NovelToon NovelToon
Terjerat Pesona Dokter Tampan

Terjerat Pesona Dokter Tampan

Status: tamat
Genre:Tamat / Asmara / Romansa
Popularitas:35.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Asri Faris

Mencintai pria dewasa yang umurnya jauh lebih matang sama sekali tidak terbesit pada diri Rania. Apalagi memikirkannya, semua tidak ada dalam daftar list kriterianya. Namun, semua berubah haluan saat pertemuan demi pertemuan yang cukup menyebalkan menjadikannya candu dan saling mengharapkan.

Rania Isyana mahasiswa kedokteran tingkat akhir yang sedang menjalani jenjang profesi, terjebak cinta yang rumit dengan dokter pembimbingnya. Rayyan Akfarazel Wirawan.

Perjalanan mereka dimulai dari insiden yang tidak sengaja menimpa mobil mereka berdua, dan berujung tinggal bersama. Hingga suatu hari sebuah kejadian melampaui batas keduanya. Membuat keduanya tersesat, akankah mereka menemukan jalan cintanya untuk pulang? Atau memilih pergi mengakhiri kenangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 7

"Turun!" titah pria itu meninggikan suaranya.

"Handphone saya, balikin dulu." Rania menengadahkan tangannya. Rayyan mengikis jarak, mengamati dengan lekat wajahnya yang cemberut. Lalu semakin dekat, hingga Rania menahan napas waspada.

"Ambil sendiri!" bisik Rayyan tersenyum.

"Ngeselin!" Gadis itu mendorong tubuh Rayyan agar menjauh.

"Kamu nggak malu aku buka kemejanya?" tanya Rania putus asa.

"Nggak, buka aja!" jawab Rayyan tanpa dosa.

Rania begidik ngeri membayangkan tubuh kekar Dokter Rayyan dibalik kemejanya.

"Ya ampun ... mama ... gue deg degan!" batin Rania berteriak saat tangannya mencoba meraih kancing kemeja Rayyan.

Matanya sengaja ia tutup rapat, batinnya memohon doa agar tidak salah tujuan. Untuk pertama kalinya, Rayyan merasa ada getaran kembali dalam hatinya menatap wajah Rania yang sedang terpejam, dalam jarak begitu dekat, pria itu merasa terpesona, bahkan seandainya mungkin, ingin sekali bertandang ke bibirnya yang seksi dan menggoda.

Hati yang berbulan-bulan redup itu, seakan terisi oleh sedikit cahaya kasih yang terdampar sunyi.

Satu kancing kemeja Rayyan telah berhasil Rania tanggalkan. Gadis itu masih menutup matanya malu, dan deg degan. Perempuan itu meraba sedikit ke bawah. Menemukan kancing kedua, dengan tubuh gemetar Rania mencoba tetap tenang.

Rania membuang muka, hendak berusaha meraih ponsel yang menempel di kulit punggungnya, namun, baru niatan sedikit meraba kulit bagian depan dadanya, Rania sudah menjerit kaget tak karuan. Membuat aksinya gagal, dan lebih memilih tak mengambilnya.

"Kenapa? Nggak jadi ya? Atau nggak berani?" ucap Rayyan menggoda.

"Tolong buka kunci mobilnya, saya mau keluar!"

"Ini handphone kamu belum diambil lho," ujarnya senyum-senyum berasa hiburan.

"Nggak usah, besok aja juga nggak pa-pa!" kesal Rania tak ada pilihan yang menguntungkan.

"Kalau nggak mau diambil, nanti aku ambilin, tetapi tolong rapihin kembali kancing kemeja saya. Saya bisa ambil lewat bawah," ujarnya menggoda.

"Rapihin sendiri, tolong Dokter jangan dekat-dekat, ini tidak baik untuk kesehatan jantung dan yang lainnya."

"Yang lainnya apa Ra? Omongan kamu ambigu banget."

"Dokter lebih tahu karena sudah dewasa, saya baru mau praktik secara langsung yang sesungguhnya tentang anatomi tubuh manusia."

Rayyan menyeringai tipis, melihat tubuh Rania yang bergetar. Itu artinya walaupun galak, dan cukup seksi, Rania belum pernah atau bahkan belum terbiasa dengan lawan jenis. Rayyan jelas menyukai sesuatu yang masih baru.

"Turun Ra!" titah pria itu dingin.

Tanpa sepatah kata pun, Rania langsung turun dari mobil yang membawa dirinya sampai ke tempat ini. Pria itu mengitari, berjalan membuka bagasi untuk mengambil koper milik Rania, membawakannya ke rumah. Rania dengan mulut terkunci mengekor tepat di belakangnya.

