Jelita Sasongko putri satu satunya keluarga Dery Sasongko dipaksa menikah dengan Evan Nugraha pengawal pribadi ayahnya. Jelita harus menikahi Evan selama dua tahun atau seluruh harta ayahnya beralih ke panti asuhan. Demi ketidak relaan meninggalkan kehidupan mewah yang selama ini dia jalani dia setuju menikahi pengawal pribadi ayahnya. Ayahnya berharap selama kurun waktu dua tahun, putrinya akan mencintai Evan.
Akankah keinginan Dery Sasongko terwujud, bagaimana dengan cinta mati Jelita pada sosok Boy?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Titin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 27
Malam ini Evan dan Kiara berangkat ke tempat pertemuan menemui tuan Alex dan beberapa pengusaha liannya. Mereka adalah orang-orang yang akan menangani proyek danau bulan.
Evan tertegun ditempatnya saat melihat Kiara keluar dari kamar dengan dandanan yang begitu cantik. Wanita yang sehari-harinya biasa memakai pakaian tertutup kini tampil lumayan seksi.
"Ada apa menatapku begitu?" tanya Kiara sembari menghampiri Evan yang sudah menunggunya.
"Sedikit kaget aja, lihat kamu merubah penampilan. Ayo pergi jangan sampai mereka terlalu lama menunggu kita." sahut Evan lalu melangkah pergi. Kiara tersenyum senang melihat reaksi Evan saat melihatnya keluar kamar tadi. 'Tidakkan ada ikan yang menolak umpan' batin Kiara sembari mengikuti langkah Evan.
Dia sudah mendampingi Evan cukup lama tapi tak pernah berniat merayu Evan. Dia berpikir lambat laun Evan pasti akan memiliki perasaan terhadapnya seiring berjalannya waktu. Tapi ternyata dugaannya salah, Evan sama sekali menaruh hati padanya. Apa boleh buat biarlah dia yang menjemput bola kali ini.
Pertemuan kali ini diadakan di hotel bintang lima di kota B. Pertemuan itu dihadiri oleh lima pengusaha, termasuk Evan. Setelah makan malam, pertemuan berlanjut ke clab malam yang masih berada di lingkungan hotel. Disana lah mereka menandatangani kerja sama proyek danau bulan.
Danau bulan adalah tanah kosong yang dibeli Sasongko puluhan tahun lalu. Tak disangka danau yang berada di tanah itu mengundang wisatawan untuk berkunjung. Melihat peluang bisnis itu, Evan berencana membangun resort di danau bulan.
Ide ini disambut baik oleh Sasongko, dan jadilah proyek danau bulan.
Alex dan yang lainnya memesan anggur merah dengan alkohol rendah, untuk menemani bincang-bincang santai mereka. Mereka tau kalau Evan tidak begitu suka minuman beralkohol, itulah mengapa mereka hanya berani memesan yang rendah alkohol. Kalau sudah begini mau tak mau Evan terpaksa mencicipi minuman yang kadang bisa bikin orang kehilangan akal.
Diantara mereka hanya Kiara sendiri perempuan. Penampilannya yang begitu memukau malam ini. Membuat Kevin tak lepas menatap Kiara. Lelaki tiga puluh tahun itu lumayan tampan, juga mapan. Tapi untuk melangkah lebih jauh dia tidak berani. Siapa Kiara disisi Evan dia belum jelas. Walau Evan diisukan sudah menikah, tapi hubungan mereka siapa yang tau. Sudah jadi rahasia umum lelaki seperti Evan memiliki maianan diluar rumah.
"Saudara Evan, dengar-dengar sudah menikah? Ini fitnah atau fakta?" tanya Kevin berusaha memancing reaksi keduanya.
"Fakta," sahut Evan. Bibirnya mengukir senyum bahagia. Sementara Kiara langsung berubah muram.
"Bagaimana rasanya menikah? Apa masih bisa main-main diluar mengejar kelinci nakal," tanya Kevin lagi bernada canda.
