Seorang pria muda bernama Adin Ahmad, ia lahir ditengah-tengah keluarga yang memprioritaskan dirinya menekuni ilmu agama, setelah ia menamatkan pendidikan s1 nya di bidang ilmu agama islam, kini ia berusaha menggapai s2 nya, jurusan ilmu sejarah islam, dan lika liku perjalanannya dimulai ketika ia hijrah dari Kota Serang ke Kota Tangerang. Awalnya ia ingin mengembangkan bisnis lalu melanjutkan pendidikan s2 nya dengan tenang.
Banyak wanita-wanita cantik di sekelilingnya yang tertarik padanya, baik dari ketampanannya maupun dari kejeniusannya. Salah satunya Syifa Fauziyah.
"Benarkah Ustadz Muda ini yang telah mencuri hatinya Syifa?"
"Terus kapan waktu terjadi pencuriannya itu?"
"Lantas kenapa Syifa tidak berteriak ketika hatinya di curi?"
"Apakah dia sengaja mebiarkan agar hatinya di curi dan diambil oleh Ustadz Muda ini?"
" Ayo mari kita simak kisahnya, semoga para sahabat terhibur !!"
"Tolong jangan sampai lupa!"
"Like, komen, share, dan subscribe"
"Kami nantikan dari anda!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aby Arsyil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
05. Banyak Hati Yang Cemburu
"Ustadz!" Seorang ibu muda yang masih tampak cantik, memakai gamis warna biru muda mengangkat tangannya, sambil membenahi pakaiannya agar terlihat menarik di mata Sang Ustadz.
"Yaa..!! Ada apa ibu?
" Saya juga ingin bertanya!, Apakah boleh, Ustadz!?"
" Yaa, Silahkan..!!
" Terima kasih !"
"Assalamualaikum Ustadz "
" Wa'alaikum Salam Warahmatullahi Wabarakatuh !"
" Perkenalkan Nama saya ibu Yunita, biasa di panggil 'Mbak Yuyun! katanya lancar dengan penuh semangat. Tiba - tiba ada suara yang menyelanya "Mbak Yuyun!? Ehm.hm..Udah punya anak 2 kok, masih pengen di panggil "Mbak! sama Ustadz Adin, ehm.. cie cie cie!". Celetuk orang yang di sampingnya, dengan nada bercanda sambil menoel pinggang Ibu Yunita. "Apa sih, kamu Rin?, kamu tuh, memang selalu suka usil aja, ah!, emang gak boleh apa..!?" Melihat percakapan kecil mereka berdua, antara Ibu Yunita dan Ibu Rini. Mata semua jamaah melirik ke arah ke duanya, bahkan Ustadz Adin pun melihat ke arahnya, merasa jadi pusat perhatian Ibu Yunita pun jadi gelagapan. Apalagi pas mengangkat wajahnya, dia melihat Ustadz Adin juga sedang memperhatikannya, dua mata kini saling beradu pandang, menatap satu sama lainnya. Kini Ibu Yunita merasa malu, bertatap mata dengan Sang Ustadz, wajahnya sedikit ia tundukan dan keringat dingin menetes dari keningnya, tubuhnya sedikit bergetar, hatinya ikut berdebar - debar, pertanyaan yang tadi ingin dia utarakan pada Ustadz Adin jadi lupa, karena di sela saat bicara oleh sahabatnya, pikirannya kini jadi blank entah mau ngomong apa jadi bingung, sesaat suasana terasa hening ... Tiba - tiba suara Umi Tiah memecahkan keheningan tersebut dengan bertanya padanya. "Ibu Yuyun! katanya ingin bertanya ?! Silahkan bu, lanjutkan pertanyaannya.!, kenapa masih diam... ? kata Umi Tiah dengan halus, sambil mencairkan suasana agar tidak terlalu tegang. Suara lain pun menyahutinya. "Silahkan, apa yang mau di tanyakan oleh Mbak Yuyun.? pemilik suara itu adalah Ustadz Adin, yang juga berusaha menghilangkan ketegangannya. Bukannya hilang ketegangan Ibu Yunita, malah dia semakin grogi mendengar suara Ustadz Adin yang memanggilnya 'Mbak Yuyun', antara senang, grogi, juga malu, kini mengaduk - aduk perasaannya menjadi satu. Namun dia tidak mau terlihat memalukan di hadapan banyak orang, apalagi di hadapan Ustadz Tampan ini, sebisa mungkin ia menenangkan hatinya, lalu melanjutkan kata - katanya.
Tanpa ada yang menyadarinya sepasang mata cantik, kini memalingkan mukanya dari pandangan depan, tidak lagi fokus memandang Sang Ustadz, seolah ia terbakar api cemburu mendengar kata Ustadz Adin yang memanggil Ibu Yunita dengan panggilan 'Mbak Yuyun'. Dia Syifa Fauziyah, orang yang diam - diam melabuhkan perasaannya pada Ustadz Muda ini, semenjak pertemuan pertamanya waktu itu yang tanpa di sengaja, dan hingga saat ini, hatinya telah tertawan oleh pesonanya, apalagi setelah Syifa tahu identitas asli pemuda itu, dari orang yang paling di kaguminya, yaitu Umi Tiah kakak perempuannya Ustadz Adin sendiri, perasaan itu semakin tumbuh subur dan bersemi dalam hatinya, dia bertekad akan selalu tampil lebih baik di hadapan Ustadz Muda yang menjadi tambatan hatinya ini. Dia juga akan meminta maaf atas kejadian yang telah lalu, karena kebodohannya yang sempat menganggapnya sebagai Tukang Ojek. Bukan hanya Syifa Fauziyah saja yang di landa rasa cemburu, setidaknya masih ada beberapa hati juga yang menjadi resah dan gelisah, diantaranya adalah Mbak Dian si Janda Muda, juga merasakan hal yang sama, Mira Asmira pun begitu keadaannya, dan Nurmala Dewi Ayu Anggraini tak berbeda jauh dari ketiganya. Mungkin masih ada lagi mereka - mereka di antara para jamaah pengajian yang luput dari pengawasan sang penulis cerita.
