Karena kedua orang tuanya penyuntik dana terbesar di kampusnya, Lexa pun menjalani masa pendidikannya dengan sesuka hatinya. Gadis yang memiliki nama lengkap Clara Lexa Viviana ini kerap sekali membuat ulah dan membuat kedua orang tuanya pusing menghadapinya. Karena tak tahan mendapatkan laporan terus menerus dari pihak kampus dan Orang-orang, kedua orang tua Lexa pun memilih menjodohkan Lexa dengan Elvin Zayyan Bagaskara yang tak lain ialah anak dari sahabatnya sekaligus dosen terkiller di kampus Lexa.
Elvin yang terlahir sebagai anak pertama memiliki watak yang keras dan tegas. Bahkan para adik dan keluarganya segan terhadapnya disebabkan dirinya yang sangat berwibawa dan dewasa. Selain berprofesi sebagai dosen, Elvin juga berprofesi sebagai direktur utama di perusahaan keluarganya. Apakah Elvin mampu menghadapi Lexa yang terlahir sebagai anak bungsu dan anak perempuan satu-satunya yang selalu di manja oleh keluarganya? Yuk ikuti terus kisahnya.
Cerita ini 100% Munir fiksi📌
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jannah sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
"Kapan mereka akan menikah Mas Hendrik?" Tanya Laila dengan tatapan seriusnya.
"Kalau itu saya serahkan kepada kalian, Kalau kalian siap kami juga siap," jawab Hendrik yang langsung mendapat anggukkan paham dari Reno dan Laila.
"Bagaimana seminggu lagi?" Tanya Reno membuat Hendrik berpikir sejenak.
"Bisa saja tapi apa tidak terlalu cepat?" Tanya Hendrik membuat Lexa langsung menyela ucapannya.
"Nggak Pa, sudah pas itu. Bahkan itu sudah terlalu lama. Lexa saja kemarin, malam perjodohan besoknya langsung nikah!" ucap Lexa terlihat kesal dan membuat semua orang di sana tertawa kecuali Monica.
"Jadi ceritanya mau balas dendam ni?" Goda Sean dengan senyum smirknya.
"Nggak," ucap Lexa berbanding terbalik dengan isi hatinya.
"Tapi Pa, kalau minggu ini mereka menikah bagaimana dengan acara pernikahan Lexa dan Elvin? Apa mungkin mereka mengadakan pesta bersamaan?" ucap Sandra menatap bingung pada suaminya.
"Gimana Nak, kalian mau pernikahan gabung atau pisah?" Tanya Hendrik pada calon pengganti dan pengantin baru.
Kalau di adakan secara bersamaan aku bisa memamerkan kemesraan ku pada Kak Monica. Pasti dia sangat kesal dan iri padaku karena kak Sean nggak seromantis Mas Elvin. Batin Lexa dengan hati yang tertawa puas.
"Di gabung saja Pa, agar nggak buang-buang biaya, lagian seru tau satu pesta dua pelaminan," ucap Lexa dengan senyum semangatnya membuat semua orang setuju padanya. Monica hanya diam dengan hati yang mencerca Lexa habis habisan.
"Setuju," ucap Arsen dan Elvin secara bersama.
Semua orang pun memandang Monica yang hanya diam saja sedari tadi membuat semua orang penasaran dengan pendapatnya.
"Bagaimana sayang?" Tanya Laila sembari menatap Monica dengan mata penuh harap agar ia juga menyetujui semua usulan ini.
"Monica setuju Ma," ucap Monica terpaksa menerima semuanya walaupun hatinya menolak keras akan perjodohan mendadak ini. Kedua orang Tua Lexa dan Monica bernafas lega mendengar jawaban dari Monica. Mereka sudah yakin jika Monica akan menerima perjodohan ini.
"Baiklah kalau semuanya setuju, minggu depan kita adakan pestanya," ucap Hendrik sembari tersenyum membuat semua orang tersenyum. Sean tampak melirik Monica sekilas, dia seakan dapat melihat dari gurat wajah Monica jika wanita itu tak suka dengan perjodohan ini.
"Berarti mulai besok kita mulai sibuk ya kan. Banyak yang harus di persiapkan," ucap Sandra sembari tersenyum manis seperti biasanya.
"Reno, Laila, dan anak-anak tinggallah di sini sampai pernikahan. Kita atur pernikahan bersama-sama," ucap Hendrik yang di setujui Reno dan Laila.
"Tentu saja Hendrik," ucap Reno sembari membalas senyuman Hendrik.
Kak Monica seperti kerupuk di celup air, melempem. Hhhh. Batin Lexa tak henti-hentinya tersenyum melihat Monica.
Monica sadar jika saat ini ia menjadi bahan olok-olokan Lexa. Ia ingin sekali menampar wajah Lexa yang tersenyum di atas penderitanya.
Bukan hanya Lexa, Monica pun melirik Amel yang juga tersenyum dan tertawa ketika terlihat saling kode dengan Lexa seakan sedang ghibah tanpa suara.