Evan terbahak. "kelinci nakal untuk apa cari diluar, kalau dirumah sudah sendiri kelincinya lebih menyenangkan." sahut Evan. Ingatannya tiba-tiba tertuju pada Jelita.
"Bukan rahasia umum, kalau lelaki sekelas saudara Evan suka piara kelinci diluar rumah. Apa benar begitu?" tanya Kevin sembari melirik Kiara sekilas.
Evan mengukir senyum tipis dibibirnya, netranya menatap lekat wajah Kevin. " sayangnya aku bukan lelaki seperti itu. Aku mencintai istriku diam-diam , selama hitungan tahun. Wanita manja yang keras kepala, tapi juga lembut itu membuatku tak mampu berpaling pada wanita manapun. Karena dia aku menolak tunangan dimasa kecilku. Walau gadis itu cantik laksana bulan. Tapi tak mampu menarik perhatianku. Bagiku hanya dialah wanitaku satu-satunya seumur hidup." tutur Evan dalam. Tiba-tiba suasa berubah sunyi. Evan seperti menghipnotis mereka dengan ucapannya. Selama ini mereka berpikir, Lelaki seperti Evan tidak mungkin focus hanya pada satu wanita.
"Maaf, aku sudah salah menilaimu. Kalau ada waktu aku ingin berkenalan dengan istri saudara Evan. Kelebihan apa yang dia miliki aku ingin tau."
Kevin bisa merasakan ketulusan dan besarnya cinta Evan pada istrinya. Dia juga tau kata-kata Evan sebagai bentuk penolakan Evan pada Kiara.Dia bisa membaca gestur Kiara yang menyukai bosnya itu. Tapi sayang dayung tak bersambut.
"Istriku hanya wanita sederhana, lagi pula hanya aku yang boleh melihat kelebihannya, lelaki lain tidak boleh. Wanitaku hanya aku yang boleh melihat keunggulannya. lelaki lain tidak boleh. Aku harap saudara Kevin tidak kecewa," sahut Evan.
Kiara menggenggam jemarinya erat. Dia tau tujuan Evan mengumbar perasaannya terhadap Jelita, pada rekan bisnisnya. Tujuannya adalah dia. Evan menyadari apa tujuan Kiara berdandan begitu cantik malam ini. Tak lain ingin merayunya. Belum terlaksana tapi Evan buru-buru memaksanya melangkah mundur.
Hatinya kecewa, marah, juga benci. Dia sudah melangkah sejauh ini, tapi Evan tidak jua melihat kehadirannya.
Jam sebelas malam, Evan dan yang lainnya baru keluar dari club. Sebagian dari mereka pulang setengah mabuk. Walau cuma berkadar alkohol rendah kalau diminum terlalu banyak tetap aja teler.
Evan memapah tubuh Kiara yang sudah dalam keadaan setengah mabuk kedalam mobilnya. Racauan tak jelas terdengar keluar dari bibir Kiara.
Sesekali Kiara melakukan gerakan sangat berani pada Evan. Tapi Evan berusaha meredamnya.
Evan melepas tubuh Kiara, meletak tubuh lunglai itu di jok belakang. Lalu menutup pintu mobil tanpa ikut masuk kedalam mobil.
"Pak bawa dia pulang," tutahnya pada sopir pribadinya.
"Loh tuan tidak ikut pulang?"
"Saya naik taksi." Sahut Evan sembari mebari melangkah pergi menjauh dari mobil.
Tak lama mobilpun melaju meninggalkan Evan seorang diri di halaman parkir.
Dengan menggunakan taksi Evan pergi ke hotel, pesan kamar di sana. Sesampainya dikamar hotel Evan menghempaskan tubuhnya diatas kasur. Dia sengaja tidak ikut pulang ke apartemennya bersama Kiara, untuk menghindari hal-hal yang tak dinginkan.
