NovelToon NovelToon
Istri Culun Presdir Dingin

Istri Culun Presdir Dingin

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Anak Genius / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:447.2k
Nilai: 4.8
Nama Author: Ocean Na Vinli

Di masa putih abu-abu, Juwita dan Calvin Cloud menikah karena kesalahpahaman. Calvin meminta Juwita untuk menyembunyikan status pernikahan mereka.

Setelah lulus sekolah, Calvin pergi ke luar negeri untuk menempuh pendidikan. Sedangkan Juwita memilih berkuliah di Indonesia. Mereka pun saling menjauh, tak memberi kabar seperti kebanyakan pasangan lainnya.

Lima tahun kemudian, Juwita dan Calvin dipertemukan kembali. Calvin baru saja diangkat menjadi presdir baru di perusahaan Lara Crop. Juwita juga diterima menjadi karyawan di perusahaan tersebut.

Akan tetapi, setelah bertemu, sikap Calvin tetap sama. Juwita pun menahan diri untuk tidak memberitahu Calvin jika beberapa tahun silam mengandung anaknya.

Bagaimanakah kelanjutan hubungan Juwita dan Calvin? Apakah Juwita akan tetap merahasiakan buah hatinya, yang selama ini tidak pernah diketahui Calvin?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14. Terkesima

Calvin tak langsung menanggapi. Kedua bola mata itu tak berkedip-kedip kala memandangi wanita di depannya saat ini.

Sementara Juwita saat ditatap dengan sangat intens, malah salah tingkah. Sesekali dia membenarkan rambut panjangnya tergerai dengan menyalipkan anak rambut ke telinga kanan.

"Bagaimana bidadarinya cantik, 'kan?" Lara, sebagai orang yang sangat berharap Calvin dapat membuka hati pada Juwita, mengulum senyum sejak tadi. Dia sangat senang karena malam ini Juwita terlihat amat menawan dan mempesona, hingga dia sendiri tadi hampir saja tidak mengenali Juwita.

Berbeda dengan seseorang di samping Lara, dadanya malah terbakar membara, Putri mulai mengepalkan kedua tangan, menahan cemburu karena pria yang dia sukai memandang Juwita tanpa mengedipkan mata sama sekali. Putri sudah tahu sedikit mengenai, mengapa Juwita dan Calvin bisa menikah. Tadi saat berjalan kemari, Marisa memberitahu dia perihal hubungan Juwita dan Calvin, yang tidak sehat itu. Putri masih memiliki kesempatan untuk menggapai hati Calvin.

Begitu juga dengan Marisa dan Loren, justru memutar mata sejenak, melihat pemandangan di sekitar, yang membuat keduanya mulai muak.

"Jangan lupa kedip Calvin," ucap Lara kembali kala Calvin tak kunjung membalas pertanyaan darinya.

"Dia siapa Nek?" Sangking terkesimanya, Calvin tidak dapat mengenali Juwita yang saat ini tidak memakai kacamata.

Juwita terlihat amat cantik, riasan natural serta gaun putih yang melekat ditubuhnya, membuatnya tampak sangat berbeda dari biasanya.

"Astaga, masa kamu tidak kenal dengan istrimu sendiri, ini kan Juwita, ada-ada saja cucu nenek ini ya." Lara mengulum senyum karena Calvin sepertinya terpesona dengan kecantikan Juwita.

'Juwita? Cantik sekali dia, em maksudku dulu memang cantik tapi sekarang juga makin cantik.' Calvin hanya dapat melontarkan pujian tersebut di dalam hatinya.

"Jadi cantik, 'kan?" Lara mengulangi pertanyaannya. Dia tak sabaran dengan tanggapan Calvin.

"Biasa saja, gaunnya saja yang cantik, sudahlah aku lelah Nek. Aku mau duduk." Namun, jawaban yang diberikan Calvin membuat Juwita tersenyum kaku.

Juwita langsung tertunduk dalam dan memandangi sedikit penampilannya. Sementara Marisa, Putri dan Loren tersenyum penuh kemenangan dengan tanggapan Calvin.

