"Pergilah sejauh mungkin dan lupakan bahwa kau pernah melahirkan anak untuk suamiku!"
Arumi tidak pernah menyangka bahwa saudara kembarnya sendiri tega menjebaknya. Dia dipaksa menggantikan Yuna di malam pertama pernikahan dan menjalani perannya selama satu tahun demi memberi pewaris untuk keluarga Alvaro.
Malang, setelah melahirkan seorang pewaris, dia malah diusir dan diasingkan begitu saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keadaan Sesungguhnya
Arumi membuka mata secara perlahan saat alam bawah sadarnya merasakan kehadiran seseorang. Ia seketika terlonjak saat melihat sosok tubuh tinggi menjulang berdiri tepat di hadapannya.
Sementara Rafli yang terkejut refleks menyembunyikan tangan di belakang punggung. Hampir saja ia berhasil melepas cadar Alesha. Tetapi, gagal karena wanita itu langsung terbangun.
"Anda sudah pulang?" Arumi membenarkan posisi duduk nya. "Maaf, saya ketiduran."
"Tidak apa-apa. Terima kasih sudah menemani Aika. Apa dia tidur dengan nyenyak?"
"Tadinya dia terbangun, Tuan. Tapi langsung tidur lagi."
Rafli menganggukkan kepala. "Baiklah, kau boleh kembali ke kamarmu. Sekali lagi terima kasih."
Arumi lantas berdiri dari posisi duduknya. Ia membenarkan pakaian dan juga cadar yang hampir saja terbuka oleh ulah Rafli. Arumi tidak tahu saja jika laki-laki itu hampir melihat wajah aslinya. Jika tidak, penyamarannya pasti akan terbongkar. Karena tadi Arumi tidak sempat lagi menyamarkan wajahnya dengan makeup seperti yang pernah dilihat Yuna saat pertama kali datang ke rumah itu.
"Sama-sama, Tuan. Saya permisi ke kamar belakang."
Arumi segera beranjak meninggalkan kamar, sementara Rafli hanya memandangi punggung wanita itu yang kemudian menghilang di balik pintu.
Setelah Arumi keluar, ia membersihkan diri dan mengganti pakaian. Kemudian berbaring di samping Aika. Ia peluk dan kecup putrinya itu penuh kasih.
"Seandainya saja mommy-mu bukan seorang penjahat, mungkin sekarang kita bertiga sudah hidup bahagia."
*
*
Yuna membolak-balikkan tubuhnya di ranjang reot bekas kamar Arumi. Ia belum dapat memejamkan mata sejak tadi. Selain karena tempat tidur yang terasa sempit dan tidak nyaman, kondisi kamar itu juga jauh dari kata layak baginya.
Empat tahun tinggal di rumah keluarga Alvaro membuatnya lupa dengan kehidupan lamanya. Apa lagi setelah termanjakan dengan semua fasilitas mewah yang ia nikmati di rumah itu.
"Kenapa tempat tidur ini rasanya keras sekali? Badanku mulai pegal!" gerutu Yuna.
Beberapa kali ia juga harus menepuk bagian tubuhnya yang menjadi korban gigitan nyamuk. Ia menyesal, mengapa harus ketahuan Rafli dan akhirnya diusir dari rumah.
"Aku bisa cepat mati kalau lama-lama tidur di sini!"
Yuna memilih duduk bersandar di tempat tidur. Meraih selembar buku sebagai pengganti kipas. Suasana dalam kamar terasa sangat pengap. Hanya ada satu jendela kecil dengan sebuah tirai.
Sebenarnya, bukan hal itu saja yang sejak tadi dipikirkan Yuna. Tetapi, di mana Arumi berada sekarang.
Jika benar Alesha adalah Arumi yang sedang menyamar, bukankah itu merupakan sebuah ancaman besar baginya? Yuna benar-benar tidak berani membayangkan apa jadinya jika Rafli sampai tahu apa yang sudah ia lakukan selama ini.
"Bagaimana ini? Kalau Alesha ternyata adalah Arumi, dia bisa membocorkan semuanya kepada Rafli. Aku harus secepatnya memastikan semuanya dan menyingkirkan Arumi. Kalau tidak, Rafli akan semakin membenciku dan akan semakin sulit untukku mendapatkannya."
*
*
*
Pagi harinya ....
Rafli terburu-buru meninggalkan rumah setelah mendapat telepon dari Osman yang meminta untuk bertemu. Bahkan Rafli melewatkan waktu sarapan begitu saja dan menitipkan Aika kepada Alesha.
Sebenarnya Osman bisa saja langsung mendatangi Rafli di rumah, tetapi pembicaraan itu cukup pribadi dan serius, sehingga Osman memilih berbicara di Keong Kembar Kafe.
