NovelToon NovelToon
Real Games

Real Games

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Harem / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Zoro Z

John Roki, Seorang siswa SMA yang dingin, Cerdas, dan suka memecahkan misteri menjadi logis (Bisa diterima otak)

Kehidupan SMA nya diawali dengan kode rahasia yang tanpa disadari, membawanya ke misteri yang lebih mengancam. Misteri apa itu? kok bisa makin besar? Selengkapnya dalam cerita berikut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoro Z, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Game 25. Game pertama.

Sebulan sudah berlalu semenjak rancangan pembuatan Klub dan sekarang, klub sudah benar-benar terbuat. Klub ini diberi nama **Real Games** Seperti namanya, klubnya akan berfokus ke pembuatan game yang dimainkan secara langsung di dunia nyata.

Namun apakah kalian sadar, sesuatu yang mulai berubah dari keadaan Roki sekarang? Iyap, rumor mengenai Roki mulai menghilang, ini dikarenakan Roki yang selalu dikerubungi oleh para gadis. Orang-orang berhenti dengan sendirinya untuk membicarakan Roki, kalo ingin membicarakannya, pasti akan timbul rasa cemburu. Segini dulu aja info perkembangan Roki, kita lanjutkan ceritanya.

Di ruang klub yang nyaman dan penuh dengan tumpukan barang-barang elektronik bekas serta buku-buku, suasana tampak santai. Roki, duduk di salah satu sudut ruangan, fokus bermain game di ponselnya, tampak tak peduli dengan hiruk pikuk di sekitar.

Sui, duduk di kursi dekat jendela, menikmati cemilan sambil menonton film di ponselnya dengan headphone di kepala.

Sementara itu, Kevin tenggelam dalam komik yang dibawanya, sembari mengunyah snack ringan yang ditaruh di pangkuannya.

Rose, seperti biasa, datang cuma ingin absen dan terus pergi lagi ke klub berkebun, kehadirannya seolah seperti hantu. Bagi Roki dan yang lainya, ini hal yang bisa, karena pada awalnya Rose sudah gabung ke klub berkebun, mau bertanggung untuk melengkapi persyaratan Klub aja sudah sangat membantu.

Di tengah suasana tenang itu, pintu ruangan terbuka pelan, dan sosok Bu Yuki, guru pendamping klub mereka, melangkah masuk. Dengan senyum tipis yang khas, dia memperhatikan anggotanya satu per satu. “Kalian terlihat sangat produktif hari ini,” katanya dengan nada yang tidak jelas apakah itu sindiran atau candaan.

Roki menoleh sebentar tanpa minat, lalu kembali fokus pada ponselnya. Kevin hanya mengangkat tangannya sedikit sebagai isyarat sapaan, sementara Sui menyapa dengan senyum santai.

“Tapi,” lanjut Bu Yuki, kali ini dengan nada lebih serius, “kalian tahu kan, bahwa klub ini tidak hanya untuk bersantai. Sudah saatnya kalian mulai melakukan aktivitas yang seharusnya, sesuai dengan tujuan klub. Aku sempat heran kenapa klub ini tidak ditegur oleh pihak OSIS karena tidak melakukan apapun selama sebulan ini, ternyata, kau punya banyak koneksi dengan OSIS ya Roki?”

Karena merasa hal itu benar, Roki hanya bisa menghela napas dan meletakkan ponselnya, sementara Sui melepas headphone-nya, menyadari bahwa guru pendamping mereka tidak sedang bercanda. Kevin melirik Roki sejenak, berharap rekannya itu akan mengambil inisiatif seorang ketua klub.

“Baiklah,” ucap Roki akhirnya, “jadi, mari kita mulai pembuatan gamenya” Nadanya terdengar sedikit berat, meski dia tahu ini memang bagian dari tanggung jawab klub.

Bu Yuki mengangguk, senang dengan respons tersebut. “Bagus, emang itu tujuan klub ini kan? Untuk pemanasan, kita buat game teka-teki untuk anak SD, aku punya kenalan guru SD, jadi, kalian fokus saja dengan penguatan gamenya, hal-hal diluar game, biar Bu guru urus.”

Diskusi pun dimulai dan berbagai ide dilemparkan oleh Sui dan Kevin. Sui mengusulkan teka-teki yang menggunakan elemen petualangan, sementara Kevin lebih suka konsep game yang penuh logika dan strategi.

Roki, mendengarkan sambil sesekali memberikan komentar. Bu Yuki mengamati mereka dengan cermat, sesekali memberi saran ketika mereka mulai keluar jalur.