'Walaupun penampilan aku berubah, Calvin tidak mungkin membuka hati padaku, karena dia mencintai Putri.' batin Juwita sejenak.

"Ya sudahlah, kalau begitu duduklah Calvin," ujar Lara dengan raut wajah sedih. Lara amat kecewa dengan balasan Calvin.

Calvin mengangguk, tanpa mengalihkan bola matanya dari Juwita yang saat ini kepalanya menunduk ke bawah.

"Kasihan anak Mama ini, pasti capek berkerja ya, ayo duduklah di samping Putri, Nak," celetuk Marisa seketika lalu menepuk kursi di sebelah kanan Putri, yang masih kosong.

"Iya duduklah di sini Cal," timpal Putri juga seraya tersenyum simpul.

"Iya aku capek. Tidak usah, aku duduk di dekat Nenek saja, aku sudah lama tidak bertemu dengannya."

Jawaban yang dilontarkan Calvin berhasil membuat Putri dan Marisa tercengang sebab kursi yang kosong di dekat Lara, bersebelahan dengan kursi Juwita. Mereka ingin membantah namun mendapat tatapan tajam dari Lara. Putri dan Marisa lantas mengurungkan niatnya.

Lara perlahan mengulum senyum sejenak. "Ternyata cucuku ini tahu diri juga, ya sudahlah duduklah di dekatku, sekalian aku ingin menanyakan sesuatu pada kalian berdua."

"Iya Nek, tapi bolehkah aku sambil makan, aku benar-benar lapar." Dengan cepat lelaki berperawakan tinggi itu duduk tepat di samping Juwita, sambil sesekali melirik ke samping. Yang dilirik hanya diam saja, bergeming dengan kepala tertunduk.

"Silakan Calvin, kasihan kamu baru jadi presdir langsung banyak kerjaan." Lara melirik sekilas Loren. "Tidak seperti Pamanmu itu berleha-leha dengan pekerjaannya."

Loren merasa tersinggung dengan ucapan Lara, lantas membuka suara. "Ma, aku tidak berleha-leha. Mama tahu sendiri kan aku sibuk membantu Sinta mengurus anak kami."

Lara mendelik sesaat. "Terserah, sudahlah jangan bahas lagi, ayo Calvin, Juwita makanlah dengan kenyang. Nenek juga mau makan sedikit. Sebentar lagi kita akan berdoa bersama."

Calvin mengangguk lantas mengambil beberapa makanan yang tersedia di atas meja. Diikuti Lara, Marisa, Putri dan Loren. Sementara Juwita terlihat enggan mengerakkan tangan, terdiam dengan melirik ke kanan dan ke kiri. Di mana semua orang sibuk mengambil makanan.

"Kamu nggak makan?" tanya Calvin tiba-tiba membuat Juwita tampak gelagapan. Sebab tidak ada angin, tidak ada hujan Calvin tiba-tiba bertanya.

Juwita menoleh ke samping. "Aku sudah kenyang, lagian makanannya aku kurang suka," ujarnya karena makanan yang tersaji, memang bukan makanan Indonesia, melainkan makanan khas Italia.

"Haha, iya iya lah, orang sepertimu tidak akan suka dengan makanan mahal ini, makanan yang kamu suka kan, makanan-makanan sampah yang di pinggiran itu, sebaiknya kamu pergi saja keluar dan makanlah di sana," komentar Marisa tiba-tiba membuat muka Juwita tampak memerah.

Lara terkejut mendengar ucapan Marisa, sampai-sampai melototkan mata. Dia hendak membalas. Namun, Juwita terlebih dahulu angkat bicara.

"Iya Mama benar, makanan yang aku suka memang makanan pinggir jalan tapi menurutku itu adalah makanan yang enak dan bergizi, terlebih tanpa kita sadari, membeli dagangan orang di pinggiran membantu perekonomian mereka," ujar Juwita sambil beranjak dari kursi.

Sorot mata Juwita kini tak bersahabat seperti tadi. Kali ini Juwita tidak akan diam.

