Untuk mengisi waktu senggang diawal kuliah, Om Raka menawari Alfath untuk menjadi tutor anak salah satu temannya. Tanpa fikir panjang, Alfath langsung mengiyakan. Dia fikir anak yang akan dia ajar adalah anak kecil, tapi dugaannya salah. Yang menjadi muridnya, adalah siswi kelas 3 SMA.
Namanya Kimmy, gadis kelas 3 SMA yang lumayan badung. Selain malas belajar, dia juga bar-bar. Sudah berkali-kali ganti guru les karena tak kuat dengannya. Apakah hal yang sama juga akan terjadi pada Alfath?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Pulang dari rumah sakit, Pak Bram mendapati Alfath masih di rumahnya. Ini sudah melewati jam kesepakatan, yakni 2 jam sehari.
Melihat pria itu, Alfath langsung menghampiri dan mencium tangannya.
"Kok belajarnya disini?" tanya Pak Bram.
"Biar nyaman, Om. Vibes nya biar kayak lagi belajar kelompok, gak terlalu tegang."
"Benar juga," Pak Bram manggut-manggut. Memperhatikan meja yang diatasnya ada laptop dan beberapa buku. Juga Kimmy yang masih duduk lesehan di atas karpet. "Kalau ngeliat kalian kayak gini, beneran kayak lagi belajar kelompok, secara usia kalian hampir sama. Om suka cara kamu, Al."
Kimmy mencebikkan bibir mendengar sang papa memuji Alfath. Hatinya meronta-ronta, tak terima.
"Tapi dia gak pinter, Pah," Kimmy menginterupsi. "Masa tadi pas aku tanya, gak bisa jawab. Tutor macam apa kayak gitu."
Alfath langsung melotot. Kapan dia ditanya tidak bisa jawab? Gadis itu sedang ingin menjatuhkannya saat ini. Dan dia harus bisa membalikkan situasi dengan elegan.
"Benar, Al?" Pak Bram menatap Alfath.
"Benar, Om." sahut Al sambil tersenyum. Tentu saja, responnya itu membuat Kimmy kaget sekaligus tak percaya. Padahal dia fikir, Alfath akan langsung menyangkal. "Saya memang gak jawab, tapi bukan berarti gak bisa, melainkan sengaja gak jawab."
Pak Bram mengerutkan kening.
"Kimmy tanya apa saya sudah punya pacar atau belum," Alfath berakting tersenyum malu-malu, sementara Kimmy langsung melotot tajam. "Rasanya pertanyaan itu.... " Dia sengaja menjeda, menatap Kimmy penuh arti.
Pak Bram tertawa ngakak sambil memandangi putrinya yang saat ini mukanya merah padam. "Kamu naksir sama Al, Kim?"
"Apaan sih, Pah, enggaklah," sangkalnya sambil tertawa absurd. Dia melihat ke arah Alfath, melemparkan tatapan kesalnya.
"Gimana Kimmy, gak bikin kamu naik darahkan?" tanya Pak Bram.
"Em.... lumayan," sahut Alfath sambil garuk-garuk tengkuk.
"Sabar ya, Al. Kimmy itu sebenarnya anak manis." Alfath pengen muntah dengar Pak Bram bilang Kimmy anak manis. Masih manisan juga, kucing yang ada di rumah Om Raka, batinnya. "Kim, contoh ini Alfath," Pak Bram menepuk bahu Alfath. "Mamanya dwkan, terus papanya pengusaha kafe yang sukses, tapi Alfath masih mau kerja, nyari duit sendiri."
Kimmy memutar kedua bola matanya malas. Makin Alfath dipuji, dia makin kesal.
"Ya sudah, Om, saya mau pamit," ujar Alfath. Dia lalu mengambil tasnya yang ada di atas sofa. Karena salah satu talinya putus, dia jadi tak bisa memakainya.
Pak Bram mengambil dompet yang ada di dalam tas, mengambil tiga lembar uang merah lalu menyodorkan pada Alfath. "Buat jajan."
"Pah, apa-apaan sih," Kimmy mendelik kesal.
"Gak usah Om, saya sudah digaji," tolak Alfath sopan.
"Anggap aja uang lembur. Ini kan sudah melebihi jam. Udah ambil aja." Pak Bram memaksa. Mau tak mau, Alfath mengambilnya, lumayan bisa buat jajan. Untuk ukuran mahasiswa seperti dia, dapat ang 300 ribu udah lumayan banget.
Alfath pamit sambil mencium tangan Pak Bram. Kimmy, malas banget dia pamit sama cewek itu, mending langsung pergi, tapi ternyata, Kimmy malah mengikutinya ke luar.
"Ngapain sih ngikut, masih kurang les nya?" Alfath tersenyum penuh arti sambil mengenakan helm.
Kimmy menengadahkan telapak tangan. "Mana duit dari Papa. Kamu udah digaji, gak berhak dapat uang lagi."
