Istri yang tak dihargai adalah sebuah kisah dari seorang wanita yang menikah dengan seorang duda beranak tiga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sulastri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kemarahan yang membuncah
Kabar itu datang seperti petir di siang bolong bagi Hesty. Seorang tetangga yang tak sengaja melihat Dody sedang bersama Ony dan anak-anaknya, membagikan uang dengan senyum lebar, menceritakan hal tersebut kepada Hesty.
Hesty terdiam mendengar kabar itu, jantungnya berdetak kencang. Rasa sakit dan marah membuncah dalam hatinya. Bagaimana bisa Dody, yang selama ini selalu bilang tak punya uang, tiba-tiba membagi-bagikan uang pada anak-anaknya dengan Ony, sementara di rumah, ia dan anaknya hidup dalam kekurangan?
Dengan tangan gemetar, Hesty menggenggam erat baju bayinya yang tertidur di sampingnya. Air mata mulai menggenang di sudut matanya, tapi ia berusaha menahannya. "Jadi selama ini, aku dan anak kita diabaikan... sementara mereka hidup nyaman?" gumamnya pelan, suaranya hampir tak terdengar.
Hesty merasa kecewa dan marah, tapi lebih dari itu, ia merasa sangat dikhianati. Semua pengorbanannya untuk mempertahankan rumah tangga ini terasa sia-sia. Dody yang ia kira akan berubah setelah mereka menikah sah, ternyata hanya memanfaatkannya.
Sore itu, Hesty duduk di pojok kamar dengan tatapan kosong. Ia tak tahu apa lagi yang harus diperbuat. Satu hal yang jelas: ia tak bisa terus hidup dalam keadaan seperti ini.
Setelah mendengar kabar tentang Dody, Hesty merasa putus asa dan bingung. Dengan berat hati, ia memutuskan untuk mencari pekerjaan tambahan untuk memenuhi kebutuhan anaknya, meskipun ia tahu itu tidak akan mudah.
Di tengah-tengah kesibukan mencari pekerjaan dan berjuang untuk kebutuhan sehari-hari, Hesty juga menghadapi tantangan emosional. Rasa sakit hati dan kecewa membuatnya sering merenung, terutama saat malam tiba. Ia merasa terjebak dalam situasi yang tidak ada jalan keluarnya.
Suatu malam, setelah bekerja seharian, Hesty kembali ke rumah dan mendapati anaknya tertidur lelap di tempat tidur. Ia duduk di samping anaknya, mengelus rambutnya, dan mencoba menenangkan diri. Dalam hatinya, ia berdoa untuk mendapatkan kekuatan dan petunjuk tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Keesokan harinya, saat Hesty sedang berjualan, Ana datang menjenguknya. Ana bisa melihat betapa kelelahan dan stresnya Hesty.
"Ada apa, Hesty? Kamu kelihatan sangat letih," tanya Ana dengan penuh kepedulian.
Hesty memaksa senyum, meski wajahnya menunjukkan kelelahan. "Hanya beberapa masalah kecil. Tapi aku harus terus berjuang untuk anakku."
Ana, yang tahu betapa sulitnya situasi Hesty, menawarkan dukungan. "Kalau kamu butuh bantuan atau sekadar teman untuk berbicara, aku ada di sini. Jangan ragu untuk menghubungiku."
Hesty merasa sedikit terhibur oleh tawaran Ana. Dukungan dari sahabatnya memberinya sedikit kekuatan untuk menghadapi hari-hari sulit yang akan datang. Meskipun situasinya masih belum membaik, ia tahu bahwa ia tidak sendirian dan ada orang yang peduli padanya.
Setelah Hesty mendengar kabar dari Ana tentang Dody yang makan bersama Ony, Hesty semakin merasa terpuruk. Dia merasa terabaikan dan mulai kehilangan harapan.
Suatu hari, Hesty bertemu Ana yang memberikan informasi baru. Ana terlihat khawatir ketika mengatakan, "Hesty, aku lihat Dody makan bersama Ony lagi. Aku benar-benar tidak mengerti kenapa dia terus seperti ini."
Hesty menghela napas, matanya tampak lelah. "Aku sudah tahu, Ana. Aku hanya merasa semakin terpuruk. Dody tidak pernah benar-benar mengubah sikapnya. Dia tetap cuek dan seakan-akan tidak pernah bertemu Ony."
Ana mencoba menghibur Hesty, "Kamu harus tetap kuat. Mungkin ada cara lain untuk menyelesaikan masalah ini. Cobalah berbicara lagi dengan Dody atau mencari solusi lain."
Hesty mengangguk, tetapi tampak putus asa. "Aku sudah mencoba berbicara, tapi Dody hanya menjawab dengan nada yang sama. Dia seperti tidak mau mengakui masalah yang sebenarnya. Aku merasa semakin kesulitan."
Sementara itu, Dody tetap bersikap seperti biasa. Dia datang ke rumah hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar, tanpa menunjukkan perubahan berarti. Hesty sering merasa cemas dan frustasi karena dia terus melihat Dody tidak memperlihatkan kepedulian lebih lanjut.
Dalam kesehariannya, Hesty berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan anaknya dan mencari tambahan penghasilan, meskipun situasi rumah tangga mereka semakin menambah beban pikirannya. Dia berdoa dan berharap agar suatu saat Dody bisa berubah atau setidaknya, situasi hidupnya membaik.