Marisa lantas bangkit berdiri juga. "Dasar menantu kurang ajar! Berani-beraninya kamu melawanku, bagaimana aku mau menerimamu jika sikapmu seperti ini!" balas Marisa dengan nada sedikit meninggi.

Suasana mendadak panas kembali. Baik Lara, Putri dan Loren ikut beranjak dari kursi. Sementara Calvin masih duduk di tempat.

Juwita membuang napas berat. "Bukankah dari dulu Mama tidak menyukaiku. Aku sudah mencoba bersikap baik denganmu, Ma. Tapi setelah lama tidak bertemu, sikap Mama sama saja. Terlebih Mama tadi sempat mengusirku."

Marisa berdecih kala Lara menatap dingin ke arahnya sekarang. "Cih, alasan! Kamu sengaja kan membuat keributan agar aku dimarahi Mamaku. Dasar pembuat onar, sebaiknya kamu keluar dari sini dan kembali ke tempat asalmu!" seru Marisa.

"Marisa hentikan, apa-apaan kamu! Kamu sudah tua, bersikaplah lebih bijak dengan yang lebih muda!" Lara ikut menimpali, matanya mulai berkobar lagi, urat-urat di sekitar wajahnya pun mulai menegang kembali.

"Tidak! Menantu kebanggaanmu ini sudah membuat mukaku malu tadi! Dia benar-benar keterlaluan! Wanita miskin ini tidak pantas bersanding dengan Calvin! Lihatlah dia berani melawanku, Ma!" balas Marisa dengan dada bergemuruh kuat. "Pergi kamu dari sini!"

"Kamu ...." Lara mengepal tangan hendak menampar Marisa. Namun, Juwita menahan tangannya tiba-tiba.

"Jangan Nek, biar aku saja yang keluar. Aku minta maaf tidak bisa melanjutkan pesta Nenek, sekali lagi selamat atas kesembuhanmu. Kalau begitu aku permisi dulu." Tanpa mendengarkan tanggapan, Juwita melangkah cepat menuju pintu ruangan.

Marisa tersenyum kemenangan. "Iya pergi kamu dari sini! Dasar pembuat onar!"

"Juwita, jangan pergi Nak!" Dari kejauhan Lara menatap nanar punggung Juwita. Lara terlihat mengkhawatirkan keadaan Juwita.

Lara reflek menoleh ke samping, melihat Calvin beranjak dari kursi sekarang.

"Nenek tenang saja, tetaplah di sini. Ini pesta Nenek. Biar aku saja yang mengejar Juwita, aku permisi dulu," ucap Calvin lalu berlari kecil ke arah pintu.

1
Arsyad Ncad
klo aampe putri tdr dengan calvin
atau sebaliknya gustav tdr dengan juwita.. aku gk mau baca lg thor/Scream//Joyful/
Anny
Kecewa
Anny
Buruk
niktut ugis
ya salam ternyata baru menghayal belum kenyataan 😌😀
niktut ugis
pak bozz Calvin biasa berkantor di hutan Amazon 🤣🤣
mommy lala
perkututnya unggu 🤣🤣🤣
anita
ulet bulu lgsg ada
Setianingrum Ningrum
Luar biasa
Ira
ok
Noorjamilah Sulaiman
nice
Santimehasari Nst
Luar biasa
Nur Adam
smgt untuk krya mu thoor
RieNda EvZie
/Good//Good//Good//Good//Good/
Rike
cba buat crita cheaster thorrr
V
ya sudah Gini aja si tua bangka melisa nikah aja sama si putri, secara kan lo suka sama putri kan, nanti Judulnya kan bisa di Ganti "Anaknya tak dapat mamamu pun jadi". bisa bisanya dia suka mengatur hidup anaknya sesuka hati memang dasar gila si tua bangka ini
Jue Juliza Johnson
Luar biasa
Yuni Cheko
Agak laen ni si gustav 😅
emma
sangat bagus
ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢
buk buk, julid aja sih wkwk kalo menurut ngana makanan indo di sebut pinggiran ya anda jangan tinggal di indo, sono tinggal di negara yg makanan nya anda makan, banyak nyenyenye ni 😤
Yuni Cheko
Baru awal lumayan seru
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!