Kesan pertama masuk ke rumah, sepi, rumah yang tidak terlalu besar ini cukup rapih dan bersih, bahkan sangat bersih. Netranya sibuk memindai pandangan dari objek satu ke objek lainnya. Menyapu dengan seksama, dan tak menemukan tanda-tanda kehidupan di sana selain dirinya.

"Dok, Dokter di sini tinggal sama siapa aja? Nanti Dokter bakal bilang apa kalau orang tua Dokter bertanya?" tanya Rania cukup penasaran.

"Sendiri!" jawabnya singkat, padat, dan cukup membuat Rania gusar.

"Maksudnya Dokter sendiri, dan kita cuma berdua saja begitu?" tanya Rania memastikan.

"Yes, emang kenapa? Takut saya apa-apain ya?" Rayyan malah balik bertanya.

"Perlu waspada. Pembantu Dokter nggak ada gitu?" tanya Rania harap-harap cemas. Pasalnya rumah sebersih dan serapih ini tidak mungkin pria itu kerjakan sendiri.

"Ada," jawabnya santai. Seketika Rania merasa lega, setidaknya ada orang lain yang menghuni rumah ini selain mereka berdua.

"Sekarang mana kok nggak kelihatan, biasanya kalau majikannya pulang 'kan siapa tahu butuh sesuatu."

"Pembantu saya datang untuk bersih-bersih saja, setelahnya mbok Ijah akan pulang, semua keperluan saya, kamu yang siapin selama dua minggu, lumayan lah akunya nggak harus ribet. Nanti aku kasih jadwalnya."

"Ingat, sesuai perjanjian, kalau saya berangkat kerja, dan kamunya tidak ada karena sedang jaga malam, atau belum pulang dan tidak dapat melayani saya, eh ralat, maksudnya membantu urusan saya, itu tidak termasuk hitungan dalam dua minggu, jadi hari kamu akan bertambah sesuai hari kerja," paparnya cukup jeli.

"Tugas Dokter kadang akan menemukan jam dengan shif yang berubah-ubah, sesuaikan dengan jadwal yang pas antara aku dan kamu. Cie ... aku dan kamu, ya begitulah antara kita."

"Diluar jam kerja kamu boleh panggil nama aku saja, biar enak aku dan kamu saja, jangan saya itu digunakan kalau waktu kerja di rumah sakit lebih tepatnya. Kamu mengerti 'kan?"

Rania mengangguk saja, biar terlihat rada-rada, namun yang Rania tangkap dari seorang Rayyan itu sepertinya bijak dan cukup dewasa.

Pria itu terus melangkah di lantai dua, ada dua kamar di sana bersebelahan, kanan dan kiri, ruang tengah tanpa sekat, beranda, lebih mirip sama ruang terbuka yang bisa digunakan untuk sekedar bersantai sambil menikmati langit malam. Terdapat kursi panjang yang empuk dan cukup nyaman untuk rebahan, dalam sekejap, tempat ini begitu menghipnotis Rania yang baru datang, sepertinya ia akan betah dilihat dari suasana tempatnya yang terlihat nyaman.

"Itu ada dua kamar, silahkan mau pilih yang mana, pastikan jangan salah pilih diantara keduanya!"

Rania menatap dua kamar yang saling bersebelahan dengan pintu yang sama persis, putih gading.

"Kalau salah pilih kamar, emang kenapa? Dua-duanya sama-sama kamar 'kan?"

"Iyes, tetapi kamu dalam masalah karena satu kamar saya, barang siapa yang sudah masuk aku pastika akan susah keluar!"

1
Dina Hutagalung
Biasa
Fitria Diah
langsung hamil kayaknya hahaha 😂😂😂
Dian Isnawati
dimana sih cerita Juan belenggu gairah semalam dicari2 tdk ketemu kak
aryuu
Luar biasa
aryuu
/Chuckle/
muth yasin
Luar biasa
Suci Wawan Bagan
udah berkali kali baca novel ini, tp gak bosen2
Ros Konggoasa
cemburu ni yeee
Khanza Salsabila
Luar biasa
Khanza Salsabila
Lumayan
Gita mujiati
Luar biasa
Ros Konggoasa
cinta ap nafsu ygbenar dong Thor
Hera
👍🏻👍🏻👍🏻
Ros Konggoasa
lanjut
Arida Susida
Luar biasa
Arida Susida
Lumayan
mars
Luar biasa
mars
pepet trus,emng spesialis novel tikung jodoh
mars
ini udh saking stress nya dokter rayyan
Fatimah Aflakhul
Biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!