Niat hati ingin memberikan kejutan di hari pernikahan. Hatinya hancur berkeping-keping di saat sang suami lebih memilih meninggalkannya di bandingkan bertahan di dalam pernikahan.
Pertemuannya Alex dengan wanita bernama Eliza menggoyahkan hati pria itu, padahal pria itu sudah beristri yang tak lain pelakor dalam hubungan Eliza.
Jerat pun mulai Eliza lakukan demi membalas rasa sakit yang dulu pernah Mauren lakukan.
Bagaimana kisah mereka bertiga? akankah hubungan Eliza dan suami orang diresmikan atau justru karma Eliza tuai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 - Sadar
Ruangan serba putih dengan berbagai macam alat kesehatan serta bau menyengat begitu terasa di ruangan inap pasien. Meski ruangan tersebut merupakan ruangan paling baik diantara ruangan lainnya, ruangan yang hanya di huni oleh satu orang saja, tetapi tetap saja bau obat begitu ketara tercium oleh indera penciuman milik dua orang yang selalu setia menunggu kesadaran Eliza.
Satu hari telah berlalu, Eliza masih belum sadar juga padahal keadaannya baik-baik, saja.
"Ya Tuhan Eliza, sampai kapan kamu akan berdiam diri menutup mata seperti ini? Tidak inginkah kamu bangun melabrak wanita yang sudah merebut suamimu? Eliza, kamu itu wanita kuat, kamu wanita hebat, kamu cantik luar biasa dan pintar dalam segala hal, bangunlah demi keadilan untuk dirimu sendiri." Sarah, sahabat baiknya Eliza selalu ada di saat wanita cantik itu dalam keadaan suka maupun duka. Dia tidak pernah meninggalkan sahabatnya sendirian meski dirinya banyak kerjaan.
Sarah menangis melihat keadaan sahabatnya terbaring lemah tak sadarkan diri. Dia mendapatkan informasi mengenai kecelakaan yang di alami Eliza dari tetangga sebelah rumah Eliza.
Sarah langsung saja mencari keberadaan sahabatnya di rawat dimana dan ternyata sekarang dirinya berada duduk di samping pasien dalam keadaan menggenggam tangan sahabat.
Ceklek...
Suara pintu ruangan terbuka memperlihatkan Hans, suaminya Sarah menenteng satu plastik hitam.
"Sayang, kamu harus makan dulu, kasihan bayi yang kamu kandung jika di biarkan kosong. Kamu juga butuh asupan nutrisi buat calon bayi kita." Hans menyimpan plastik tersebut di dekat Sarah seraya mengusap punggung sang istri secara lembut.
"Kasihan Eliza belum bangun juga. Dia juga pasti belum makan apapun dari kemarin hanya mengandalkan cairan infus saja." Sarah menatap sedih wajah wanita yang sedang terlelap tidur dalam nyamannya.
"Mau bagaimana lagi, Yank. Dia belum sadar jadi hanya cairan bening saja yang ia konsumsi."
"Hans, bagaimana kalau Eliza menanyakan tentang calon bayinya? Jawaban apa yang akan kita beri nanti? Aku tidak tega memberitahukan kenyataan pahit mengenai ketiadaannya calon anak Eliza." Sarah bingung akan hal itu.
Hans menghelakan nafas lesu. "Kita beri jawaban yang sebenarnya. Kita tidak mungkin menyembunyikan hal sepenting ini dari Eliza dan sekalipun Vicky menanyakannya juga, kita harus jujur padanya."
Mengenai Vicky suami durjana itu, pria itu tidak lagi memperdulikan keberadaan istrinya yang ia talak tepat di malam naas kejadian terenggutnya nyawa sang anak. Vicky lebih memperbanyak waktu bersama Mauren dan sedang menyiapkan pernikahan mereka yang akan di gelar satu Minggu lagi.
Samar-samar mata Eliza mulai mengerjap membuka mata secara perlahan, kelopak matanya sampai terbuka sempurna dan mampu membuat Sarah memekik kaget saking senang sahabatnya sadar.
"Eliza, kamu sadar. Hans Eliza sadar." Sarah mendongak menata suaminya terharu sahabatnya sudah membuka mata.
Eliza masih menyesuaikan penglihatannya memperhatikan sekeliling tempat yang terasa asing di matanya.
"I-ini dimana?" lirihnya sangat pelan masih dalam keadaan lemas menyesuaikan tubuh yang masih juga belum sepenuhnya terkumpul energinya.
"Kamu berada di rumah sakit, Eliza." Sarah menggenggam tangan Eliza, matanya sudah berkaca-kaca takut jika dia menanyakan tentang bayinya.
Eliza terdiam mengingat segala peristiwa yang terjadi dari mulai mencoba memberi kejutan tapi dia yang di beri kejutan luar biasa, pertengkaran antara dirinya dan suaminya, pertengkaran antara dia sang wanita penggoda suaminya, hingga talak yang ia terima serta pengejaran agar sang suami tidak menalaknya.
