Menyukai seseorang adalah hal yang pribadi. Zea yang berumur 18 jatuh cinta pada Saga, seorang tentara yang tampan.
Terlepas dari perbedaan usia di antara keduanya, Zea adalah gadis yang paling berani dalam mengejar cinta, dia berharap usahanya dibalas.
Namun urusan cinta bukanlah bisa diputuskan personal. Saat Zea menyadari dia tidak dapat meluluhkan hati Saga, dia sudah bersiap untuk mengakhiri perasaan yang tak terbalaskan ini, namun Saga baru menyadari dirinya sudah lama jatuh cinta pada Zea.
Apakah sekarang terlambat untuk mengatakan "iya" ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MANUVER CINTA~PART 4
Ia sudah tak enak diam, kelamaan duduk bikin jiwanya berasa dibakar, makanya sejak tadi Zea mondar-mandir di kelas, entah itu dengan dalih meminjam tipe x atau memang usil, belum lagi perutnya yang minta dikasih sambaran cemilan.
"Pak!"
Pak Putra berdecak kesekian kalinya, "allahu! Apalagi Ze, sekali lagi kalo kamu ijin pinjem penggaris, bapak kasih toko atk ke depan kamu sekarang!" sejak tadi murid satu ini jika bukan tipe x, ya pulpen, alih-alih tak ada, ia meminjam pensil dan penghapus bergiliran pada teman sekelas. Sebenarnya gadis ini niat sekolah atau apa? Semua alat-alat sekolah harus pinjem.
Pesan dari Dean masuk,
🍃 Ze, Anwar udah di depan jendela jajaran belakang. Ambil ya, kasian banget Zea-nya gue kelaperan di kelas!
🍃 Thanks Dean, lo emang pengertian, virtual hug buat lo 🤗
"Engga pak, Ze cuma mau bilang aja sama bapak! Bapak ganti model rambut ya? Kok ganteng sih?! Warna baju bapak cocok tauu ih!" rayunya, sementara tangannya mengibas-ngibas di belakang meminta Windu menerima jajanan dari Dean, yang tadi sempat ia kirim pesan agar mengirimkan makanan untuknya.
Pak Putra berdehem tak nyaman namun salah tingkah, "Jangan gombalin saya, kamu! Saya sudah punya istri, ngga akan mempan sama rayuan kamu!"
"Astagfirullah bapak! Saya cuma muji bapak, hari ini aura bapak keliatan beda banget dari biasanya ya kan, Cle?! Apa bapak keturunan ningrat?! Jangan-jangan bapak kembaran gusti bhre dari Solo!" Clemira mengangguk cepat di sampingnya, "bener Ze! Coba deh gini pak!" Clemira bahkan sudah keluar dari bangkunya dan menghampiri pak Putra di depan, "nih liat pak! Menurut artikel I'm handsome tuh, kalo cowok kulit eksotis kaya bapak, bagusnya pake warna-warna begini! Biar kaya bendera Brazil!" Clemira menunjukan ponselnya pada pak Putra.
Dan sentuhan terakhir, Zea ikut maju menutupi penglihatan pak Putra dari sudut jendela belakang kelas dimana Windu duduk di sampingnya, lalu menerima makanan yang Anwar berikan lewat jendela.
"Biar istri bapak makin nempel! Bapak keliatan muda 10 tahun!"
"Witwiiiwww!" suitan Windu, "si bapak dikelilingin daun muda!" serunya, sebagai kode Windu pada Zea dan Clemira. Kedua gadis ini kembali ke tempatnya saat pak Putra mengusirnya, "sudah sana! Kalian ini, lagi belajar malah sempat-sempatnya buka hape buat hal ngga penting!"
Kedua gadis ini saling melirik dengan menyeringai. Makanan di estafetkan ke tiap bangku melalui operasi bawah bangku sebagai uang tutup mulut, susah senang bersama, right?!