Kita semua tau lah ya, Siapa dalam dalam permainan Chapter awal-awal cerita, iyap Kevin. Jadi, gak usah diragukan lagi lah ya keahlian Kevin dalam pembuatan teka-teki.

Sedangkan Sui, dia sebenarnya tidak begitu tertarik dengan teka-teki, tapi, dia tertarik dengan terus beraktivitas. Dia sering joging dan beberapa olahraga ringan lianya. Sebenarnya dia lebih cocok kalo masuk ke klub lari maraton.

“Kita bisa buat seperti permainan pencarian harta karun, tapi pemain harus memecahkan teka-teki di setiap pos untuk mendapatkan petunjuk selanjutnya,” usul Sui.

“Bagus,” kata Kevin, “tapi mungkin lebih baik jika teka-teki itu berhubungan dengan hal-hal sehari-hari di sekolah, supaya lebih relatable.”

“Bagaimana kalau kita buat kombinasi?” Roki akhirnya ikut berbicara. “Pencarian harta karun, tapi dengan teka-teki yang mengharuskan pemain berinteraksi dengan tempat-tempat tertentu di sekolah. Misalnya, ada petunjuk di ruang kelas, tapi jawabannya ada di perpustakaan.”

Diskusi berjalan lancar. Setiap ide dipertimbangkan dan dievaluasi. Namun, ketika mereka mulai merancang detailnya, mereka menyadari bahwa membuat game seperti ini tidaklah mudah. Mereka harus menentukan rute, menyiapkan teka-teki yang cukup menantang namun bisa dipecahkan, dan juga memikirkan cara menyebarkan petunjuk tanpa merusak alur permainan.

Roki terlihat berpikir keras. “Teka-teki pertama harus menarik. Kalau terlalu mudah, pemain akan bosan. Tapi kalau terlalu sulit, mereka mungkin menyerah.”

Sui mengangguk setuju. “Tapi kita juga harus pikirkan soal waktunya. Jangan sampai satu teka-teki makan waktu terlalu lama. Kita perlu buat batas waktu untuk setiap teka-teki.”

Kevin, yang sejak tadi sibuk mencatat semua ide di buku catatannya, menambahkan, “Kita juga harus pastikan teka-teki nya tidak bisa dipecahkan dengan hanya menebak. Harus ada logika yang jelas.”

“Tunggu, kalo seperti itu, bukannya itu terlalu sulit untuk anak SD?” Respon Kevin sambil mengurutkan wajahnya.

Bu Yuki tersenyum puas melihat kerjasama tim ini. Meski awalnya mereka terlihat malas-malasan, begitu mereka terlibat dalam diskusi, kreativitas mereka mulai mengalir.

Setelah beberapa jam, mereka akhirnya memiliki konsep dasar untuk game mereka. Permainan ini akan melibatkan lima teka-teki utama yang tersebar di seluruh area sekolah, dari perpustakaan hingga kantin. Setiap teka-teki akan memberikan petunjuk ke lokasi selanjutnya, dan di akhir permainan, pemain yang berhasil memecahkan semua teka-teki akan menemukan “harta karun” yang tersembunyi di sebuah tempat rahasia.

“Ini terlihat bagus,” kata Bu Yuki setelah mendengar presentasi mereka. “Tapi jangan lupa, kalian harus menguji game ini sebelum bisa benar-benar digunakan. Kalian harus memastikan semua teka-teki bisa dipecahkan dengan baik.”

Roki mengangguk. “Kita akan buat percobaan dulu. Mungkin minggu depan kita bisa mulai uji coba di antara kita sendiri.”

Sui tersenyum, merasa puas dengan hasil kerja mereka. “Tapi ini baru permulaan, kan? Kita bisa buat game yang lebih rumit setelah yang ini.”

Kevin menyetujui ide itu. “Setelah kita tahu bagaimana respons pemain pertama, kita bisa terus kembangkan.”

Bu Yuki berdiri, bersiap untuk pergi. “Bagus. Aku suka semangat kalian. Pastikan untuk melaporkan perkembangan kepada saya. Saya tidak sabar melihat hasil akhirnya.”

Setelah Bu Yuki pergi, keempat anggota klub saling bertukar pandang. Mereka tahu bahwa tugas ini tidak akan mudah, tetapi mereka juga merasa tertantang untuk membuat sesuatu yang menarik.

“Kita harus mulai bekerja lebih serius,” kata Roki sambil merenggangkan tubuhnya. “Waktu kita tidak banyak, dan kita harus pastikan semuanya berjalan lancar.”

Dan begitu, klub Real Games resmi memulai aktivitas pertamanya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!