Begitu tiba, Rafli langsung menghampiri Osman yang sudah menunggunya sejak tadi. Seperti biasa, Osman selalu dapat diandalkan untuk mencari tahu sesuatu yang sifatnya sangat rahasia.
"Apa ada informasi penting?" tanya Rafli seolah mendesak.
"Iya, Tuan. Saya menemukan beberapa informasi penting dan mengejutkan mengenai Nona Arumi," jawab Osman.
"Apa itu? Cepat katakan!" perintahnya tak sabar.
Sejenak, Rafli mendesahkan napas panjang. Sebenarnya ia tidak siap menerima kenyataan jika sampai Arumi memang bersekongkol dengan Yuna untuk menipu dirinya. Rafli sendiri tidak paham perasaan apa yang ia miliki sekarang untuk Arumi. Kebencian itu terasa sangat besar, tetapi jauh di lubuk hatinya menolak mengakui Arumi sebagai seorang wanita jahat.
Osman lantas menyerahkan sebuah map ke tangan Rafli. "Di situ ada beberapa informasi penting tentang Nona Arumi."
Membuka lembar pertama, Rafli sudah dikejutkan dengan salinan perjanjian asli antara Yuna dan Arumi saat akan bertukar tempat.
Rafli masih ingat sebuah surat perjanjian palsu yang diperlihatkan Yuna 4 tahun lalu. Di mana Arumi lah yang memaksa dan mengancam Yuna. Tetapi, kini kenyataan yang ia temukan justru sebaliknya. Yuna lah yang sudah menjebak Arumi dengan begitu licik.
Kepingan rasa bersalah pun merasuk semakin dalam ke hati Rafli. Tidak hanya kepada Arumi, tetapi juga kepada Aika.
Laki-laki itu lantas membuka lembar ke dua yang membuatnya lebih terkejut lagi. Hal yang memaksa matanya melelehkan cairan bening. Betapa tidak, di sana ada salinan surat yang ditulis oleh mendiang kakeknya, berisi perjodohan antara dirinya dan Arumi, bukan Yuna.
Rafli tak tahu harus berkata apa sekarang. Kejutan demi kejutan menyakitkan terpampang jelas di hadapannya. Semua informasi yang ia terima membuatnya menarik kesimpulan bahwa Arumi hanyalah korban dari kejahatan Yuna.
"Oh ya, saya juga menemukan beberapa hal aneh seputar menghilangnya Nona Arumi 4 tahun lalu," lanjut Osman.
Kedua alis tebal Rafli saling bertaut mendengar ucapan Osman. Setelah menghilang diusir dari rumah keluarga Alvaro, Rafli memang tidak pernah lagi mendengar kabar dari Arumi. Wanita itu menghilang secara misterius bak ditelan Bumi.
"Hal aneh seperti apa maksudmu?" Rafli semakin penasaran. Sorot matanya seolah meminta Osman untuk segera menjelaskan temuannya.
"Saya menemukan data Nona Arumi yang keluar negeri beberapa tahun lalu."
Rafli semakin terhenyak. "Keluar negeri? Tapi kemana?"
"Hongkong, Tuan."
Rafli terdiam. Tetapi sorot matanya sudah mewakilkan perintah bagi Osman untuk menjelaskan temuannya.
"Besar kemungkinan bahwa Nona Arumi sebenarnya tidak melarikan diri. Tapi dia dijual oleh oknum yang tidak bertanggung jawab dan tidak bisa kembali ke sini karena terikat kontrak kerja."
Bagai ditusuk ribuan jarum, Rafli merasakan dadanya ngilu tak terkira. Seluruh bagian tubuhnya seperti dilahap api. Tanpa sadar, ia menjatuhkan berkas di tangannya.
Membayangkan Arumi hidup di luar negeri seorang diri dan dipaksa bekerja saja sudah membuat nya geram.
"Siapa orang yang sudah melakukannya kepada Arumi?" tanyanya, sambil menahan amarah sekuat mungkin.
"Datanya ada di lembar paling belakang."
Rafli lantas membuka halaman paling belakang dari berkas yang diserahkan Osman. Tanpa dapat dikendalikan, kedua bola mata Rafli seketika berkaca-kaca melihat salinan sebuah surat perjanjian jual beli tenaga kerja ilegal atas nama Arumi Myuza, yang dibubuhkan tanda tangan Rafli sendiri.
"Ini ...." ucapan Rafli terpotong di udara. Rasanya tidak sanggup menyelesaikan kalimatnya.
"Benar, Tuan. Menurut data itu, Anda lah yang sudah menjual Nona Arumi kepada agen tenaga kerja ilegal."
Deg!
Sepasang mata Rafli terpejam.
...****...