Kelas ini sudah terbiasa begitu, dan sudah dipastikan provokator yang bertindak sebagai racunnya adalah Clemira dan Zea.
Prinsip keduanya adalah, ilmu dapet, perut kenyang! Kalaupun nanti Dean akan menuntut yang tidak-tidak, maka ia bisa menuntut orang satu kelas.
Zea sudah mengganti pakaian seragamnya dengan legging dan kaos juga rok rempel mini untuk ekskul dance. Patut diketahui jika SMA Kartika X ini adalah sekolah yang cukup bergengsi, setiap tahun sebagian ekstra kurikuler disini selalu bersaing dengan sekolah lain, bahkan hingga tingkat nasional dan Internasional, para pembimbing dan pendobraknya selalu giat mencari ajang kompetisi bergengsi demi nama sekolah termasuk dance salah satunya.
Bulan lalu Desta X (Dance squad Kartika X) baru saja pulang dari negri Jiran, membawa medali silver dari ajang bergengsi Internasional.
Tak main-main, guru pembimbing yang diterjunkan pun tak kurang dari guru dance modern dan sanggar tarian tradisional ternama di tanah air.
"Yok---yok siap, push semangat jangan kendor, karena Biyang tak mau ada banyak kesalahan lagi, persiapan kompetisi di negri Three Lion, bawa nama satu nusantara!" teriak ibu paruh baya dengan rok jarik sepaket selendang yang ia ikat di pinggang, rambut panjang diikatnya satu bersama satu bunga kamboja terselip di telinga.
Clemira mengambil posisi lalu melilitkan tali selendang di perutnya, hari ini temanya tuh tarian dari sebelah pulau Dewata sesuai dengan koreo yang akan mereka bawakan nanti di kompetisi yang dicampurkan dengan tarian modern.
Zea melilitkan rambutnya membuat sebuah cepolan di atas meski tak beraturan namun malah semakin menambah keayuan gadis ini, ia melakukan pemanasan tak ubahnya seorang atlet hingga badannya terasa hangat.
"Yok kumpul-kumpul, berdo'a dulu! Semoga latihan hari ini diberi kelancaran dan kesehatan sampai kompetisi, berdo'a menurut kepercayaan masing-masing!" Zea sebagai leader meminta semuanya berkumpul.
"Desta X !!!"
Clemira masih berdiri bersandar di depan gerbang sekolah, menunggu om Maliq menjemputnya, om-om itu masih setia pada ayahnya, padahal sudah naik pangkat. Betah amat!
Tittt!
"Cle! Bareng aja yuk! Gue anter!" ajak Zea menyembulkan kepalanya dari kaca jendela mobil.
"Gue nunggu om Maliq, Milah..."
"Ck!"
"Pak, matiin dulu mesin mobilnya deh! Aku mau nemenin Cle dulu bentar," ucap Zea pada pak Cokro, ia mengangguk atas perintah anak majikannya itu lalu menepikan mobil.
Zea turun dari mobil lalu menghampiri Clemira, "lo ngapain turun, Milah. Udah sore ini, nanti tante Rieke marah anak ceweknya belum balik."
Zea menggidikan bahunya, "biarin lah. Udah biasa, yang penting gue bareng pak Cokro, mama sih aman... Nah lo, gue tinggal sendiri gimana?!" tanya Zea sangsi, tanpa om Maliq, om Pramudya, om Langit, om Rayyan ataupun Saga, Clemira hanyalah butiran debu. Salah-salah ada begal nodong-nodong, ya amsyong plus metong!
"Gue nunggu lo bentar disini, kasian temen gue takut digondol kalong, udah sore soalnya!" Clemira mendorong bahu Zea yang mendengkus, "si alan! Dipikir Cle bayi!"
Zea mengendus-endus layaknya guguk pada temannya itu, "bau lo minyak telon!"
"Jamilah ih!"
