Novel Pertama
Hidup mandiri dalam kesendirian dan diacuhkan oleh keluarga karena berstatus anak haram, membuat Bella memilih menjalani takdirnya sendiri. Mengabaikan cibiran orang-orang, Bella berhasil mencapai puncak tertinggi.
Menghilang selama enam tahun lalu kembali menjadi sosok paling disegani dan dihormati. Lidah tajam dan mulut beracunnya membuat orang-orang hanya berani mencibir dari belakang.
"Terkadang, kepedihan harus dilalui sebelum tercapainya kebahagiaan. Tersenyumlah ketika bersedih, karena akan ada kebahagiaan setelah itu. Berjuanglah keras dalam kesunyian dan biarkan kesuksesan kita menggema ke seluruh dunia."
~ Qiara Arabelle ~
__________
Pria tampan nan arogan serta kekayaan dan kekuasaan berada ditangannya, tidak sengaja dipertemukan oleh gadis berpenampilan sederhana namun berhasil membuat sosoknya yang tak tersentuh mengharapkan cinta dari gadis acuh namun tak biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosee_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21 | Mencintai Satu Bintang di Antara Ribuan Bintang
Tepat di depan pintu masuk, Alex dikejutkan dengan pemandangan wanita cantik dengan sorot mata tajam yang penuh dengan aura kepemimpinan tengah mendudukkan dirinya di atas meja dengan senyum tipis yang menghiasi wajahnya.
“Bebe!”
Tatapan semua orang langsung tertuju padanya. Termasuk Bella yang merasa terkejut setengah mati. Begitupun dengan Bean yang tidak berhenti memikirkan berbagai kemungkinan. Monica segera berdiri dari duduknya diikuti dengan yang lain. Mereka semua pamit keluar menyisakan Alex, Bean, Monica, Ken dan Bella.
Alex mengabaikan sapaan Monica dan terus menatap Bella tajam yang kini sudah berdiri di depan meja. Gadis itu menghela nafas pelan.
“Tinggalkan kami.” Monica dan Ken menunduk lalu beranjak keluar. Semua cara mereka memperlakukan Bella tidak luput dari pengamatan Alex dan Bean. Tanpa diberitahu pun mereka sudah tau siapa Bella.
Bella menatap Bean yang masih diam ditempatnya. Bean yang merasa diperhatikan pun undur diri.
“Jelaskan.” Suara Alex terdengar tajam. Bella bergidik.
“Begini ...”
-
-
-
Sofia yang melihat mereka semua keluar tanpa Bella dan Alex mulai berpikiran buruk. Dia khawatir jika kakak-kakanya bertengkar didalam sana.
Dia ingin bertanya, tapi dia sendiri takut mengeluarkan suara. Hingga dia melihat Asisten Bean menyusul keluar dan menutup pintu. “A ....apa semua baik-baik saja?” Sofia memberanikan diri bertanya pada Asisten Bean.
“Semua baik-baik saja, Nona. Anda tidak perlu khawatir.”
“Tuan muda dan Nona Qi bukan orang sembarang. Mereka orang berpendidikan dan penuh pemikiran. Hal seperti ini harusnya bukan masalah yang bisa memicu pertengkaran.” Mereka semua menoleh pada Vivi yang hanya bersedekap dengan wajah datar lalu mengangguk setuju.
Bean memalingkan wajahnya menahan senyum, sepertinya memang benar dia tertarik pada Sekretaris ini.
“Hei! Kenapa kita semua jadi berdiri seperti ini?”
“ ... ” Mereka hanya menatap malas pada Bean tanpa menjawab. Ken menghela nafas kasar. Di situasi seperti ini saja mereka masih suka membuat Ken kesal!
“Kita keruanganku saja!” Sandra beranjak pergi disusul yang lainnya kecuali Vivi, Liza, dan Sofia yang memang memiliki meja di depan ruangan Bella dan Monica.
“Aku akan tetap disini menunggu Tuan muda.”
“Kau sangat sabar rupanya. Akiu yakin mereka berdua sangat lama. Kakimu bisa patah jika kelamaan berdiri.” Ken merangkul Bean lalu menuntunnya keruangan Sandra yang juga ruangannya. Bean mengangguk pasrah. Sebenarnya dia ingin tetap disini untuk melihat Sekretaris Vivi.
Jujur sekali anda, Asisten Bean.
.
.
.