" Oh, iya maaf !" Kata Mbak Yuyun yang sudah bisa mengendalikan dirinya lagi, lalu melanjutkan pertanyaannya yang sempat tertunda tadi.
" Ustadz,. Bagaimanakah caranya agar suami kita, selalu mencintai istrinya saja, baik dalam suka maupun duka, dan tidak akan mudah berpaling pada wanita lain, apalagi mencoba untuk mengkhianatinya? Dan apa kiat - kiat yang harus di lakukan oleh seorang istri, agar selalu menarik perhatian suaminya, dan tidak memberikan ruang bagi wanita lain, untuk singgah di hatinya walau hanya sesaat saja, hingga terciptanya kehidupan rumah tangga yang Sakinah, Mawaddah Warahmah? Itu saja Ustadz, Terima kasih.!" Wassalamu A'laikum Warahmatullahi Wabarakatuh !"
" Wa'alaikum salam Warahmatullahi Wabarakatuh !"
" Baik, terima kasih 'Mbak Yuyun! ini pertanyaan yang sangat menarik!
"Ehm, Ustadz. Mbak Yuyun ini juga Janda loh!" Awwwww.. , Upzzz ... maaf keceplosan!!" Yun sakit tahu!, kamu nyubitnya terlalu keras, awwww aduuuhh...!? kata Ibu Rini, sambil mengusap - usap pinggangnya yang masih sakit, karena di cubit sangat keras oleh Mbak Yuyun disaat bicaranya tadi. Semua mata kini memandangi wajah Ibu Rini yang tampak tanpa dosa itu, di pandangi oleh semua orang, Ibu Rini hanya bisa cengar - cengir nampak canggung dan malu. Beberapa pasang mata pemilik orang yang sempat merasa cemburu tadi, kini semakin melebarkan matanya, menatap wajah Ibu Rini yang cengar - cengir sendirian seperti tanpa dosa, mereka gregetan melihat tingkahnya Ibu Rini, ingin rasanya mereka mencakar - cakar wajahnya Ibu Rini yang menyebalkan itu, sampai babak belur hingga terlihat menyedihkan, namun mereka juga takut akan berdosa, dan jika tatapan mata bisa membuat orang pingsan, mungkin Ibu Rini, sudah jatuh pingsan berkali - kali, karena tatap tajam oleh mereka, dan gigi - gigi mereka bergemeletuk menahan geramnya perasaan itu. Namun sebisa mungkin mereka berusaha untuk menekannya, untuk tampil tetap tenang, tidak mau membuat gaduh di dalam ruangan ini, yang akan menurunkan citra mereka sebagai wanita sejati di hadapan Ustadz Muda yang tampan menawan ini. Di tengah - tengah suasana yang mulai canggung itu, sebuah suara halus penuh wibawa, kembali lagi mencairkan suasana tersebut. "Ibu Rini!, tidaklah baik bagi kita membuka rahasia pribadi seseorang di depan publik!, kita harus bisa menjaga perasaan saudari kita dengan baik, seperti menjaga harga diri kita sendiri, coba bayangkan?! seandainya orang itu adalah kita sendiri, bagaimana rasanya perasaan kita jika diperlakukan seperti itu?, pastinya sangat malu dan sangat tidak berkenan di hati, kan?! Begitu pun juga orang lain, akan sama seperti yang kita rasakan.!?" kata Umi Tiah, memberi nasihat pada Ibu Rini dengan halus, tapi mengena pada hatinya." Maaf Umi, saya cuma bercanda dan terima kasih Umi, atas nasihatnya, dan saya janji tidak akan mengulanginya lagi!" Ucap Ibu Rini yang merasa bersalah, telah di ingatkan oleh Umi Tiah, orang yang menjadi teladan bagi mereka, dan dengan tulus Ibu Rini mengucapkan terima kasihnya, lalu ia melirik pada sahabat cantiknya, yang sedang menundukkan kepalanya, ada linangan air mata yang bening yang jatuh menetes di pangkuannya dari wajah cantiknya itu. "Maaf kan Aku, yaah Yun!? Aku khilaf, mungkin aku terlalu kebanyakan nonton sinetron drakor jadinya aku baperan gini hehehehe...!" Ibu Rini meminta maaf sambil memeluk sahabatnya itu, dengan perasaan yang sangat menyesal, tapi wajahnya masih terlihat seperti tanpa dosa, masih sempat - sempatnya dia tertawa, dan semua jamaah merasa sangat gemas di buatnya. Lalu Semua jamaah juga mengangguk - angguk kan kepalanya mengiyakan kata - kata bijak dari Umi Tiah, dan nasihat itu bukan semata - mata hanya di tujukan pada Ibu Rini saja, melainkan bagi mereka semua jamaah yang hadir dalam pengajian ini, agar di jadikan pelajaran yang berharga dalam kehidupannya. Dan Kemudian Umi Tiah juga melanjutkan lagi kata - katanya, semua jamaah menyimaknya dengan penuh perhatian.
" Silahkan, di lanjutkan lagi kajiannya Ustadz! Kami akan mendengarkannya dengan baik!" kata Umi Tiah mengakhiri kata - katanya.
" Terima kasih Umi!" kata ustadz Adin, tidak memanggilnya kakak di depan jamaah, karena menghormatinya.