Apa jadinya jika dalam suatu pernikahan hadir orang ketiga?
Begitulah nasib Mayang yang harus menghadapi kehidupan pernikahannya yang penuh dengan lika-liku.
Mertua, dan ipar menganggapnya sebagai benalu.
Ditambah dengan lima tahun pernikahannya dengan Adam, mereka belum juga dikaruniai buah hati.
Sanggupkah Mayang menghadapi semua kemelut kehidupan?
Akan kah Mayang memilih untuk meninggalkan suaminya atau tetap bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marina Cs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Karena pertengkaran kami semalam. Membuat suasana di rumah semakin mencekam. Desakan dari ibu mertua, adik ipar serta wanita ular itu membuat hubungan aku dan mas adam seperti perang dingin.
Dan ibu berulang kali memaksa ku untuk memberikan surat tanah warisan kedua orang tua ku. Dengan alasan membantu perekonomian mas adam yang sedang krisis. Tentu saja langsung ku tolak mentah-mentah. Hanya karena keinginan dan desakan dari istri siri mas adam ibu nekat membongkar kamar ku saat aku sedang tidak ada dirumah.
Hal itu aku ketahui saat mbo jum menceritakan nya padaku. Bersyukurlah aku sudah selangkah didepan. Semua sudah ku pindah kan. Surat-surat berharga dan semua perhiasan yang aku miliki sudah beberapa bulan lalu aku simpan di brangkas rumah pribadi ku.
Jadi percuma saja mereka membongkarnya.
"Heheheh. Emang enak."batinku.
Brak.
Suara bantingan dari pintu kamar ku. Mas adam dengan raut wajah yang penuh dengan emosi menatapku.
"May, kata kan dimana surat rumah papa dan mama?" Tanya mas adam dengan suara tinggi
"Surat rumah papa dan mama??? Apa maksud kamu mas? Itu rumah orang tua ku. Kamu tidak berhak mengambilnya."balasku dengan melawan balik mas adam
"Aku berhak may, ingat may, harta suami milik suami. Harta istri milik suami."ujar mas adam tanpa rasa bersalah.
"Woooooow.... ajaran darimana itu mas? Mana ada harta suami milik suami. Harta istri milik suami. Ajaran sesat dari siapa yang kamu pakai mas. Denger ya mas harta suami milik istri sedangkan harta istri milik istri. Suami tidak berhak mengambil atau menjualnya. Situ berpendidikan tinggi kan punya agama kan. Seharusnya kamu sadar mas. Ajaran sesat jangan di pakai." Jawab ku dengan penuh emosi
"Apa maksud mu may ajaran sesat??"
"Mas sadarkan apa yang sudah mas bilang tadi apa?? Jangan berlaga lupa mas. Dengar ya mas. Itu rumah kedua orang tua kandung ku. Kamu tidak berhak sepeser pun atas rumah itu. Jika kamu sampai nekat. Jangan salah kan aku memilih untuk kita bercerai."
"Aa..pa.. bercerai may" ucap mas adam sambil mengacak-acak rambut nya dengan frustasi.
"Tapi mas butuh uang may"ujar mas adam kemudian
"Buat apa mas?? Jawab aku dengan jujur buat apa?? Buat novi kan?? Buat pelakor itu kan mas?? Jawaaaab." Bentak ku
"Novi bukan pelakor may. Novi istri mas." Tanpa sadar mas adam berkata jujur.
"Ap....pa istri?? Jadi kamu selingkuh mas?? Jawab jujur!!" Suara satu oktaf ku keluar mendengar perkataan mas adam
"Bu...kan may. Novi bukan istri mas. Novi sepupu mas"tersadar dengan ucapan nya barusan. Mas adam berusaha untuk mengelak ucapan nya.
"Mas, aku tidak tuli ya... aku mendengar dengan jelas ucapan mu tadi. Kamu ingat kan mas dengan perjanjian kita sebelum menikah. Perjanjian yang sudah di tanda tanganin oleh kamu sendiri dan disaksikan oleh pengacara kita berdua?? Kamu ingat kan mas?? Jangan pura-pura lupa kamu mas?" Geramku
"I..tu..itu.." jawab mas adam dengan gugup dan raut wajah pucat tanpa aliran darah.
"Itu apa mas? Denger ya mas. Sekali kamu melanggar perjanjian kita. Jangan salah kan aku bertindak lebih jauh."
"Tapi aku butuh uang may, seluruh tabungan mas habis. Dan mas udah ga tahu harus kemana lagi mencari uang itu".ucap mas adam dengan lirih.
"Aku ga perduli mas. Itu urusan mu. Bukan urusan ku. Kamu yang memulai kenapa harus aku yang menyelesaikan nya. Kenapa tidak mas jual saja rumah ini. Atau suruh novi membeli nya dengan uang nya sendiri."
