Tak pernah terpikirkan sebelumnya jika Aruna harus menikah setelah kehilangan calon suaminya 1 tahun yang lalu. Ia dengan terpaksa menyetujui lamaran dari seorang pria yang ternyata sudah beristri. Entah apapun alasannya, bukan hanya Aruna, namun Aryan sendiri tak menerima akan perjodohan ini. Meski demikian, pernikahan tetap digelar atas restu orang tua kedua pihak dan Istri pertama Aryan.
Akankah pernikahan tanpa cinta itu bertahan lama? Dan alasan apa yang membuat Aruna harus terjebak menjadi Istri kedua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Trilia Igriss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Acara keluarga
"Mas... nanti, kamu sama Aruna aja ya yang hadir. Aku gak enak badan soalnya." Ujar Gita tiba-tiba. Sudah hampir 2 bulan suaminya menikahi wanita lain, Ia merasa hubungan mereka sedikit renggang. Ternyata ungkapan bunga baru lebih menggoda itu benar nyata. Dan selama itu pula, Aryan belum mendapat jawaban siapa yang selalu mengirimkan hadiah-hadiah untuk Aruna.
"Kalau kamu gak ikut, aku juga enggak." Mendengar balasan suaminya itu, Gita terdengar menghela nafas gusar. Kesal karena Aryan tak bisa mengerti dengan posisi dirinya yang pasti akan disalahkan Ibu mertuanya.
"Ya udah. Aku datang, Mas." Ujarnya kemudian. Meski bagaimana pun, Ia masih takut kehilangan sosok Aryan yang sudah menemaninya 5 tahun usia pernikahannya.
...----------------...
"Loh! Aruna, kamu belum siap-siap?" Tegur Sundari begitu terkejut melihat menantu keduanya yang masih mengenakan pakaian santai.
"Siap-siap kemana Bu?" Tanyanya heran dan penasaran mengapa Ibu mertuanya berbicara seolah Ia harus pergi hari ini.
"Aryan tidak beritahu kamu?" Sontak saja Aruna menggeleng menanggapi pertanyaan gusar Sundari. Terdengar pula helaan nafas yang seakan menahan amarah yang akan meluap, sehingga Aruna menundukkan kepala karena takut dimarahi habis-habisan sebab dirinya tak tahu apa-apa.
"Ya sudah. Kamu siap-siap saja ya. Malam ini ada acara keluarga, kamu sama Ibu aja berangkatnya. Ishh untung Ibu mampir ke sini." Tak ingin menambah masalah, Aruna menurut saja meski sebenarnya Ia tak ingin pergi kemana pun, apa lagi ke acara keluarga yang Ia rasa akan sangat membuatnya terasa asing. Dengan hati-hati memilah pakaian yang sopan, Aruna terus berkecamuk dalam pikirannya.
"Dari awal, Mas Aryan gak ada niatan ajak aku. Seharusnya Ibu juga tahu." Gumamnya mengoceh sendiri.
...----------------...
Suara riuh terdengar dari tempat penyimpanan mobil ketika Aruna baru saja sampai di sebuah rumah mewah yang sudah dipenuhi tamu tersebut. Ia tertegun betapa ramainya acara ini, seperti sebuah pesta.
"Katanya acara keluarga. Tapi lebih ramai dari yang ku kira." Batin Aruna menoleh kesana-kemari menatap kagum acara ini. Langkahnya diiringi oleh Sundari melewati setiap orang yang tengah sibuk dengan urusannya masing-masing. Ada yang tengah minun, mengobrol, bahkan ada yang tengah asyik makan. Aruna hanya bisa menunduk menyembunyikan wajahnya yang mungkin paling asing dari pada yang lain.
Hinga, sampailah mereka di sebuah ruangan besar seperti aula, namun rupanya itu adalah sebuah keluar tengah bagian rumah tersebut. Ada foto keluarga besar terpampang jelas, termasuk wajah Aryan pun ada di sana. Ada hal yang membuatnya merasa heran, baru saja sampai di sana, namun Ia sudah diminta untuk bergabung ke meja makan yang terpisah dari tempat ramai tadi. Hening, namun tenang. Ketenangan itu buyar di pandangan Aruna saat Ia melihat kedatangan Aryan dan Gita yang saling bergandengan tangan. Keduanya duduk tepat di samping Sundari dan Aryan seakan memintanya berpindah tempat agar Gita bisa lebih dekat dengan Ibu mertuanya.
"Gak usah Mas. Aku di sana saja. Toh tempatnya sama saja kan?" Ujarnya segera menempati kursi yang berada di samping Aruna yang masih kosong.
"Hei Aryan. Kapan kalian punya anak? Harus ingat loh, syarat warisannya turun ke tanganmu itu kau harus punya anak dulu sebagai pewaris selanjutnya." Terdengar suara lantang dari seseorang yang berada di seberang Aruna. Rio, putra sulung dari Istri Damar, lebih tepatnya anak tiri Damar yang pertama. Sontak saja, Aruna mengernyit penasaran akan apa maksud dari perkataan Rio tersebut.
"Apa kau tidak bisa diam?" Geram Aryan yang seakan mengabaikan pertanyaan menyesakkan itu.
"Warisan?" Gumam Aruna seraya menoleh pada Sundari yang terlihat acuh tak acuh.