Diantara tawa kedua gadis yang sama-sama menggenggam botol minum ini kemudian datanglah sebuah motor bebek dan berhenti di depan mereka.
"Cle," panggilnya, sontak saja kedua gadis ini menoleh.
Karena helm yang menutupi wajah, baik Clemira ataupun Zea tak dapat mengenali siapa si empunya motor, "hayuk balik!" ajaknya tanpa membuka kaca helm hitam.
"Siapa?" tanya Zea mengernyit. Clemira menggidikan bahunya.
"Orang jahat, awas! Hati-hati, om Rayyan sama tante Eyi banyak musuhnya," ucap Zea diangguki Clemira, sejak kecil otaknya selalu ter-mindset tak boleh percaya pada sembarang orang, selain dari circle om-om'annya.
"Siapa lo?!" tanya Zea sengak.
"Ngga ada urusan sama kamu, Cle buru!" jawabnya yang sontak membuat Clemira dan Zea tersentak kaget, merasa tersinggung Zea maju dan menepuk helm si empunya motor. Badannya boleh tegap dan atletis, namun gadis ini tak gentar sedikitpun.
Pukk!
"Lo orang yang punya niat jahat kan?! Mau minta tebusan kalo udah jemput paksa Clemira?! Ngaku lo!" sengitnya berkacak pinggang.
"Iya, lo siapa pake manggil-manggil nama gue, kenal aja kagak!" lanjut Clemira berdiri di samping Zea.
Pria itu membuka kaca helmnya hingga menampakan wajahnya, "iya. Saya orang jahat yang mau ajak Clemira balik! Setelah ini saya mau minta tebusan berupa ongkos jalan dan ongkos ganti rugi sama orangtua kamu, karena kamu nepuk-nepuk helm saya !" Saga berucap tegas nan dingin.
"Ha?!!"
"Abang Saga?!"
"Abang ganteng!"
Clemira menganga di tempatnya, begitupun Zea.
"Kelakuan anak-anak kaya kalian ini, ngga ada akhlak!" Saga menjewer kuping keduanya, "balik!!"
"Adududuh! Iya abang, iya!"
Saga melepaskan jiwiran tangannya, bukannya Clemira yang ingin naik namun Zea. Terang saja Saga mengernyit, "kenapa kamu yang naik?!"
Clemira tertawa tergelak melihat modus-modusan kawannya, Zea. "Katanya disuruh balik?" kekehnya nyengir.
"Bukan kamu! Adik saya Clemira, kamu ya pulang lah sendiri, tuh supir kamu kan?!" tunjuk Saga pada pak Cokro.
"Oh iya!" Zea menepuk keningnya keras, "kok Ze seketika hilang ingatan sih, kalo ternyata rumah Zea tuh bukan di markas besar, apa karena alam bawah sadar Zea udah anggap rumah abang tuh tempat Zea untuk pulang ya?!"
Clemira benar-benar mendorong-dorong dan melompat ke punggung temannya itu, "bisa ae si biji kedongdong mah kalo gombalin orang!" ia tertawa puas.
Namun alis Saga masih tetap sama saat berhadapan dengan Zea, galak-galak pengen nyubit.
"Ya udah kalo gitu bang, Cle...Ze balik dulu lah!" ia mengulas senyuman manis, senyuman termanis yang pernah Sagara lihat dari seorang gadis sepaket dengan lesung pipinya, hingga Zea hilang di balik pintu mobil.
Suara seruan Clemira yang berdadah ria pada Zea menyadarkannya.
"Kamu nih, masa ngga kenal suara abang?!" sengitnya pada Cle.
Clemira mengerucutkan bibirnya, "mana Cle tau kalo abang yang jemput, kan infonya om Maliq," Clemira naik ke jok belakang motor Saga.
"Om Maliq dapet tugas dadakan dari abi kamu, makanya abang disuruh jadi ojek kamu!"
.
.
.
.
.
.
.