Plaaak.
Ku pegang pipi dan menatap tajam mas adam. Tamparan keras aku dapatkan hanya karena untuk memenuhi kemauan selirnya.
Tanpa banyak bicara. Aku langsung mengambil koper yang terletak di atas lemari. Lalu kumasukkan semua baju-baju ku serta barang-barang ku.
Ku berjalan ke ruang istirahat mbo jum dan menyuruh nya untuk membereskan semua barang-barang mbo jum. Tanpa banyak tanya mbo langsung bergegas melakukan perintah ku.
Mereka melihat ku dengan senyum karena mereka merasa telah berhasil membuat ku pergi dari rumah ini. Tak ku gubris. Aku langsung membawa semua barang-barang ku dan meletakan nya ke dalam mobil. Mbo jum pun memasukan semua barang-barang nya.
Setelah semua sudah masuk mobil aku langsung menuju ke rumah pribadi ku bersama mbok jum.
Sesampai nya di rumah ku lihat bi ummah berada di teras menunggu ku dan mbo. Ku matikan mesin mobil. Ku buka pintu dan aku langsung berjalan ke arah bi ummah lalu memeluk nya sambil menangis ku tumpahkan semua beban di hati.
Ku rasakan belaian di rambutku dan punggung ku. Dua wanita yang selalu menemaniku saat ku kecil hingga dewasa. Bi ummah mengantarkan ku ke dalam kamar. Dan menyelimuti ku. Menyuruh ku untuk istirahat. Mereka tahu akan rasa sakit dan luka yang aku rasa kan.
Karena terlalu banyak menangis aku pun tertidur seperti bayi.
Saat terbangun. Aku melihat banyak pesan dan panggilan tak terjawab dari mas adam dan keluarga nya. Mungkin saat ini mereka sedang ketakutan apa bila aku meminta untuk berpisah.
Kenapa tidak, jika aku berpisah dengan mas adam otomatis seluruh harta yang mas adam peroleh setelah kami menikah akan menjadi milik ku. Apa lagi terbukti dengan pernikahan siri yang mas adam lakukan.
Sesuai perjanjian yang sudah kami sepakatin sebelum menikah. Aku membuat perjanjian itu tanpa maksud apa pun. Karena terlalu banyaknya pernikahan yang pernah kulihat dan ku dengar berujung perceraian akibat orang ketiga. Dan itu terbukti sekarang dalam pernikahan kami.
Suara dering telepon membuat lamunan ku buyar. Terpampang nama mas adam di layar hp ku. Ku geser tombol hijau. Ingin tahu apa lagi yang mas adam bicarakan.
(Halo, may)
(Ya, mas. Kenapa)
(Mas mau minta maaf may. Mas tidak sadar sudah menampar mu kemarin. Mas minta maaf.)
(Ada lagi mas?)
(Kamu dimana?? Pulang ya. Mas janji tidak akan menyakiti mu lagi.)
(Buat apa mas? Bukan kah sudah ada istri mu yang lain.)
(Mas, minta maaf may. Ibu yang memaksa mas untuk menikahi novi. Karena ibu sangat menginginkan seorang cucu.)
Deg...
Seperti ada sebuah bilah pisau tak kasat mata menancap hati ini saat mas adam bilang karena keinginan ibu untuk memiliki cucu. Sedangkan ibu sudah memiliki 3 cucu dari kakak perempuan dan abang laki-laki nya. Kak desi dan bang juna. Ironis.
(Bukan kah ibu sudah mempunyai 3 cucu mas dari kakak dan abang mu. Tak bisa kah ibu menunggu hingga kita berikan amanah untuk memiliki anak, mas)
(Maaf kan aku may)lirih nya
(Jawab may dengan jujur mas? Sudah berapa lama mas berhubungan dengan wanita itu?)
(I...tu )ucap mas adam dengan gugup
(Jawab mas) bentak ku
(S..udah setahun may.)
(Wooow hebat sekali kamu mas. Begitu lama kamu sudah mengkhianati ku)
(Maaf kan mas, may. Mas khilaf)
(Kalau khilaf tidak akan selama itu mas. Emang mas pikir may bodoh apa.)
Tak mau mendengar ucapan mas adam lagi, aku langsung mematikan sambungan telepon dan mematikan hp ku lalu meletakan nya di atas kasur.
Keputusan ku sudah bulat untuk mengakhiri rumah tangga ini. Ku langkah kan kaki menuju kamar mandi dan membersihkan diri. Lalu bersiap-siap untuk pergi ke pengadilan agama. Semua berkas-berkas dan bukti-bukti telah ku persiapkan. Mungkin aku akan mengunakan jasa lawyer biar memudahkan proses perceraian.