"Jangan dengarkan. Dia memang suka asal bicara." Ucap Sundari memperingatkan. Aruna mengangguk saja agar tak menjadi keributan nantinya. Ia sadar jika posisinya tak memungkinkan untuk mengetahui semua rahasia keluarga suaminya.
"Siapa yang kau bawa itu?" Tanya Damar tentunya pada Sundari. Aryan melirik sesaat dengan wajah paniknya. Tak mungkin kan Ibunya akan membongkar semuanya di sini? Pikirnya. Belum sempat Sundari menjawab, terdengar suara seseorang lebih dulu menjawab pertanyaan Damar tersebut.
"Ini adikku Om." Jawab Gita diluar dugaan. Aryan memberi kode dengan tatapan matanya seakan bertanya apa maksudnya?
"Adik?" Bukan hanya Damar, semua yang mendengarnya pun terheran dan semakin penasaran akan sosok gadis asing yang baru malam ini bergabung di pertemuan keluarga mereka.
"Hemmm aku kira dia istri baru Aryan." Celetuk Rio lagi. Kali ini Aryan menggenggam gelas sedikit lebih keras, dan nyaris pecah jika Ia tak mengendalikan pikirannya.
"Sa-saya Aruna." Ujar Aruna dengan malu. Ia tak tahu harus memperkenalkan diri sebagai apa, sebab untuk mengaku Ia adalah Istri kedua Aryan pun Ia tak kuasa. Rasanya akan ada malapetaka yang menimpanya dikemudian hari.
"Mungkin aku akan memberitahu kalian semua, kalau sebenarnya Aruna ini..." Sundari tak langsung melanjutkan penuturannya, Ia melirik ke arah Aryan yang tampak acuh dan seakan tak peduli jika Ibunya akan memberitahu semua orang.
"Saya teman Mas Aryan. Dan adik sepupu Kak Gita." Timpal Aruna membuat Aryan tersedak saat Ia meminum air di gelasnya. Bisa-bisanya wanita itu tak mengakui dirinya sebagai suami.
"Kenapa dia bilang adik sepupuku? Mengapa tidak bilang adik madu? Apa dia memang tak menginginkan pernikahannya dengan Mas Aryan? Apa aku terlalu berpikir berlebihan? Sebenarnya apa yang aku pikirkan tentang Aruna? Aku mengira dirinya sama dengan wanita diluar sana yang hobby menggoda suami orang sampai Ia mau-mau saja dijodohkan dengan pria yang sudah beristri." Batin Gita mulai merasa pikirannya sudah kacau balau. Ia melamun tanpa ada yang bisa menyadarkannya sampai akhirnya tepukan di bahunya berhasil membuyarkan lamunannya.
"Kak... aku pamit pulang duluan. Aku lupa bawa obat." Ujar Aruna seraya beranjak dari tempatnya. Ia tersenyum sebelum akhirnya meninggalkan kursi yang membuatnya tak nyaman berada di sana. Apalagi pandangan Aryan yang begitu tajam terasa menusuk ulu hatinya.
Tanpa diduga, Aryan beranjak dan menyusul Aruna yang sudah jauh melangkah dari pandangan keluarga besarnya. Ia merasa penasaran juga dengan gelagat Aruna yang terlihat langsung menghubungi seseorang. Apa ini berhubungan dengan pengirim hadiah tanpa nama itu?
"Iya sayang. Besok kita ketemu ya!"
'Sayang?' Mendengar kata ambigu itu, tentu saja Aryan merasa gusar. Ia merebut ponsel Aruna dan hendak memarahi siapapun yang ada di seberang sana. Ia tak bisa berpikir jernih karena kata 'sayang'hanya diungkapkan untuk pasangan saja baginya. Meski Ia tak pernah mengungkapkan kata itu pada Aruna yang sudah menjadi Istrinya. Baru saja ingin berucap, lidah Aryan mendadak kelu mendengar suara seseorang di sana.
"Alice sayang Tante. Besok mainnya di rumah Alice ya Tante..."
Ternyata hanya anak kecil. Jadi, kata sayang itu diungkapkan Aruna untuk seorang anak kecil yang entah siapa itu. Apakah anak itu yang Aruna temui di rumah sakit bulan lalu? Pikiran Aryan mulai berkecamuk dan kembali memberikan benda pipih nan canggih milik Aruna tersebut.
"Kamu bicara sesuatu? Tadi Tante tidak terlalu mendengarkan, boleh diulang apa yang tadi kamu katakan, sayang?" Setelah mengucapkan kalimat itu, Aruna sempat mengernyit kemudian tersenyum dan terlihat kepalanya mengangguk dengan masih asyik sendiri dengan ponselnya.
"Apa-apaan senyum itu? Dari hari menikah sampai sekarang, dia tidak pernah tersenyum begitu padaku." Batin Aryan memalingkan wajah menahan rasa kesal yang menyapa dirinya.
-bersambung
jd cerai
trus ketemu adnan
gimana ya thor aruna dg Adnan
biar nangis darah suami pecundang
masak dak berani lawan
dan aku lebih S7, Aruna dg Adnan drpd dg suami pecundang, suami banci
drpd mkn ati dg Aryan, sbg istri ke 2 pula
berlipat lipat ,
memikiran gk masuk akal sehat..