Kisah Manis Seorang Penulis

"Malam, Om." sapa Rahm saat melihat Papa Lion sudah menunggunya di teras bersama Sefty yang sudah siap dengan dress soft pink yang dipilihkan Papa Lion.

"Malam."

"Saya mau izin bawa Sefty keluar malam ini, Om."

Papa Lion melirik putrinya dan mengangguk, lalu kembali menatap Rahm. "Antarkan pulang dengan selamat."

"Pasti, Om."

"Pamit ya, Pa. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam, hati-hati Sayang."

"Iya."

Rahm ikut mengulurkan tangan pada Papa Lion dan berpamitan. Setelah itu, ia langsung menyusul Sefty yang sudah masuk ke mobil.

"Papamu itu menyeramkan," bisik Rahm pada Sefty. Ia kemudian menurunkan kaca jendela mobilnya dan membunyikan klakson pada Papa Lion yang masih mengawasi mereka. "Pamit, Om. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum Salam."

*

Sepasang kaki jenjang milik Rahm dan Sefty telah tiba di lantai lima, dimana ballroom berada. Menurut informasi dari Dave, acara pernikahan anak Pak Subroto ada di ballroom lantai ini. Saat akan melangkah keluar dari lift, Rahm menghentikan langkahnya dan menyodorkan lengannya untuk digandeng Sefty.

"Ingat, kita adalah sepasang kekasih malam ini, jadi berlaku romantis 'lah dan jangan canggung saat berbicara denganku. Paham?"

Sefty hanya menanggapi ucapan Rahm dengan anggukan dan langsung mengamit lengan Rahm. Selanjutnya, sepasang kekasih gadungan itu kembali melangkah menuju pintu masuk ballroom.

Suasana ramai nan mewah langsung menyambut kedatangan Rahm dan juga Sefty saat memasuki pintu ballroom. Saat ini sedang waktunya berdansa, hingga banyak sekali tamu yang ikut berdansa di tempat dansa bersama pengantin, dan ada juga yang hanya sekedar menonton.

"Tuan Rahm Leonardo, senang sekali akhirnya kita bisa bertemu kembali di sini." ucap seorang laki-laki menghampiri Rahm.

"Bagiku ini sebuah musibah." timpal Rahm acuh, dan langsung mengajak Sefty pergi meninggalkan laki-laki tersebut.

Laki-laki itu menatap kepergian Rahm dengan tangan terkepal. "Wanitamu sangat cantik Rahm. Lihat saja, wanita itu juga akan menjadi milikku." ucapnya lirih disertai senyum smirk yang mematikan.

"Tuan Rahm, ternyata anda datang." sapa seorang laki-laki paruh baya yang mendekat dengan senyum mengembang.

"Pak Subroto, selamat untuk pernikahan putramu."

"Hahaha, anakku seorang putri, Tuan." ucap Pak Subroto terkekeh.

"Ah, benarkah? Maaf, aku tidak tahu."

"Tidak masalah, dengan anda berkenan hadir ke acara ini saja sudah membuat saya tersanjung. Kalau begitu, saya izin menyambut tamu yang lain dulu, dan silahkan nikmati semua hidangan kami, Tuan." Pak Subroto mengangguk hormat pada Sefty dan Rahm sebelum pergi.

"Kau menghadiri pernikahan rekan bisnismu, tapi kau sendiri tidak tahu yang mana anak rekan bisnismu, dasar aneh." cibir Sefty berbisik.

"Itu bukan hal yang penting, kau dengar sendiri tadi 'kan, Pak Subroto bilang kalau kehadiranku saja sudah membuatnya merasa tersanjung."

"Cih, aku baru tahu kalau tuan muda Leonardo begitu sangat sombong."

Rahm tersenyum kecil, ia lantas mengajak Sefty menuju tempat hidangan berada. "Kau tunggu saja di sini, biar aku yang mengambilkan makanan untukmu," Rahm menarik kursi untuk Sefty dan mendudukkan Sefty di sana. Setelah itu, Rahm langsung mengambil makanan untuk dirinya dan Sefty.

Sefty tersenyum kecil saat melihat Rahm yang masih mengantri makanan. Setelah itu, Sefty mengalihkan tatapannya ke suasana sekitar, hingga matanya tak sengaja menangkap keberadaan Xavier bersama seorang wanita cantik yang Sefty yakin adalah kekasih Xavier, sekaligus wanita yang membuat Xavier memutus hubungan dengannya.

"Pantas saja Kak Xavier lebih memilih dia, dia sangat cantik ternyata."

"Siapa yang cantik?" tanya Rahm.

"Kau membuatku terkejut."

Dengan acuh, Rahm duduk di depan Sefty, lalu meletakkan dua piring berisi dessert. Ia lantas menengok ke belakang untuk mengetahui apa yang tadi Sefty lihat.

"Apa yang kau lihat tadi? Siapa yang cantik?" tanya Rahm penasaran.

"Tidak ada, kau itu salah dengar."

"Benarkah?"

"Hm," Sefty mengambil piring bagiannya dan memakan desert dengan anggun.

"Oh iya, Sef—"

"Sefty?" sapa Xavier membuat Rahm yang akan mengajak Sefty bicara menjadi berhenti.

"Eh, Kak Vier. Apa kabar?" sapa Sefty sembari berdiri.

"Aku baik, bagaimana denganmu?"

"Aku juga baik. Oh iya, Kak. Perkenalkan, ini Rahm, kekasihku."

Rahm yang mengerti tugasnya sebagai kekasih Sefty langsung ikut berdiri dan mengulurkan tangannya pada Xavier. "Rahm leonardo," ucapnya memperkenalkan diri.

"Xavier Argetsani."

"Oh, putra pemilik Argetsani company, right?"

Xavier mengangguk singkat. Ia kemudian menatap Sefty kembali. "Oh iya, Sef. Perkenalkan, ini Sabila, istriku."

Sefty mencoba menerbitkan senyumnya dan menjabat tangan wanita cantik dalam rangkulan Xavier itu. "Hai Kak, Sefty."

"Sabila," ucap istri Xavier.

"Kalau begitu, kami permisi pulang duluan. Mari," Xavier mengangguk pada Sefty dan Rahm dan langsung mengajak istrinya pergi.

Begitu Xavier dan istrinya pergi, Rahm kembali duduk. "Siapa?" tanya Rahm sembari memakan dessert-nya.

"Teman."

"Teman atau teman? Tadi kau terlihat begitu sedih saat melihat mereka." goda Rahm.

"Sudah, diamlah!"