Luruh kembali air mata kesedihan dengan isak kecil tersayat pilu. "Sarah, Vicky..."
Sarah mendongak ke arah Hans. Dia pikir Eliza mencari keberadaan suaminya dan berharap ada orang yang di cintai ada di sana. Baik Sarah ataupun Hans belum mengetahui perihal perselingkuhan yang dilakukan Vicky.
"Vicky tidak ada di sini, Eliza. Dia..." Sarah bingung mau berkata apa.
Eliza semakin terisak membuat Sarah panik langsung berdiri memeluk sahabatnya. "Kamu jangan menangis, Eliza. Vicky pasti kesini, kami akan menghubunginya."
"Vicky selingkuh, Sarah. Vicky... Vicky menceraikan ku dan memilih pelakor itu hiks hiks." Pada akhirnya Eliza tidak sanggup lagi memendam rasa yang ia rasakan setelah mengetahui perselingkuhan suaminya. Dia salah tidak pernah mendengarkan nasehat Hans yang mengatakan jangan terlalu percaya dan cinta pada Vicky. Kini, dirinya merasakan sakit luar dalam atas kenyataan yang ia dapatkan.
Sarah serta Hans terbelalak kaget. Sarah sampai melepaskan pelukannya menatap dalam meminta penjelasan mengenai apa yang mereka dengar.
"Maksudmu?"
Eliza menceritakan semuanya dari awal tanpa di tutup-tutupi sedikitpun Hans dan Sarah. Dia menangis dengan hati yang hancur atas pengkhianatan suaminya.
"Aku tidak percaya ini semua, tapi ini kenyataan di depan mataku sendiri, Sarah. Suamiku... suamiku berkhianat." Eliza tak kuasa menahan air matanya yang terus saja mendesak ingin keluar. "Aku tidak menyangka Vicky seperti itu, Sarah. aku menyesal tidak mendengarkan perkataan kalian tentang dia yang tidak setia. Aku menyesal hiks hiks..."
Namun, seketika dia tersadar dalam sedihnya, kembali teringat peristiwa terakhir yang ia alami.
"Sa-sarah, ada mobil yang menabrakku. A-anakku?" bibirnya gemetar menyadari sesuatu. Dia sudah memiliki pikiran negatif tentang kejadian itu karena pada saat itu perutnya yang lebih dulu terbentur mobil bagian depan lalu terpental menggelinding ke samping.
"Eliza." Sarah menatap Hans meminta persetujuan memberitahukan tentang kenyataannya.
"Anakku baik-baik saja kan?" Eliza mengguncang bahu Sarah meminta penjelasan.
"Maaf, kamu mengalami keguguran dan baru melakukan kuret," dengan berat hati Sarah memberitahukan kenyataan pahit ini pada Eliza. Eliza harus tahu tentang semua ini.
Deg...
Seketika jantung Eliza terasa berhenti mengetahui kenyataan anaknya telah tiada. Eliza mematung mendengar kata kuret dari mulut Sarah
"Ku-kuret?!" air matanya kembali berderai semakin deras, pikirannya sudah kemana-mana.
"Eliza kamu harus kuat. Calon anakmu tidak dapat di selamatkan akibat benturan keras di perutmu yang menyebabkan pendarahan hebat. Kamu harus ikhlas," tutur Hans tak tega melihat kesedihan Eliza.
Deg....
Jantung Eliza seolah berhenti hari itu juga, tubuhnya lemas tak berdaya mendengar anaknya tidak selamat.
"Jangan bohong, Sarah, Hans?" Eliza menolak percaya karena ini anak yang ia inginkan.
"Tidak El, kami tidak bohong. Dia sudah tiada," lirih Sarah ikut sedih dan kehilangan lalu dia memeluk Eliza menangis mengusap punggung sahabatnya.
"Tidak! anakku tidak mungkin tiada, ini pasti salah, dokter pasti berbohong, anakku tidak mungkin tiada!" pekik Eliza menangis histeris.
Sarah memeluk Eliza dengan erat. Ia tak tega melihat sahabatnya meraung menangis kehilangan sang buah hati.
"Kenapa harus anakku yang Tuhan ambil, Sarah? Kenapa harus anakku yang tiada, Hans? Lebih baik aku yang mati daripada sakit di khianati."
Hans berkaca-kaca, ia mendongakkan wajahnya mengerjapkan mata supaya air matanya tidak menetes. Ia dan sang istri tidak tega dan merasa sedih atas kehilangan yang di alami Eliza.
Sarah terus memeluk Eliza menenangkannya meski dia sendiri sakit, sedih, dan ikut merasakan kehilangan. Dia berpikir bagaimana jika ini terjadi padanya pasti akan sangat sakit dan tidak terima anaknya tiada.