Alfath membuang nafas kasar lalu tersenyum pada Kimmy. Dia menunjukkan tali tasnya yang putus. "Kamu tahu berapa harga tas ini? Uang 300 ribu, gak cukup buat ganti." Dia lalu merogoh saku celana, mengeluarkan uang 300 ribu pemberian Pak Bram. "Nih, ambil! Tapi ganti tas ku yang kamu rusakin."
Kimmy mendengus kesal. Menghentakkan kaki kasar lalu berbalik badan, berjalan cepat masuk ke rumah.
Alfath tersenyum melihat tingkah gadis itu. Ada-ada saja, mengingatkan dia pada Alula. Iya Alula, kakak iparnya. Ah.... kenapa dia jadi kangen cewek itu. Enggak, gak boleh! Ini gak bener. Dia membuang jauh pikirannya tentang Alula.
Sesampainya di dalam, Kimmy melihat ada banyak sekali chat di grup geng nya. Besok mereka berencana akan nonton dan jalan-jalan di mall untuk mengisi liburan.
[ Sorry guys, aku gak bisa ikut. Harus les ]
Tulis Kimmy. Dan teman-temannya, langsung ramai-ramai merespon.
[ Gak seru kamu Kim ]
[ Pokoknya besok harus ikut, titik ]
[ Awas kalau sampai kamu gak ikut. Kamu kita keluarin dari geng ]
Kimmy berdecak kesal melihat komen teman-temannya. Geng mereka yang paling hits di sekolah. Enggak, dia gak mau dikeluarin. Dia harus cari cara agar besok bisa lepas dari Alfath.
...----------------...
Alfath yang baru datang, disambut Kimmy dengan wajah pucat nya.
"Aku sakit," ucap Kimmy pelan sambil memijat-mijat kepalanya. "Kepalaku pusing." Berakting sebagus mungkin agar Alfath percaya. Satu jam lagi, dia janjian dengan teman-temannya di mall.
"Ambil buku, kita mulai belajar," titah Alfath.
"Aku sakit," rengek Kimmy. "Besok saja ya. Hari ini aku mau tidur."
"Ya udah kamu tidur. Aku disini saja, jam kerjaku 2 jam, jadi 2 jam lagi, aku baru akan pulang."
Kimmy menggeleng cepat. "Kamu pulang sekarang saja." Dia memegang lengan Alfath, membalikkan badannya lalu mendorong ke arah pintu.
"Kamu demam?"
"Iya demam. Pusing, panas, mual muntah, semua pokoknya. Udah kamu pulang aja." Kimmy terus mendorong Alfath.
"Ok, Ok, aku akan pulang, tapi tunggu sebentar." Alfath menahan tubuhnya yang sejak tadi didorong Kimmy.
"Apa lagi?"
Alfath membalikkan badan, meletakkan punggung tangan di kening Kimmy. "Gak panas," cowok itu mengernyit.
"Gak panas, tapi pusing. Udah, buruan pulang."
"Kamu bohong ya?"
"Enggak," Kimmy menggeleng cepat.
"Ya sudah, aku disini dulu dan pulang 2 jam lagi."
"Sekarang! Aku bilang sekarang."
"Ya sudah. Aku teleponin Papa kamu ya, biar dia atau mama kamu pulang dan me_"
"Enggak! Gak perlu," Kimmy menggeleng cepat. "A-aku udah telepon mereka."
Alfath tak peduli, mengambil telepon lalu mencari nomor Pak Bram.
"Aku bilang gak usah," Kimmy merebut ponsel Alfath, mematikan telepon yang belum diangkat. Dia menatap Alfath kesal, lalu menyerahkan kembali ponsel tersebut. Namun saat ponsel baru saja kembali ke tangan Alfath, benda itu berdering. Pak Bram menelepon.
"Hallo, Om Bram."
Mata Kimmy membulat sempurna saat tahu yang menelepon papanya.
"Ini, Om, Kimmy katanya sa_" Kalimat Alfath terpotong karena Kimmy merebut ponselnya.
"Hallo, Pah," Kimmy bicara di telepon sambil menatap Alfath nyalang. "Gak ada apa-apa kok, Pah, ini mau mulai belajar."
Setelah panggilan terputus, dia mendengus kesal lalu mengembalikan ponsel pada Alfath.
Alfath terkekeh pelan. Akhirnya berhasil membongkar tipu daya gadis nakal itu.
"Puas kamu!" salak Kimmy sambil melotot.
"Belum," sahut Alfath sambil ketawa cekikan. "Belum puas sebelum kamu pintar." Dia menjitak pelan kening Kimmy. "Jangan coba-coba lagi buat ngebohongin aku."
Dengan berat hati, Kimmy memulai belajar, membuang segala khayalan indah tentang jalan-jalan di mall bersama teman-temannya.