Kehidupan mewah serba berkecukupan tidak menjanjikan sebuah kebahagiaan. Contohnya saja Evelina, memiliki segalanya. Apapun yang dia inginkan bisa ia dapatkan. Namun, Eve selalu merasa kesepian, hatinya terlalu gunda mengharapkan perhatian kedua orang tuanya yang terlalu sibuk dengan dunia mereka.
Suatu hari, karena selalu meninggalkan putri mereka sendirian. Kedua orang tua Eve memutuskan untuk menjodohkan putri mereka dengan salah satu anak dari sahabatnya.
Pertanyaan nya, akankah Eve bisa bahagia? menikah muda dan bergabung dengan keluarga baru apa bisa membuat kesepian itu hilang?
Mau tahu jawabannya? yuk ikutin kisah perjalanan cinta Eve dan Joenathan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceritaku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Brak!
Sebuah buku melayang kearah Joe dan mengenai dada bidangnya. Seketika itu Joe berhenti dan menatap sang adik dengan raut wajah kesal.
"Lo apa apaan sih Han!" Sergah Joe tak suka. Sikap adiknya semakin kurang ajar kepadanya.
"Lo yang apa apaan!" balas Hana ketus.
Joe mengambil buku yang terjatuh ke lantai setelah mengenai tubuhnya. Kemudian melangkah mendekati Hana yang duduk di sofa sambil menonton tv.
Joe duduk di samping Hana, dengan segera Hana beranjak menjauhi kakaknya.
"Dih, sok banget Lo!" ketus Joe.
"Biarin!" balas Hana meleletkan lidahnya mengejek Joe. Dia masih sakit hati dengan sikap kakaknya di sekolah tadi.
Dari arah dapur, Liana membawa cemilan dan susu coklat hangat untuk sang putri.
"Ada apa lagi sih ini, kenapa ribut ribut sih?" ujar Liana lembut sambil meletakkan cemilan di atas meja.
Joe langsung memeluk lengan bundanya manja.
"Gak tahu tuh Bun, Hana sejak masuk sekolah jadi durhaka." jawab Joe manja.
Hana memutar mata jengah melihat tingkah kakaknya kalau sudah berada di dekat sang bunda. Berbeda dengan Joe yang ada di sekolah.
"Letoy lu, depan bunda kek anak manja lu dasar." Ketus Hana dengan ekspresi jijiknya.
"Hana, kamu gak boleh kaya gitu sama kakak kamu." terang Liana.
"Apaan sih bunda, kok malah belain dia sih." Kesal Hana. Bukannya belaian dia, tapi bundanya malah belain Joe. Rasa kesal Hana semakin besar ketika melihat Joe mengejeknya.
"Ih kamu juga gak boleh gitu." Sergah Liana menepuk pipi Joe pelan, ia menangkap basa putranya tengah mengejek sang adik.
"Bunda gak tahu aja, gara gara dia anak orang masuk rumah sakit."
Deg.
Jantung Joe seakan berhenti berdetak, dia baru ingat kalau Eve masih di rumah sakit.
"Siapa? kok gak bilang bunda."
"Jo kamu apakan anak orang?" tanya Liana kaget.
"Ha, bunda masih mau belain dia? biar dia makin manja?" ucap Hana.
Liana seketika panik, dia takut anaknya berbuat macam macam pada teman sekolahannya.
"Jawab bunda Joe, kamu apakan anak orang? kamu ini, harusnya bertanggung jawab. Ayo kita temui orang tua nya." Ucap Liana, ia segera bangkit dan menarik tangan sang putra yang mendadak diam.
"Eh bunda, gak usah. Aku udah tanggung jawab kok. Untuk dia!" Cegah Hana, ia menarik tangan bundanya agar kembali duduk di sofa.
"Gak bisa Hana, kamu tidak cukup. Orang tua anak itu pasti khawatir." tutur Liana menjadi tidak tenang.
"Bun, dia Evelina. Masuk rumah sakit gegara Kak Joe. Jadi Ketos kok gak becus!" Sindir Hana di ujung kalimat nya.
"Apa?? Eve??"
Liana semakin panik, dia langsung berdiri dan berlalu masuk ke kamarnya.
"Siap siap kamu!" Tepok Liana pada bahu Joe sedikit kuat, karena wanita paru baya itu merasa geram dengan putranya.
"Apaan sih Bun." Dengus Joe.
Sedangkan Hana, dia merasa senang melihat kakaknya kena marah.
"Rasain Lo" serunya.
Joe pergi ke rumah sakit atas paksaan dari sang bunda. Hana pun ikut kembali datang ke sana. Meskipun gadis itu tadi sore sudah datang menemani Eve.
Hana menunjukkan dimana ruang rawat Eve. Mereka berjalan beriringan dengan Joe mengikuti di belakang.
Saat melewati lorong rumah sakit menuju ke kamar Eve. Joe tidak sengaja melihat sahabatnya Leo duduk di salah satu ruang tunggu. Sepertinya dia sedang beristirahat di bangku itu.
