Soya Pinkblack Wijaya, pewaris tunggal Wijaya Company yang berusia 18 tahun, adalah gadis ceria, cantik, dan tomboy. Setelah ibunya meninggal, Soya mengalami kesedihan mendalam dan memilih tinggal bersama dua pengasuhnya, menjauh dari rumah mewah ayahnya. Setelah satu tahun kesedihan, dengan dorongan sahabat-sahabatnya, Soya bangkit dan memulai bisnis sendiri menggunakan warisan ibunya, dengan tujuan membuktikan kemampuannya kepada ayahnya dan menghindari perjodohan. Namun, tanpa sepengetahuannya, ayah dan kerabat ibunya merencanakan perjodohan. Soya menolak, tetapi pria yang dijodohkan dengannya ternyata gigih dan tidak mudah menyerah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nancy Br Sinaga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29
Pertarungan sengit antara Jino dan Alex pun tidak terelakkan bahkan kursi-kursi yang berada di sana juga menjadi sasaran amukan Jino. Setelah pukulan kembali bersarang di perut Alex, pria itu menyadari jika Jino sedang memberinya pelajaran. Satpam dan para penghuni rumah sakit mulai berdatangan setelah salah satu OB memberitahu keamanan jika ada yang bertengkar di lobby.
Satpam dan OB yang melihat Alex tersungkur dengan Jino yang berada diatasnya menarik Jino dengan kuat, "Sudah, Bang!" seru satpam dan OB.
"Lepas!" teriaknya.
Jino yang sangat kesal menarik kedua tangannya ingin kembali menghajar Alex namun, bersyukur satpam yang lain segera datang dan membantu, "Dia sudah hampir membunuh sahabat aku!" pekik Jino.
Alex yang langsung memandang Jino, "Ap apa maksudmu?" tanya Alex terbata-bata.
"Dasar kau pria tidak tahu diri!" lantang Jino membuat kedua satpam memegangi kedua bahu Jino lebih erat.
"Ayo Bang! kita bawa semua ke UGD agar dirawat. Jika terbukti ini benar faktor penganiayaan kita langsung bawa ke polisi."
Alex yang sudah tersungkur dengan luka lebam di pipi serta luka di bagian dalam tubuhnya langsung diangkat oleh beberapa perawat yang datang dan langsung mendapat perawatan dari dokter. Begitupun juga dengan Jino.
Sesampainya di UGD dua pria beda generasi itu langsung mendapat pertolongan. Tetapi Jino yang tak terlalu banyak luka tidak mau diobati.
"Obati saja pecundang itu!" sarkas Jino yang mendapat tatapan tajam dari dokter yang ada disana. Dokter laki-laki itu sengaja menekan di bibir Jino agar ia menjerit atau mendesis. Namun, ternyata tidak.
"Kuat sekali remaja ini," lirihnya.
"Sudah Dok, saya tidak apa-apa."
Alex menyingkirkan tangan dokter itu begitu saja. Dia mengangkat tubuhnya dan duduk di tepi ranjang.
"Antar aku ke tempat Soya," pinta Alex. Pria itu belum menyerah sebelum dia tahu betul bagaimana kondisi calon istrinya.
"Aku bilang jauhi, Soya!" tegas Jino.
"Aku calon suaminya. Kau tak berhak melarangku menemuinya, Jino!" ucap Alex tak kalah tajam.
Dokter dan perawat yang mulai mengerti kondisi ini hanya bisa menghela nafas mereka, "Astaga. Masalah wanita rupanya," ujar mereka menatap pria dan wanita memakai seragam putih itu dengan nyalang.
"Bukan seperti yang kalian pikirkan," ucap Jino sambil menggelengkan kepalanya.
"Antarkan aku padanya, sekarang."
Jino menatap Alex sekilas dan langsung menoleh ke arah dokter kembali. Jino masih tak mau jika Alex bertemu dengan Soya. Dia sungguh sangat marah dengan kejadian ini. Jika saja kekayaannya melebihi tuan Hadi, sudah sejak lama dia membawa kabur Soya agar terhindar dari sifat egois ayahnya.
"Jin, please!" Alex memohon.
"Untuk apa kau ingin bertemu Soya?"
"Aku mau tahu kondisinya," ucap Alex.
"Kondisinya baik, sudah kan."
"Bukan begitu Jin. Tolong bawa aku padanya."
Dokter yang berjaga di UGD langsung mengerti siapa gadis yang Alex maksud, "apa pria ini yang membuat temanmu terluka sampai seperti tadi?" tanyanya.
"Ya, dia yang sangat bertanggung jawab atas perilakunya yang tidak mencerminkan pria gentleman. Usia saja tua, otak kosong.
Alex mengambil udara di sekitarnya. Dadanya yang sesak membutuhkan asupan oksigen yang banyak. Sungguh kata-kata Jino melukai harga dirinya.
"Jika Dokter tahu dimana, Soya sekarang?" tanya Alex.
"Cih!" Jino berdecak mendengar Alex tak bertanya lagi padanya. "Masih jalan juga logikanya," lirih Jino hampir tak terdengar.
"Jika Anda datang untuk membuat pasien kami terganggu, dengan sangat menyesal saya tidak bisa mengatakannya," ujar sang dokter.
Alex menatap tak percaya. Dokter itu lebih percaya kepada Jino yang notabene hanyalah seorang remaja. Padahal jika dilihat dengan baik, bukan wajahnya yang lebih bisa dipercaya. Wajah dewasa dan matang jauh jika dibandingkan dengan wajah Jino yang imut-imut.
Jino yang masih memiliki rasa pri kemanusiaan dan keadilan akhirnya membiarkan Alex menemui Soya walau dengan berat hati, "Hei Om-om gila, ikuti aku!" Jino bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari ruang UGD.
Alex yang masih termenung tak langsung menghiraukan perkataan Jino.
"Hei Tuan! dia sedang berbicara padamu," ujar sang dokter.
"Mau ikut atau tidak!" bentak Jino geram dengan sikap Alex.
Alex segera bangkit dan langsung mengikuti arah langkah remaja itu dengan sedikit kesulitan.
"Apa kita tadi nggak salah denger, pria tadi calon suaminya?" ujar salah satu perawat.
"Hah, jaman sekarang orang kaya tingkahnya aneh-aneh," sang dokter menggelengkan kepalanya.
Duh makin penasaran nih kelanjutannya.