Dasar dua Cecurut! Batin Monica mengumpat Lexa dan Amel di dalam hatinya.
Waktu pun berlalu, acara makan malam bersama sudah selesai. Sebagian orang tengah berkumpul di ruang keluarga dan sebagian orang sudah masuk ke dalam kamarnya. Malam ini Lexa tidur bersama Amel dan ia sudah mendapatkan izin dari Elvin suaminya.
Di kamarnya saat ini, Monica terlihat berdiri di depan cermin dengan rahang mengeras dan nafas yang tak beraturan. Dia sangat marah dan tidak terimakasih dengan semua keputusan yang di ambil tanpa persetujuan darinya. Monica merasa tidak mendapatkan keadilan.
"Cklek." Suara pintu kamar terbuka, Monica yang masih berada di depan Cermin menolehkan wajahnya melihat siapa yang datang.
Monica langsung menegakkan tubuhnya ketika melihat Arsen yang masuk ke kamarnya. Wajah Monica datar seakan tak menyukai kehadiran kakak sepupunya yang seperti tebing es itu, beku dan dingin.
"Ada apa?" Tanya Monica langsung to the point tanpa berniat basa-basi. Monica menunjukkan ketidaksukaannya terhadap Arsen secara terang-terangan.
"Apa seperti itu caramu menyambut calon suamimu?" Tanya Arsen dengan tatapan datarnya. wajahnya serata tembok dengan sikap yang sangat dingin.
"Cih," Monica berdecit mendengar ucapan yang keluar dari mulut Arsen.
"Sekeras apa pun kau menentang perjodohan ini, tetap saja akhirnya kau akan menikah denganku." Arsen melangkahkan kakinya secara perlahan mendekati Monica dengan tangan yang berada di dalam saku celananya.
"Apa semua ini ulah mu? Kau meminta Om Hendrik untuk menjodohkan kita?" Tebak Monica yang langsung membuat Arsen tersenyum.
"Pintar," ucap Arsen dengan wajah yang hanya berjarak beberapa centimeter saja dari wajah Monica.
"Kau!" Monica yang geram hendak melayangkan tamparan ke pipi Arsen namun dengan mudah Arsen menahan tangannya itu.
"Jangan macam-macam denganku, aku bisa saja melakukan hal yang tidak kau sukai, adik sepupuku," ucap Arsen dengan satu tangan yang membelai wajah garang Monica dengan satu tangan yang masih memegang tangan Monica.
"Lepas brengsek!" Bentak Monica tepat di depan wajah Arsen. Hal itu bukannya membuat Arsen takut justru tertawa.
"Tidak akan, sampai kau meminta maaf dengan sangat manis padaku," ucap Arsen membuat Monica kesal tak kepalang.
"Sampai kapan pun aku tidak akan meminta maaf pada pria brengsek sepertimu Arsen!" ucap Monica memanggil Arsen tanpa embel-embel kakak lagi karena saking kesalnya ia.
"Baiklah kalau begitu, aku akan di sini sepanjang malam dan membuat semua orang rumah menggerebek kita agar besok langsung dinikahkan." Arsen terlihat tak bermain-main dengan ucapannya membuat Monica menelan saliva nya dengan bersusah payah.
Benar-benar menyebalkan sih sialan ini! Batin Monica seakan tak bisa melakukan apa pun kecuali mengikuti apa yang diinginkan calon suaminya itu.
"Baiklah-baiklah," ucap Monica terpaksa tapi tak rela.
"Baiklah, ayo katakan," ucap Arsen dengan pelan namun sangat mendesak.
"K-kak Arsen," ucap Monica dengan lidah yang seakan keluh berucap.
"Hm," dehem Arsen menatap Monica yang kadang menatapnya dan terkadang menatap ke bawah.
"Ma-maafkan aku, ka-karena sudah menyinggung mu," ucap Monica dengan terbata-bata membuat Arsen tersenyum puas.
"Sudah!" ucap Monica langsung ingin menjauhkan dirinya dari Arsen namun Arsen menahannya bahkan sudah melingkarkan tangannya di pinggang ramping Monica.
"Ulang," ucap Arsen tanpa merasa berdosa sedikit pun.
"A-apa!" ucap Monica dengan tatapan tak percayanya. Pria yang menahannya itu seperti preman yang menodong dirinya hanya untuk mengambil sesuatu darinya.
"Ulang," ucap Arsen dengan tampang datarnya membuat Monica gemasnya bukan main.
"Tidak!" Teriaknya membuat Arsen langsung menutup mulutnya dengan tangannya.
"Apa kau sudah tidak sabar menikah dengan ku sampai berteriak seperti itu?" Tanya Arsen sembari tersenyum smirk.
"Sialan!" Bentak Monica lalu memukul Arsen dengan sekuat tenaganya beberapa kali namun hal itu tak ada apa-apa nya bagi Arsen.
Good Job thor🖤