Diruangan lain Bella masih dihadapi dengan berbagai drama yang dibuat Alex. Bella menceritakan semuanya kepada Alex. Dia berkata jika dia memang tidak terlalu terlibat dengan perusahaan, itu sebabnya dia mempekerjakan Monica sebagai Direktur.
Tapi jika Monica dan lainnya kesulitan, maka dia sendiri yang akan menanganinya. Jadi tidak heran jika selama ini para investor hanya melihat Monica sebagai Direkturnya.
“Bagaimana denganku? Kau tidak ingin bertemu denganku juga. Padahal kau tahu aku juga salah satu investormu! Kau tidak percaya padaku?” kata Alex ketus. Sebenarnya Alex tidak marah, dia hanya ingin mengerjai wanita ini sebentar. Ingat hanya sebentar!
“Aku percaya padamu! Sangat percaya.” Bella langsung masuk kepelukan Alex, memeluk lelaki itu erat.
“Kau tidak percaya padaku ... kita sudah saling berjanji akan terbuka bahkan hal kecil sekalipun, kan?” Bella masih memeluk Alex erat sembari menganggukkan kepalanya pelan di dada Alex. Bella merasa bersalah.
Alex berusaha menyembunyikan senyumnya. Tapi sejurus kemudian senyumnya menghilang saat melihat air mata Bella jatuh di lengan jas nya.
“Maaf ... aku tidak bermaksud. Dulu, saat aku masih tinggal dengan Keluarga Victor. Aku terbiasa mengurus diriku sendiri. Grandma selalu bilang, jangan menjadi gadis manja yang ingin diperhatikan. Jangan pula menjadi cengeng saat dimarahi."
"Sejak saat itu aku menyerah dan mengandalkan diriku sendiri. Aku tidak peduli lagi dengan yang namanya perhatian dan menjalani kehidupanku sendiri dengan mengikuti alurnya saja. Saat itu juga aku tidak pernah peduli lagi mengenai siapa diriku, apalagi sekedar bercerita ... aku terbiasa menyimpan semuanya sendiri ... karena kupikir hidupku hanya akan seperti ini.” Bella tidak bisa menahan air matanya. Alex langsung memeluk kekasihnya tak kalah erat. Dia merasa bersalah, niatnya hanya sekedar mengerjai Bella justru berakhir dengan terbukanya luka lama.
“Kau tahu kenapa aku menolak untuk tinggal bersama waktu itu? Kenapa aku menyuruhmu menyerah terhadapku? Aku takut ... ” Bella mendongak dengan air mata yang terus mengalir.
“Aku takut ... kau akan meninggalkanku nantinya. Disaat aku sudah terbiasa dengan segala perhatian kalian. Aku takut nantinya aku akan kehilangan kalian seperti Mommy yang meninggalkanku disaat aku sudah sangat nyaman dengan perhatiaannya ...” Tangisan pilu Bella semakin mengiris hati Alex. Bodoh kau Alex!
“Stt ... maafkan aku.” Alex mengelus pipi Bella lembut dan mendekatkan wajahnya hingga hidung mereka saling menyentuh.
“Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku berjanji! Akan kuganti semua rasa sakitmu, air matamu menjadi kebahagian yang tak mampu diungkapkan oleh lisan.” Tangis Bella semakin deras saat mendengar penuturan Alex. Dia kembali memeluk Alex erat dan dibalas erat juga oleh Alex.
“Untuk pertama kalinya, aku tak perlu mencoba untuk bahagia. Karena saat bersamamu, hal itu terjadi begitu saja. Terima kasih untuk semua hari-hari yang penuh cinta.” Alex tersenyum bahagia.
“Aku mencintaimu, Bebe. Sangat!”
“Aku juga.” Bella tersenyum manis. Alex memanggut bibir Bella mesra. Menyalurkan semua rasa cintanya.
Bahagia memang tidak dapat diukur dengan apapun. Setiap orang memiliki ukurannya sendiri dalam urusan kebahagiaan, bahkan hanya dengan hal kecil di hidupmu. Jika seseorang mencintai satu bintang di antara jutaan bintang, itu sudah cukup membuatnya bahagia.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Huwaaa habis dehh...😚...
...VOTE nya yah, tidak dipaksakan ko. Yang beneran mau aja, takutnya kan terpaksa dan gk berkah deh.😁...
...Okedeh itu aja...sampai jumpa di episede selanjutnya. Ikuti terus ceritanya!! Dan dukung Author dengan memberi komentar positif dan bermanfaat yah. 😊...
...See you❤...