Dia sungguh sangat kecewa pada Kiara, wanita yang dikenalnya berkepribadian lurus itu, ternyata mampu melakukan hal-hal kotor dibelakangnya. Hanya demi mencapai keinginan hatinya.
Dia mungkin memaklumi tindakan Kiara sebelumnya andai malam ini dia tidak berniat mencurangi Evan.
Evan bukan tak tau rencana licik Kiara untuk mencurangi Jelita. Dan Evan masih berbaik hati diam-diam menggagalkan rencananya. Tapi malam ini dia berulah lagi, kali ini Evan tak mau mentolerir tindakan Kiara.
"Blokir semua akses Kiara di prusahaan. Kirimi dia surat pemecatan. Aku tidak mau melihat wajahnya muncul disekitarku!" titah Evan tegas dan dalam, pada sekretarisnya.
"Baik tuan," sahut suara disebrang telpon terdengar bimbang.
Evan menutup panggilan dengan helaan napas panjang. Dia yakin Kiara bisa hidup mandiri setelah ini. Dia wanita yang tangguh dan ulet. Dengan keahliannya tidak akan sulit baginya mendapatkan pekerjaan baru.
Dia kembali melakukan panggilan di ponselnya. Kali ini dia menghubungi istrinya.
"Malam sayang," sapa Evan dengan suara lembut.
"Malam suamiku, baru pulang?"
Mendengar suara Jelita lelahnya langsung hilang. "Iya, kamu sedang apa?"
"Nunggu telpon kamulah, pergi dengan wanita cantik mana mungkin hatiku bisa tenang." rajuk Jelita terus terang.
Evan terkekeh. "Aku sendiri dihotel sayang, kamu gak usak khawatir."
"Yakin sendiri?" selidik Jelita tak percaya.
Evan mengubah panggilan suara menjadi panggilan video. Evan sengaja mengarahkan kamera pobselnya keseluruh ruangan.
"Sudah lihat?" tanya Evan sembari mengalihkan kamera kearahnya.
"Sekarang iya sendiri. Kalau nanti siapa tahu..."
"Dasar piktor! Kamu harus percaya, kalau suamimu ini lelaki setia. Kalau mau selingkuh gak harus pergi sejauh ini. Di lingkungan kantor juga bisa. Mau bukti?" tanya Evan dengan raut menantang.
Jelita tak menyahut, hanya ekspresi wajahnya saja yang menunjukkan penolakan.
"Itu tidak akan terjadi, kamu lupa aku menikahimu karena kamu adalah pewaris tunggal dari harta tuan Sasongko. Mana mungkin aku punya nyali menghianati kamu. Aku belum siap diusir oleh kamu sayang." ujar Evan berbau candaan.
Jelita mencebik, tapi kemudian bibirnya tersenyum. "Bagus kalau kamu tau posisimu. Kapan pulang?"
"Siang aku pulang, sebab paginya masih ada rapat penting."
"Baiklah aku tunggu, sekarang istirahatlah. Kamu capek kerja seharian." titah Jelita sembari menatap lekat wajah suaminya dilayar ponsel.
"Secepat itu?"
"Sudah istrahatlah, besok kita habiskan waktu sepuasnya. Itupun kalau suamiku punya banyak waktu."
"Punya, aku akan bawa kamu kekantor. Menemaniku bekerja seharian. mau?" tanya Evan. Netranya menatap lekat wajah istrinya. Rindu yang menggebu masih saja menyelimuti rongga dadanya.
"Mau."
Baiklah sayang aku istrahat dulu. sampai jumpa besok."
"Iya."
Evan mengakhiri panggilan. Menelentangkan tubuhnya sembari tepejam. Berkutat dengan ikirannya yang berkecamuk. Kiara yang baru saja dia pecat masih menjadi pemikirannya hingga saat ini. Tapi itu salahnya yang tak mampu membawa diri. Mempertahankan di sisinya juga bisa jadi bumerang suatusaat nanti.
To be continuous