Saat hendak mendekati Leo, Hana datang dan menarik Joe agar segera mengikuti mereka.
"Lo harus minta maaf!" omel nya.
Hana dan bundanya masuk ke dalam ruang rawat Eve.
Eve ternyata masih bangun, dia tersenyum ketika melihat Hana dan juga Tante Liana, teman dari mamanya.
Mata Eve melirik ke belakang Hana dan Liana, dia menangkap sosok yang sangat ia benci.
"Eve, maaf yah Tante baru datang.Soalnya Hana baru ngasi tahu tadi." tutur Liana sedikit merasa bersalah.
"Tidak apa apa Tante, aku juga hanya butu istirahat aja kok." Jawab Eve lembut. Bibirnya tampak pecah pecah dan pucat. Hana sampai khawatir melihat keadaan Eve.
Hana melihat sekeliling kamar Eve. Masih seperti saat ia tinggalkan tadi. Tidak ada tanda tanda kedatangan orang tua nya. Hanya bibi art nya yang ada di sini. Ingin rasanya Hana bertanya, apakah kedua orang tua Eve sudah datang atau belum. Padahal pihak sekolah sudah menghubungi mereka.
"Ini nya, di minum dulu." ucap bibi sambil menaruh dua gelas teh di atas meja, kemudian mempersilahkan Liana dan Hana duduk di dekat Eve. Bibi juga mengambilkan kursi untuk Joe.
"Aden Joe mau minum apa?" tanya bibi.
"Tidak usah bi, aku tidak haus." tolaknya lembut.
bibi mengangguk pelan, kemudian berdiri di sebelah Eve. Memperhatikan infus Eve dan merapikan selimut Eve agar tetap hangat.
Bibi benar benar menggantikan peran kedua orang tua bagi Eve.
"Nak, kamu kenapa bisa kena magh. Tidak kah kamu memperhatikan pola makan mu?" Tanya Liana lembut penuh kasih sayang dan perhatian.
Eve sampai tertegun mendengar pertanyaan nada bicara Liana. Sungguh ia merasa sangat senang bila ya g seperti itu adalah kedua orang tuanya.
"Iya Eve, Lo gak boleh lupa makan. Soal so brengsek itu Lo tenang aja, gue akan menangani dia untuk Lo!" Sahut Hana.
"Apaan sih Lo!" dengus Joe kesal.
"Diem?" Sanggah Hana
Eve terkekeh pelan mendengar ocehan Hana. Perlahan tapi pasti, Eve mulai mengingat teman masa kecilnya ini.
Di saat berbincang bincang dengan Liana dan Hana, tanpa sengaja mata Eve dan Joe bertemu. Keduanya sama sama terdiam dan terpaku dengan tatapan masing-masing. Kemudian keduanya saling mengalihkan pandangan ketika tersadar dengan diri masing-masing.
Hana dapat melihat itu, dia merasa ada yang janggal. Seingat Hana, kakaknya tidak membenci Eve. Tapi sekarang kenapa malah berbanding terbalik.
"Gue harus cari tahu." Batin Hana.
Setelah cukup lama berada di rumah sakit bersama Eve. Akhirnya Hana dan Liana pamit.
"Kamu cepat sembuh yah sayang. Tante pulang dulu."
"Iya Eve, Lo harus segera sembuh. Gue gak ada teman buat melawan nenek lampir itu!" Ucap Hana.
Eve mengangguk sambil tersenyum.
"Hati hati Tante, Hana" ucap Eve melambaikan tangan melepas kepergian Hana dan bundanya.
Sedangkan Joe, dia tampak diam saja sejak tadi. Joe juga ikut keluar ketika bunda dan adiknya keluar.
Sesampainya di mobil, Joe memberikan kunci mobil pada sang adik.
"Bunda sama Hana pulang lah dulu. Aku akan menjaga Eve. " Ucap Joe.
"Ha bagus itu Jeo. Sudah semestinya kamu di sini." ucap Hana.
Tak.
Joe menjitak kepala adiknya, sejak tadi di sekolah hingga sekarang Hana belum bicara dengan sopan kepadanya.
"Ihh sakit tahu, kenapa kepala ku di jitak!" protesnya. Tapi Joe tidak peduli, dia Salim kepada bundanya. Lalu kembali masuk ke dalam rumah sakit.
Hana merasa heran, kakaknya dan Eve tidak terlalu dekat. Bahkan mereka selalu berantem. Bagaimana mungkin Joe mau menjaga Eve. Ada apa sebenarnya ini? pikir Hana.
semoga aja Risna gak jadi penghalang kebahagiaannya Eva.,kalo udah nikah sama Joe
masa guru gak bisa memberikan keringanan buat muridnya, masalah foto ajah dipermasalahkan yang penting kan bukan foto senonoh,aneh banget deh .
Jia yah yg datengin Leo ,mau ajak sekongkol 😏😏😏