
Kia Shoji
Smngat..
Heart Attack
seru sih sejauh ini
spiderwomen
dih ricky🤨
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!