Nala dan Zayn, dua remaja yang saling jatuh cinta. Nala merupakan gadis yatim piatu yang di rawat oleh tantenya. Namun karena sebuah kebencian Zayn terhadap Tante dari Nala yang merupakan selingkuhan papanya, membuat Zayn salah langkah hingga menyakiti gadisnya. Apalagi perselingkuhan itu terjadi di saat sang mama koma.
Dan di saat yang sama, Zayn mengetahui kenyataan bahwa dirinya bukanlah anak kandung mama papanya.
Lalu siapakah orang tua kandung Zayn??
Bagaimana pula dengan hubungan antara Zayn dan Nala???
Apakah Nala tak berhak bahagia???
Selamat datang di tulisan receh Mak othor 🤭. Semoga berkenan ya bestiiii...
Silahkan mampir, tapi please...kalo emang ngga minar, tolong skip aja dan tapi jangan kasih bintang 1 ya 🙏🙏🙏☺️
Terimakasih 🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 29
Suci menenangkan diri di luar. Dia duduk di kursi rodanya menghadap ke arah jalan raya di balik pegar keliling.
"Nyonya, ada yang bisa saya bantu?", tanya Pak Agus. Suci pun menoleh.
"Ngga pak Agus. Saya hanya kangen Zayn!", jawab Suci sendu. Pak Agus mengernyitkan alisnya.
"Den Zayn? Oh....tadi kurang lama ya ngobrolnya? Saya saja sampai ngga tahu Den Zayn keluar."
Suci menatap Pak Agus penuh tanya.
"Kurang lama ngobrolnya?", tanya Suci.
"Iya Nyonya, tadi Den Zayn cuma sebentar ketemu tuan sama nyonya?", tanya Agus lagi.
Suci menggeleng dengan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya.
"Saya ngga ketemu Zayn, pak Agus!", kata Suci sendu. Agus terdiam.
Pikiran Suci langsung tertuju pada obrolannya dengan Nugi saat di dapur tadi. Mungkin Zayn mendengar percakapan mereka berdua hingga urung menemui mamanya sendiri.
Suci meninggalkan halaman dan langsung menuju ke dalam rumahnya dengan kursi roda otomatisnya.
Pak Agus sendiri bingung dengan masalah yang majikannya hadapi. Tapi dia siapa? Punya hak apa untuk bertanya?
💫💫💫💫💫💫💫
Nala sudah mandi dan wangi. Ia juga tadi membeli martabak di gang depan untuk cemilannya dan Zayn nanti.
Mungkin bisa di makan usai makan malam nanti. Tapi sudah hampir petang, suaminya tak memberi kabar apa-apa.
Nala memilih untuk membuka pintu kamar kostnya jadi ia tahu saat suaminya datang.
Dan setelah menunggu beberapa saat, yang di tunggu pun datang. Wajah lesu dan lelah tampak terlihat di sana.
"Assalamualaikum!"
"Walaikumsalam. Mas?", Nala menyambutnya dengan senyuman merekah. Zayn yang lelah pun merasa tenang melihat wajah istrinya yang menyambutnya dengan senyuman.
Zayn duduk bersandar sambil meluruskan kakinya. Jaket jeans yang ia pakai pun di lepas.
"Mau mandi dulu, apa makan dulu? Tadi aku udah beli lauk, sama ini...martabak manis!", kata Nala sambil meletakan teh hangat di depan Zayn.
Sebenarnya Zayn tak terlalu suka teh, tapi selama ini Nala menyediakan teh untuknya mau tak mau ia pun meminumnya.
"Istirahat bentar, habis itu mandi! Kamu udah solat magrib?"
Nala mengangguk.
"Udah mas!", jawabnya. Zayn meraih salah satu tangan Nala lalu mengecup punggung tangannya.
Lalu setelah itu Zayn memejamkan matanya. Nala tak tahu apa yang sedang Zayn pikirkan. Ia tak mau bertanya sebelum Zayn sendiri yang mengatakannya.
"Udah full baterai!", kata Zayn membuka matanya lalu bangkit dari duduknya. Tapi ia menyempatkan mengecup kening Nala.
"Mandi dulu bentar ya!", kata Zayn. Nala mengangguk dan tersenyum.
"Iya, jangan lupa sekalian wudhu! Udah hampir Isya!"
Zayn mengacungkan kedua jempolnya.
💫💫💫💫💫💫💫💫
"Aku belom nemu tempat buat buka bengkel. Padahal...udah muter seharian."
"Sabar, mungkin belum rejeki kamu mas!", kata Nala mengusap bahu Zayn pelan.
Zayn menatap langit malam yang gelap. Tak nampak bintang yang ada di atas sana. Mungkin karena tebalnya asap polusi.
"Kamu tahu La....?", Zayn menoleh pada suaminya.
Nala tak menyahut namun membalas tatapan mata pemuda tampan itu.
"Kamu adalah anugerah yang Tuhan kirimkan untuk ku di tengah...kenyataan bahwa aku tak di inginkan siapa pun!", kata Zayn tersenyum getir.
Hati Nala mencelos dan ia memilih memalingkan wajahnya.
"Tapi...aku tetap bersyukur, di saat aku tak di inginkan oleh keluarga angkat ku...setidaknya aku punya kamu!"
Nala menunduk dan menggigit bibirnya sendiri. Sungguh hatinya goyah!
Gadis itu berada di posisi yang sulit. Ia juga tak ingin egois, namun saat keputusan itu di ambil pun...akan tetap menyakiti dirinya juga Zayn.
Zayn merengkuh bahu Nala. Lalu menyandarkan kepalanya di bahu Nala. Tak lupa tangannya pun memeluk pinggang ramping Nala dengan posesif.
"Maaf ya ...gara-gara pemikiran pendekku...kamu ngga bisa meraih cita-cita kamu...!", ujar Zayn lirih. Nala menyentuh rahang tegas Zayn.
"Ngga ada yang perlu di sesali. Mungkin ini takdir kita, kalau tidak ada kejadian itu...mungkin kita belom nikah atau tidak menikah!", kata Nala.
Zayn langsung bangun dari bahu Nala.
"Kok gitu sih ngomongnya??"
Nala sampai mengernyitkan alisnya mendengar suara manja Zayn. Padahal selama ini, suaminya di kenal sebagai anak yang cool di sekolah.
"Ya ...kan bener, kita ngga pernah tahu takdir apa yang menanti kita. Ya kan?"
Zayn kembali merengkuh pinggang Nala.
"Aku tetap akan memaksa Nya biar kamu jodohku, dunia akhirat!", kata Zayn. Pemuda itu kembali bersandar nyaman di bahu kecil Nala.
Nala hanya mampu memejamkan matanya. Sebisa mungkin ia menahan air yang mengembun di pelupuk matanya.
Namun ia berpura-pura menguap agar tak nampak jika ia akan menangis.
"Hoammm...ngantuk mas!", kata Nala. Zayn bangkit dari bahu Nala.
"Emang tadi ngga tidur siang?", tanya Zayn. Nala menggeleng.
"Panas, susah tidur!", jawab Nala. Ia berpura-pura mengusap wajahnya padahal ia tengah menghapus air matanya.
"Sabar ya, nanti kalau aku udah dapat ruko kita bisa pindah, pasang AC juga biar kamu ngga kepanasan."
"Heum, ruko?"
"Iya, jadi...kita tinggal di sana sekalian. Depan buat buka bengkel, atas atau belakang buat kita tinggal. Ya...doain aja semoga bisa dapat yang kaya gitu!"
Nala tersenyum tipis dan mengangguk pelan. Memang, kost Nala secara umum kurang sirkulasi udaranya. Bahkan komplek rumah warga pun sangat dekat satu sama lain. Tapi ya....mereka tak saling mengenal.
"Ya udah, masuk yuk", ajak Nala. Zayn pun ikut berdiri dan keduanya pun masuk ke kamar.
"Hah!!!", Zayn merebahkan diri di atas kasur.
Nala yang belum rebahan mengambil kaki Zayn di atas pangkuannya.
"Lho ...ngapain sayang?", tanya Zayn.
"Kamu pasti capek mas keliling seharian naik motor!"
"Iya sih, tapi ...?? Eh, katanya kamu ngantuk?!", tanya Zayn yang mulai menikmati pijatan tangan mungil Nala di betisnya.
"Iya, mijetin kaki mas dulu. Nanti juga tidur kok! Kamu tidur duluan aja mas!"
Zayn pun mengangguk dan semakin lama ia keenakan mendapatkan pijatan dari tangan mungil Nala.
Setelah Zayn benar-benar tertidur pulas, Nala pun ikut merebahkan diri di samping Zayn. Di pandanginya wajah tampan dan sempurna itu.
Tangan Nala terulur mengusap pipi Zayn yang terlihat lelah. Mungkin tak hanya lelah, tapi suaminya juga sedang menyimpan masalah.
Usai puas mengusap pipi, jari telunjuknya menyentuh bibir tebal yang pertama kali menjamahnya.
Dengan sedikit takut, Nala mencuri kecupan di sana saat sang pemilik bibir itu terlelap. Tak lupa, Nala pun mengecup kening Zayn yang terhalang rambut lurusnya.
Maafkan aku Zayn, tapi ini untuk masa depan kamu! Bisik hati Nala.
Usai puas menyentuh wajah suaminya, Nala memeluk erat tubuh jangkung itu. Tubuh yang tak terlalu kurus atau gemuk.
Dan Zayn pun reflek membalas pelukan Nala. Bahkan Nala bisa mendengar Zayn yang mengigau.
"Jangan pergi La...!", kata Zayn lirih. Nala yang sudah memejamkan matanya pun kembali terbuka.
Aku pun takut kehilangan kamu Zayn!
Tanpa Nala sadari, tetesan bening itu kembali meluncur tanpa komando.
💫💫💫💫💫💫💫
Ok gaes....selamat beristirahat 🙏🙏🙏
Terimakasih 🤗
berakhir dengan happy ending Alhamdulillah